Sejarah Perang – Sejarah Lengkap Sejarahwan Sat, 18 Jan 2020 05:03:11 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=5.3.2 Sejarah Perang Bali Melawan Belanda /indonesia/kerajaan/sejarah-perang-bali-melawan-belanda Sat, 18 Jan 2020 05:03:10 +0000 /?p=5479 Bali merupakan salah satu pulau di Kepulauan Sunda yang terletak di bagian Timur pulau Jawa. Jarak bentang pulau Bali sepanjang 105 mil. Pulau Bali pernah dikunjungi oleh Cornelis de Houtman…

The post Sejarah Perang Bali Melawan Belanda appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Bali merupakan salah satu pulau di Kepulauan Sunda yang terletak di bagian Timur pulau Jawa. Jarak bentang pulau Bali sepanjang 105 mil. Pulau Bali pernah dikunjungi oleh Cornelis de Houtman secara baik – baik, namun dalam perkembangannya hubungan dengan Bali justru memburuk.

Pemerintah Hindia Belanda dan kerajaan setempat di Bali mengadakan perjanjian pada 1841 dan 1843 namun tidak berjalan dengan baik. Raja Buleleng berkali – kali melanggar perjanjian dan pemerintah Hindia Belanda mempersoalkan tradisi tawan karang, yaitu tradisi Bali yang mengklaim kapal beserta isinya yang karam dan terdampar di pesisir Bali.

Pemerintah Hindia Belanda menganggapnya tidak dapat diterima dalam hukum internasional dan tidak dapat membiarkan perlawanan yang dilakukan rakyat Bali karena akan memancing wilayah lain juga ikut melawan.

Latar Belakang Perang Puputan Bali

Pada masa lampau, berbagai kerajaan di Bali masing – masing memiliki kekuasaan sendiri atas wilayahnya. Terdapat Kerajaan Buleleng dan Karangasem di daerah pantai utara yang memanjang sampai timur laut.

Sedangkan Kerajaan Klungkung dan Gianyar berada di pantai sebelah timur, Kerajaan Badung berkuasa di ujung selatan pulau Bali, Jembrana dan Mengwi berada di sepanjang pantai barat dan barat daya. Masih ada Kerajaan Bangli yang terletak di tengah – tengah pulau Bali.

Kontak antara kerajaan Bali dengan Belanda sebenarnya sudah terjadi sejak abad ke 17, ketika para pedagang Belanda telah berusaha untuk mengadakan perjanjian dengan raja – raja Bali. Usaha itu tidak berhasil.

Belanda pada waktu itu mendekati para raja Bali dengan motif perdagangan. Usaha Belanda untuk mengikat perjanjian dengan raja – raja Bali baru mengalami keberhasilan pada 1841. Raja Klungkung, Badung, Buleleng, dan Karangasem mengikuti perjanjian tersebut.

Melalui isi perjanjian, tampak jelas bahwa VOC sedang berusaha memperluas daerah kekuasaannya berdasarkan PAX Netherlandica. Perjanjian tersebut menyatakan bahwa para raja Bali mengakui bahwa mereka berada di bawah kekuasaan Belanda, mereka tidak akan menyerahkan kerajaannya kepada bangsa Eropa yang lain, dan bendera Belanda diizinkan untuk dikibarkan di wilayah – wilayah kerajaan tersebut.

Belanda terutama keberatan dengan hukum tawan karang yang telah menimpa armadanya yang menjadi penyebab perang Bali. Pada tahun 1843 raja – raja Bali kemudian menandatangani perjanjian untuk menghapus tawan karang, namun mereka tidak sungguh – sungguh menepatinya sehingga perselisihan dengan Belanda mulai muncul.

Pada tahun 1845 Belanda menekan Raja Buleleng, Klungkung dan Karangasem untuk menghapus tawan karang namun ditolak. Raja Buleleng merasa gelisah karena Belanda menuntut penggantian atas kapal – kapal yang dirampas, biaya perang dan mengakui kerajaannya menjadi bagian dari wilayah Belanda.

Patih Buleleng I Gusti Ketut Jelantik mengatakan bahwa tuntutan tersebut tidak dapat diterima. Ia kemudian menggalang kekuatan pasukan kerajaan, melatih prajuritnya berperang dengan lebih intensif dan menambah perlengkapan serta persenjataan.

Begitu pula dengan kerajaan lain yang diam – diam menggiatkan kegiatan pasukannya. Belanda kemudian mengultimatum pada 14 Juni 1846 yang berlaku selama 3 x 24 jam agar Bali memenuhi semua tuntutan. Sekarang peninggalan belanda ada pada candi di Bali, museum di Bali dan koleksi museum Bali.

Perang Buleleng (Ekspedisi Belanda Pertama)

Pada Juni 1846 Belanda mengerahkan pasukan dan kapal yang dipimpin oleh Engelbertus Batavus van den Bosch. Pasukan Belanda terdiri dari 1700 prajurit, diantaranya ada 400 prajurit Eropa dipimpin oleh Letkol Gerhardus Bakker. Ultimatum kepada Raja Buleleng berakhir pada 17 Juni dan pada hari berikutnya pasukan Belanda dibawah Abraham Johannes de Smit van den Broecke tiba dengan perlindungan senapan laut.

Prajurit Bali sejumlah lebih dari 10000 orang mencegah pendaratan tersebut namun mereka mengalami kegagalan. Pasukan Belanda dapat maju ke pesawahan yang dikelilingi oleh pasukan Buleleng. Walaupun mendapatkan perlawanan sengit, pada hari berikutnya ibu kota Buleleng yaitu Singaraja berhasil dikuasai Belanda.

Pantai Buleleng diblokade dan Belanda menembaki istana raja dengan meriam dari arah pantai. Satu persatu wilayah berhasil diduduki dan istana jatuh ke tangan Belanda. Raja Buleleng berpura – pura mengalah dan sebagai patih, I Gusti Ketut Jelantik melanjutkan perlawanannya.

Perang Jagaraga I (Ekspedisi Belanda Kedua)

Dalam sejarah perang Bali, perang ini juga dikenal sebagai Perang Jagaraga yang berlangsung di tahun 1848. Pasukan Belanda berjumlah 2400 prajurit yang sepertiganya adalah orang Eropa sementara sisanya adalah orang Jawa dan Madura.

Pasukan ditambahkan lagi dengan satu kompi prajurit kulit hitam Afrika yang kemungkinan berasal dari koloni Belanda di Ghana (Pantai Emas). Mereka mendarat di Sangsit, Buleleng pada 7 Mei 1848 dengan dipimpin Mayjen van der Wijck. Orang Bali kemudian menarik diri ke Jagaraga setelah orang Belanda mendarat.

Benteng Jagaraga terletak di atas bukit, bentuknya merupakan “Supit Urang” yang dikelilingi parit dan ranjau untuk menghambat gerakan musuh. Selain laskar Buleleng yang ada disana, kerajaan lain seperti Karangasem, Mengwi, Gianyar dan Klungkung juga mengirim bala bantuan sehingga pasukan Bali seluruhnya berjumlah 15000 orang.

Istri patih Jelantik bernama Jero Jempiring juga menggerakkan para wanita untuk menyediakan makanan bagi para prajurit yang berperang. Dalam serangan tersebut Belanda mengalami kekalahan.

Perang Jagaraga II (Ekspedisi Belanda Ketiga)

Pada tahun 1849 dalam sejarah perang Bali, Belanda kembali mengerahkan pasukan yang lebih besar lagi yaitu sebanyak 4.177 orang sehingga terjadi perang Jagaraga II. Perang antara rakyat Bali dan Belanda berlangsung selama dua hari dua malam yaitu pada 15  – 16 April 1849.

Belanda mengerahkan pasukan darat dan laut yang dibagi menjadi tiga kolone. Kolone 1 dipimpin Van Swieten, kolone kedua dipimpin La Bron de Vexela, dan kolone 3 dipimpin Poland. Benteng Jagaraga jatuh ke tangan Belanda setelah terjadi pertempuran sengit.

Belanda kemudian berlayar ke Bali Selatan dan mendarat di Padang Bai untuk menyerang Klungkung. Sementara itu Belanda juga bersekutu dengan Kerajaan Lombok untuk melawan Karangasem yang sudah lama bermusuhan dengan Lombok.

Pasukan Lombok ikut ke kapal Belanda dan turut menyerang para pemimpin kerajaan Buleleng. Raja Buleleng dan I Gusti Ketut Jelantik terbunuh dalam pertempuran ini, sedangkan penguasa Karangasem melakukan ritual bunuh diri. I Gusti Ketut Jelantik menjadi salah satu dari para pahlawan nasional dari Bali.

Belanda melanjutkan serangan ke Klungkung, menduduki Goa Lawah dan Kusamba. Disana pasukan Belanda terkena wabah disentri sehingga kekuatan pasukan menurun. Mayjen Michiels tewas ketika Dewa Agung Istri Kanya memimpin serangan pada malam hari terhadap Belanda di Kusamba.

Belanda mundur ke kapal mereka ketika menghadapi kekuatan 33.000 orang dari Badung, Gianyar, Tabanan dan Klungkung. Kerajaan Karangasem dan Buleleng menawarkan penyerahan diri sehingga akan disepakati perjanjian baru. Van Swieten kemudian kembali ke Padang Cove dan pada tanggal 12 Juni tercapai persetujuan dimana Jembrana dinyatakan sebagai bagian dari Hindia Belanda dan Kerajaan Bangli digabung dengan Buleleng.

Perjanjian tersebut kemudian menjadi dasar dari kekuasaan Belanda atas Bali. Setelah itu masih terjadi berbagai perlawanan dalam sejarah perang Bali. Tahun 1858 I Nyoman Gempol mengangkat senjata untuk berperang melawan Belanda, dan tahun 1868 terjadi perlawanan yang dipimpin oleh Ida Made Rai, tetapi keduanya gagal.

The post Sejarah Perang Bali Melawan Belanda appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Perang Aceh Melawan Belanda /indonesia/kemerdekaan/sejarah-perang-aceh-melawan-belanda-2 Sat, 18 Jan 2020 04:27:14 +0000 /?p=5476 Perang Aceh adalah salah satu dari banyaknya perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan Belanda yang terjadi jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Perang Aceh yang terjadi pada tahun 1873 – 1904 adalah perang…

The post Sejarah Perang Aceh Melawan Belanda appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Perang Aceh adalah salah satu dari banyaknya perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan Belanda yang terjadi jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Perang Aceh yang terjadi pada tahun 1873 – 1904 adalah perang antara Kesultanan Aceh melawan Belanda.

Pernyataan perang Belanda terhadap Aceh terjadi pada 26 Maret 1873 dan mulai menembakkan meriam dari kapal perang Citadel van Antwerpen ke daratan Aceh. Sejarah perang Aceh menjadi peperangan yang paling lama dan besar yang pernah dilakukan bangsa Indonesia.

Bahkan setelah Kesultanan Aceh menyatakan menyerah pada 1904, perlawanan secara gerilya dan acak masih dilakukan oleh rakyat Aceh sehingga total waktu peperangan sebenarnya memakan waktu 69 tahun sejak 1873 – 1942.

Konon dalam sejarah perang Aceh menelan korban hingga 100 ribu orang dari kedua pihak sejak penyerbuan Belanda di Pantai Ceureumen pada April 1873.

Pada penyerbuan yang dipimpin oleh Johan Harmen Rudolf Kohler yang langsung menguasai Masjid Raya Baiturrahman tersebut, konon sekitar 37.500 orang dari pihak Belanda tewas, 70.000 orang dari Aceh tewas dan 500.000 orang mengalami luka – luka.

Perjanjian Belanda dan Inggris Raya

Pada tahun 1824 Belanda dan Britania Raya mengadakan perjanjian London mengenai batas – batas kekuasaan di Asia Tenggara mengacu pada garis lintang Singapura. Kedua negara tersebut mengakui kedaulatan Aceh dalam perjanjian.

Namun pada 1858 Sultan Ismail menyerahkan wilayah Deli, Langkat, Asahan dan Serdang kepada Belanda. Padahal semua daerah tersebut telah menjadi wilayah kekuasaan Aceh sejak Sultan Iskandar Muda berkuasa.

Aceh kemudian menuduh Belanda tidak menepati janji sehingga menenggelamkan kapal – kapal Belanda yang lewat perairan wilayah Aceh. Perairan Aceh menjadi sangat penting untuk lalu lintas perdagangan sejak dibukanya Terusan Suez oleh Ferdinand de Lesseps.

Kemudian perjanjian London 1871 kembali disepakati antara Inggris dan Belanda. Isi perjanjian tersebut bahwa Britania tidak keberatan pada tindakan Belanda untuk memperluas dominasinya di Sumatera dan membatalkan perjanjian tahun 1824.

Belanda harus menjaga keamanan lalu lintas di Selat Malaka, dan mengizinkan Britania bebas untuk berdagang di Siak, juga menyerahkan wilayah Guyana Barat kepada Britania. Aceh kemudian menjalin hubungan diplomatik dengan konsul Amerika Serikat, Kerajaan Italia, dan Kesultanan Usmaniyah di Singapura, dan mengirim utusan ke Turki Utsmani pada 1871.

Kegiatan diplomatik Aceh tersebut justru dijadikan alasan bagi Belanda untuk melakukan penyerangan ke Aceh. Walaupun Presiden Dewan Hindia Frederik Nicolaas Nieuwenhuijzen datang ke Aceh dengan membawa dua kapal perang, Sultan Mahmud Syah menolak menghentikan usaha diplomatiknya sehingga memicu pernyataan perang yang pada akhirnya menjadi penyebab perang Aceh dari Nieuwenhuijzen.

Terjadinya Perang Aceh

Perang Aceh terjadi dalam beberapa fase sepanjang puluhan tahun tersebut seperti berikut ini:

  • Perang Aceh Pertama (1873 – 1874)

Perang ini dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Mahmud Syah, melawan Belanda yang berada di bawah kepemimpinan Mayr Jenderal Kohler. Mereka dapat mengalahkan Kohler dan 3000 orang prajuritnya, bahkan Kohler tewas pada 14 April 1873. Perang lalu berkecamuk di mana – mana sepuluh hari setelahnya.

Perang paling besar terjadi untuk merebut kembali Masjid Raya Baiturrahman bersama bantuan dari beberapa kelompok pasukan dari Peukan Aceh, Lambhuk, Lampu’uk, Peukan Bada, Lambada, Krueng Raya. Pasukan Belanda lalu dipimpin oleh Mayor Jenderal Van Swieten.

  • Perang Aceh Kedua (1874 – 1880)

Sejarah perang Aceh memasuki babak kedua dimana Belanda dibawah pimpinan Jenderal Jan van Swieten berhasil menduduki Keraton Sultan pada 26 Januari 1874. Keraton dijadikan sebagai pusat pertahanan Belanda, untungnya sebelum itu Sultan dan keluarganya sudah melarikan diri ke Lheungbata.

KNIL mengumumkan perang kedua pada 20 November 1873 sesudah kegagalan pada perang pertama. Belanda pada saat itu sedang mencoba menguasai seluruh Indonesia, bergerak pada November 1873 – April 1874. Pada bulan Januari 1874 Belanda berpikir bahwa mereka sudah menang perang sehingga mengumumkan pembubaran Kesultanan Aceh.

Namun pihak Aceh masih melawan, walaupun Sultan Mahmud Syah dan pengikutnya telah melarikan diri ke bukit dan Sultan meninggal akibat kolera pada 26 Januari 1874. Para ulama Aceh membentuk pasukan Jihad dipimpin Teuku Cik Di Tiro, sedangkan rakyat membentuk pasukan besar dibawah pimpinan Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien.

Ketiganya kemudian diangkat sebagai pahlawan nasional dari Aceh. Tuanku Muhammad Daud Syah yang masih belia kemudian diumumkan sebagai Sultan Ibrahim Mansyur Syah (1874 – 1903) dalam sejarah Kesultanan Aceh Darussalam.

Perang Aceh Ketiga (1881 – 1899)

Dalam sejarah perang Aceh ketiga, perang dilanjutkan melalui cara gerilya berupa perang fisabilillah. Perang gerilya berlangsung hingga 1903, yang dipimpin Teuku Umar, Panglima Polim dan Sultan Aceh. Teuku Umar terus memimpin serangan ke pos – pos Belanda hingga dapat menguasai Meulaboh pada 1882.

Belanda sampai menggunakan pasukan khusus bernama Korps Marechaussee te Voet, tentara kerajaan Hindia Belanda. Mereka bukan tentara Belanda asli melainkan para serdadu bayaran Indonesia yang berasal dari Jawa serta Maluku yang sudah dilatih oleh Belanda.

Penyerbuan terus dilakukan ke daerah – daerah kekuasaan Belanda. Pada tahun 1899 pasukan Aceh diserang mendadak oleh pihak Van der Dussen di Meulaboh dan Teuku Umar gugur. Cut Nyak Dhien kemudian melanjutkan perjuangan sebagai komandan gerilya, seperti penyebab peristiwa Aceh 1990 dan bangunan bersejarah di Aceh.

Siasat Curang Belanda

Dr. Christiaan Snouck Hurgronje diutus oleh Belanda untuk menyusup ke masyarakat Aceh dan menyamar selama 2 tahun. Sebelumnya ia diharuskan mempelajari tentang Islam selama beberapa waktu sehingga fasih berbahasa Arab. Hasil pengamatannya ia gunakan untuk memberi rekomendasi kepada pasukan Belanda mengenai bagaimana cara mengalahkan rakyat Aceh.

Ia mengusulkan kepada Gubernur Militer Belanda Joannes Benedictus van Heutsz (1898 – 1904) agar Sultan dan pengikutnya yang berkedudukan di Keumala diabaikan dulu dan memfokuskan siasat dengan menyerang kaum ulama.

Ia juga mengatakan agar jangan berunding dengan para pemimpin gerilya, mendirikan pangkalan di Aceh Raya, dan menunjukkan niat baik dengan mendirikan mushala, langgar, masjid, memperbaiki sistem pengairan, dan membantu pekerjaan sosial rakyat Aceh. Usulan ini diterima oleh Van Heutz yang mengangkat Snouck sebagai penasihatnya.

Van Heutz meniru taktik perang rakyat Aceh secara gerilya dan pasukan Marechaussee pimpinan Hans Christoffel hingga mereka menguasai pegunungan dan hutan rimba raya Aceh selagi mencari para gerilyawan Aceh. Berikutnya Belanda menculik salah satu anggota keluarga pejuang Aceh, seperti penculikan permaisuri Sultan dan Tengku Putroe pada 1902.

Putera Sultan Tuanku Ibrahim ditawan oleh Van der Maaten hingga Sultan menyerah pada 5 Januari 1902. Belanda juga menangkap putra Panglima Polim, Cut Po Radeu, dan beberapa keluarga terdekat Panglima Polim sampai menyerah pada Desember 1903. Setelah itu, banyak para pemimpin rakyat yang ikut menyerah.

Taktik Belanda yang paling kejam dalam sejarah perang Aceh terjadi ketika dilakukan pembunuhan rakyat Aceh yang dipimpin Gotfried Coenraad Ernst van Daalen, pengganti Van Heutz. Terjadi pembunuhan terhadap 2.922 orang di Kuta Reh dengan rincian 1.773 lelaki dan 1.149 wanita.

Cut Nyak Dhien juga berhasil ditangkap dan diasingkan ke Sumedang. Van Heutz sebelumnya telah menyiapkan traktat pendek yang harus ditandatangani oleh para pemimpin Aceh yang menyerah.

Dalam perjanjian tersebut, Sultan Aceh mengakui bahwa daerahnya menjadi bagian dari Hindia Belanda, tidak akan mengadakan hubungan dengan kekuasaan lain di luar negeri, mematuhi seluruh perintah Belanda. Sultan Muhammad Dawood Syah kemudian diasingkan ke Batavia dan meninggal 6 Februari 1939, dimakamkan di TPU Utan Kayu, Rawamangun, Jakarta Timur.

Sejarah perang Aceh melawan Belanda menurut sejumlah sumber berlangsung hingga tahun 1904, yaitu hingga runtuhnya sejarah kerajaan Aceh. Namun berbagai perlawanan masih tetap dilakukan rakyat Aceh secara kelompok dan perorangan hingga menjelang kedatangan Jepang ke Indonesia.

The post Sejarah Perang Aceh Melawan Belanda appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Perang Bubat Antara Majapahit dan Pajajaran /indonesia/kerajaan/sejarah-perang-bubat-antara-majapahit-dan-pajajaran Sat, 18 Jan 2020 03:00:14 +0000 /?p=5474 Perang Bubat merupakan perang singkat yang terjadi pada tahun 1357 M di masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit. Perang Bubat terjadi karena adanya perselisihan antara Gajah Mada sebagai…

The post Sejarah Perang Bubat Antara Majapahit dan Pajajaran appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Perang Bubat merupakan perang singkat yang terjadi pada tahun 1357 M di masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit. Perang Bubat terjadi karena adanya perselisihan antara Gajah Mada sebagai Mahapatih Majapahit dengan Prabu Maharaja Linggabuana dari Kerajaan Sunda.

Dalam perang yang bertempat di Pasanggrahan Bubat tersebut, seluruh rombongan Kerajaan Sunda tewas dan merupakan kesalahan terbesar dari Gajah Mada selama menjabat sebagai Mahapatih. Peristiwa Bubat dalam catatan resmi Majapahit kurang diuraikan, kurang lebih mungkin karena Majapahit ingin mengubur kenangan pahit dari peristiwa tersebut.

Tidak ada tulisan mengenai Perang Bubat dalam naskah Negarakertagama karya Mpu Prapanca yang ditulis pada tahun 1365 M atau satu tahun setelah Gajah Mada wafat. Akan tetapi desa Bubat diceritakan sebagai desa yang memiliki lapangan luas dan pernah dikunjungi oleh Hayam Wuruk untuk melihat pertunjukan seni dan hiburan.

Nama Bubat sendiri bisa jadi berarti berasal dari kata “Butbat” yang berarti “Jalan yang Lega dan Lapang”. Hingga kini lokasi desa Bubat sendiri tidak dapat dipastikan oleh para ilmuwan, dan masih terdapat berbagai versi mengenai letak desa Bubat yang benar.

Latar Belakang Perang Bubat

Sejarah Perang Bubat berawal dari dua kerajaan besar di Pulau Jawa pada masa itu yang menjadi bagian dari asal usul nusantara sebelum masehi, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Majapahit. Kerajaan Sunda yang juga dikenal dengan nama Kerajaan Sunda Galuh atau Kerajaan Pasundan berdiri pada tahun 932 dan mengalami keruntuhan pada 1579 M.

Dalam sejarah Kerajaan Pajajaran merupakan gabungan dari dua kerajaan yaitu Kerajaan Sunda yang berpusat di kota Bogor sekarang dan Kerajaan Galuh yang pusatnya sekarang berada di Kabupaten Ciamis. Kedua kerajaan sepakat bergabung untuk membentuk kerajaan baru dengan wilayah kekuasaan yang sekarang melipuuti Jawa Barat, Banten, Jakarta, dan sebagian Jawa Tengah.

Ibu kota kerajaan Sunda berada di Bogor. Kerajaan Majapahit berdiri pada 10 November 1293 M dan mengalami keruntuhan pada 1478 M atau 1522 M. Sejarah kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya, menantu Raja Kertanegara yang berasal dari Keraajaan Singosari. Majapahit berdiri setelah Singosari dihancurkan oleh Raja Jayakatwang dari Kediri.

Kecantikan Dyah Pitaloka Citraresmi sebagai putri kerajaan Sunda pada waktu itu sangat tersohor hingga mencapai Majapahit dan menjadi awal dari sejarah perang Bubat. Lukisan wajah Dyah Pitaloka yang digambar oleh seniman Majapahit bernama Sungging Prabangkara dilihat oleh Hayam Wuruk, yang kemudian mengirim surat berisi lamaran kepada Dyah Pitaloka.

Apabila lamaran tersebut diterima, maka pesta pernikahan akan diselenggarakan di Majapahit. Pada awalnya kerajaan Sunda merasa keberatan terutama Mangkubumi Hyang Bunisora Suradipati, karena hal tersebut tidak lazim jika pengantin perempuan menyerahkan diri ke pihak pengantin laki – laki. Selain itu juga dikhawatirkan bahwa lamaran pernikahan ini adalah sebuah jebakan dari Majapahit untuk menguasai wilayah Sunda.

Pada akhirnya Raja Linggabuana mengalah karena mempertimbangkan dampak positif dari persekutuan dengan Majapahit yang sedang naik daun. Terlebih lagi ada kabar bahwa Hayam Wuruk sebenarnya masih berdarah Sunda dari ayahnya yaitu Rakeyan Jayadarma. Kabar tersebut adalah versi lain dari ayah Hayam Wuruk yang berdarah Jawa, yaitu Bhre Tumapel.

Dengan serombongan kecil pasukan pengawal bernama Pasukan Balamati, beberapa orang menteri, pelayan wanita, Maharaja Linggabuana dan permaisuri serta Dyah Pitaloka berangkat ke Majapahit. Mereka melalui jalan darat ke Pelabuhan Cirebon dan melanjutkan dengan kapal laut kerajaan. Setelah kapal berlabuh, mereka kemudian menuju ke Desa Bubat, beristirahat dan membangun perkemahan.

Ketika itulah persoalan yang memicu sejarah perang Bubat muncul karena Gajah Mada meminta Kerajaan Sunda untuk takluk kepada Kerajaan Majapahit. Ia juga menyatakan bahwa pernikahan antara Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka akan menjadi tanda penyerahan kedaulatan tersebut.

Tindakan Gajah Mada ini sama sekali diluar persetujuan dan pengetahuan Hayam Wuruk.Sebelumnya Gajah Mada sudah meminta Hayam Wuruk tidak menganggap Dyah Pitaloka sebagai pengantin, tetapi sebagai tanda penaklukan negeri Sunda, namun Hayam Wuruk belum memberi jawaban karena ragu.

Gajah Mada bahkan nekat membawa sejumlah besar pasukan ke Desa Bubat, yaitu Pasukan Bhayangkara yang terdiri dari para prajurit pilihan. Pasukan Bhayangkara memiliki tugas utama untuk mengawal Raja dan kerabat istana yang lain, dan mereka mampu melakukan operasi militer dengan kesulitan tinggi, berbeda dari prajurit biasa.

Pihak kerajaan Sunda yang merasa tertipu sangat marah dan tidak mau menerima syarat Gajah Mada sehingga ia memerintahkan pasukannya untuk menyerang pasukan Sunda yang hanya sedikit. Karena kekuatan tidak seimbang, pasukan Sunda kemudian kalah dan semua lelaki dalam rombongan termasuk Raja Linggabuana terbunuh. Segera seluruh wanita dalam rombongan melakukan bunuh diri untuk menjaga kehormatan mereka.

Tindakan semacam itu disebut dengan istilah Bela Pati, usaha bunuh diri yang dilakukan untuk membela kehormatan negara dan menghindarkan diri dari penghinaan dan kemungkinan dipermalukan karena pemerkosaan, perbudakan atau penganiayaan.

Akibat Perang Bubat

Hayam Wuruk, walaupun marah besar atas peristiwa sejarah perang Bubat namun tidak bisa berbuat banyak. Ia sulit menjatuhkan hukuman kepada Gajah Mada yang telah berbuat banyak bagi Majapahit sejak zaman Raden Wijaya, kakeknya. Gajah Mada telah menjadi salah seorang tokoh besar dari kerajaan di Indonesia pada saat itu dengan jasa – jasanya kepada Majapahit.

Sebagai dampak perang Bubat, hubungan Hayam Wuruk dan Gajah Mada merenggang. Begitu juga dengan popularitas Gajah Mada yang menurun karena para pejabat dan bangsawan Majapahit menyalahkan tindakannya tersebut. Walaupun masih menjabat sebagai Mahapatih sampai kematiannya tahun 1364 M, pamor Gajah Mada secara politik terus merosot dan terkucilkan di kalangan istana.

Hayam Wuruk kemudian menganugerahkan tanah luas di Madakaripura atau Probolinggo kepada Gajah Mada sebagai sindiran halus agar ia segera pergi dari Majapahit. Jarak antara Probolinggo dan pusat Majapahit di Trowulan, Mojokerto sangat jauh sehingga bisa disimpulkan bahwa hadiah tersebut memang dimaksudkan untuk menjauhkan Gajah Mada dari istana.

Hubungan antara kedua negara juga rusak sebagai akibat peristiwa Bubat. Pangeran Niskalawastu sebagai atu – satunya keturunan Raja Linggabuana yang masih hidup, adik Dyah Pitaloka dan anak lelakinya yang tidak ikut dalam rombongan karena masih terlalu kecil naik tahta sebagai Prabu Niskalawastu Kancana. Salah satu kebijakan yang dilakukannya adalah untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Majapahit.

Kemudian diberlakukan peraturan setelah sejarah perang Bubat di seluruh wilayah Kerajaan Sunda yaitu berupa larangan untuk menikahi orang Majapahit. Peraturan ini kemudian berkembang sebagai larangan bagi seluruh orang Sunda untuk tidak menikah dengan orang Jawa, yang terus diikuti oleh masyarakat Sunda walaupun Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sunda telah berakhir selama ratusan tahun.

Selama beratus – ratus tahun akan sangat sulit menemukan pernikahan antara kedua suku karena mitos tersebut. Bahkan berkembang isu jika wanita Sunda atau lelaki Sunda yang menikah dengan orang Sunda maka rumah tangganya tidak akan bahagia. Setiap kasus yang mirip dan berujung perceraian selalu dihubungkan dengan cerita tersebut, terlebih lagi orang Jawa dicitrakan bertabiat buruk dan senang menipu seperti Gajah Mada dulu.

Nama jalan juga mengalami imbas dari sejarah perang Bubat ini, dampak perang bubat membuat sejak zaman dulu tidak ada nama jalan Majapahit, jalan Hayam Wuruk dan jalan Gajah Mada di wilayah Jawa Barat kecuali Jalan Majapahit Raya yang ada di Bogor.

Akhirnya pada hari Jumat tanggal 11 Mei 2018 lalu diresmikan nama jalan Majapahit dan jalan Hayam Wuruk di Bandung sebagai upaya untuk rekonsiliasi budaya yang telah retak karena perang bubat dan kesalahan besar Gajah Mada dahulu.

Satu – satunya sumber utama dari Majapahit mengenai perang Bubat adalah “Kidung Sunda”, sesuai dengan janji Hayam Wuruk melalui utusan dari Bali yang menemui Mangkubumi Hyang Bunisora Suradipati yang menggantikan Raja Linggabuana sementara.

Melalui utusannya Hayam Wuruk menyampaikan permohonan maaf dan berjanji untuk memuat seluruh peristiwa dalam Kidung Sunda sebagai peninggalan kerajaan Majapahit agar generasi yang akan datang dapat mengambil hikmah dari peristiwa tersebut. Sebaliknya dalam naskah – naskah kuno Sunda, Tragedi itu banyak disebutkan antara lan pada Carita Parahyangan dan Wangsakerta, bahkan pada naskah kuno di Bali bernama Geguritan Sunda.

The post Sejarah Perang Bubat Antara Majapahit dan Pajajaran appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Perang Badar Singkat Zaman Nabi Muhammad SAW /agama/islam/sejarah-perang-badar Wed, 09 Oct 2019 08:33:54 +0000 /?p=5287 Seperti yang diketahui bersama, bahwa setiap peradaban pastinya memiliki sejarah mengenai pertempuran sejarah, yang telah memainkan peran penting dalam sejarahnya. Termasuk sejarah perang badar, dimana perang ini telah berlangsung pada…

The post Sejarah Perang Badar Singkat Zaman Nabi Muhammad SAW appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Seperti yang diketahui bersama, bahwa setiap peradaban pastinya memiliki sejarah mengenai pertempuran sejarah, yang telah memainkan peran penting dalam sejarahnya. Termasuk sejarah perang badar, dimana perang ini telah berlangsung pada 13 Maret 624 M (Bertepatan dengan 17 Ramadhan) di daerah Hijaz Arabia barat atau Arab Saudi. Pertempuran antara kaum islam yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW melawan kaum Musyrikin Quraisy yang dipimpin Amar bin Hisyam alias Abu Jahal di Lembah Badar (Makkah) ini sendiri telah digariskan dalam sejarah Islam sebagai kemenangan yang disebabkan oleh bantuan Allah, dan menjadi salah satu dari beberapa pertempuran yang secara khusus disebutkan dalam kitab suci umat Islam, yakni Al-Quran.

Penyebab Terjadinya Perang Badar

Dalam Sejarah Perang Badar sendiri telah mencatat, bahwa ada beberapa penyebab Perang Badar yang sangat mendasar, seperti sering adanya terror, penindasan dan perampasan rumah serta harta, bahkan hingga terjadinya pengusiran Kaum Muslimin di wilayah tersebut (Kota Makkah). Selain itu, Kaum Quraisy juga mendzalimi, menyiksa dan merebut barang dagangan kaum muslimin, sehingga Perang Badar ini terjadi untuk memberikan pelajaran atau pembalasan terhadap kaum Quraisy atas kekejamannya dan mengembalikan harta benda milik kaum muslim. Dan pernah suatu ketika, Seorang anak muda Quraisy melemparkan kotoran kedapa Rasulullah SAW.

Saat tiba di rumah anak perempuannya yang masih kecil yaitu Fatimah Azahra, melihat ayahnya yang berlumuran kotoran, Ia pun menangis. Sesegera mungkin Nabi berusaha menenangkan gadis kesayangannya tersebut, dan Rasulullah pun berkata, “Jangan menangis gadis kecilku, karena Allah akan melindungi ayahmu”.  Kalimat tersebut, kemudian ditambahkan oleh Nabi untuk dirinya sendiri : “Quraisy tak pernah memperlakukan Aku seburuk ini ketika Abu Tholib masih hidup”.

Rencana Pembunuhan Nabi Muhammad SAW

Puncaknya, pada September 622 M, dalam satu pertemuan yang melibatkan para pembesar Qurisy, Abu Jahal mengusulkan pembunuhan terhadap Nabi. Agar tidak menciptakan permusuhan di keluarga bani Hasyim, pembesar tersebut meminta setiap pemuda berpengaruh yang ada di bani-bani Quraisy turut terlibat, sehingga setiap bani akan bertanggung jawab memberikan yang ganti darah untuk memuaskan bani Hasyim. Namun, rencana tersebut telah diketahui oleh Malaikat Jibril, dan dengan cerdik, Nabi hijrah meninggalkan rumahnya bersama Abu Bakar menuju Yastrib (Madinah).

Di saat itulah, Ia mengizinkan Ali untuk mengisi tempat tidurnya guna mencegah para pemuda Quraisy yang telah mengepung rumahnya. Namun perjalanan ini sebagai pengamanan diri saja, bukan sejarah peristiwa isra mi’raj. Meskipun begitu, bukan berari pertikaian dengan Quraisy Mekkah telah reda. Kaum Muhajirin (penduduk Mekkah muslim yang ikut hijrah) mengalami kesusahan dalam mencari nafkah di Madinah, sehingga sebagian dari mereka menggantungkan hidupnya kepada penduduk islam di Madinah atau kaum Anshar.

Dan saat itulah, turun sebuah wahyu, Surat Al Hajj ayat 39-40 yang mengizinkan Nabi bersama pengikutnya memerangi orang yang memerangi mereka. ini ayat Al Quran yang berisi perintah jihad. Setelah adanya wahyu tersebut, Nabi bersama kaum Muhajirin telah menerapkan Ghazwu atau serangan demi bertahan hidup yang biasa dilakukan masyarakat Arab Nomaden. Namun, serangan yang dimulai sejak 623 ini kerap mengalami kegagalan karena umat islam memiliki sedikit informasi, baik mengenai waktu dan rute perjalanan musuh, sehingga tidak ada kerugian dan korban di pihak musuh.

Penyerbuan Terhadap Kaum Qurays Dengan Strategi Ghoswu

Dan pada September 623, rosulullah memutuskan untuk memimpin langsung kaum muslimin untuk penyerbuan rombongan dagang kaum Qurasy yang dipimpin Ummayah ( yang pernah menyiksa Abu Bakar), namun lagi-lagi usaha menyergap kafilah yang membawa 2.500 unta itu mengalami kegagalan.

Namun bukan semuanya dalam setrategi ghoswu mengalami kegagalan, karena pada Januari 624 insiden serius terjadi tepatnya pada akhir bulan Rajab yang dianggap suci. Kala itu satu dari pedagang Quraisy mekah yang sedang berkemah di lembah nakhlah (antara mekah dan toif) tewas terkena panah pasukan Abdullah bin jahsy dalam sebuah misi ghazwu. Sontak saja Peristiwa ini menimbulkan kemarahan dan dendam dikalangan qurasy mekah. Bagi mereka. hal ini bukan saja ancaman keamanan. Tapi juga dianggap penghinaan terhadap keyakinan masyarakat arab yang mensucikan bulan rojab dari peperangan.

Sampai disini perang besar pun dimulai antara kaum muslimin di madinah dengan kaum quraisy mekah. Pada 2 hijriah (maret 624) caravan dagang besar pimpinan Abu Sufyan hendak kembali dari suriah.dan nabi pun memimpin langsung aksi ghazwu dengan melibatkan sekitar 313 orang muslim, diriwayatkan 8 pedang. 6 baju perang. 70 ekor unta dan 2 kuda. Didalam pasukan tersebut juga terdapat paman nabi. Dan tiga calon khalifah. Yaitu Abu bakar.Umar bin khotob. Dan Ali bin abu tholib. Bertepatan peristiwa tersebut salah satu sahabat nabi dan juga calon khalifah yaitu ustman bin afan tidak ikut dan harus dirumah sebab istrinya ruqoyah lagi sakit.

Dan Orang orang quraisy murka. Dikarenakan mendengar rencana penyergapan nabi terhadap abu sufyan, dibawah komando abu jahal mereka mengerahkan seluruh klan dan menyiapkan pasukan menuju  lembah badar.untuk menghadang pasukan nabi yang akan menghadang caravan abu sufyan dan rombongan dagangnya yang akan melintasi di sekitar sumur terdekat di lembah badar. Dengan jumlah pasukan perag sekitar 1.000, 600 persenjataan lengkap. 700 unta. Dan 300 pasukan kuda yang siap untuk menghadapi pasukan rosulullah. Disaat yang sama, abu sufyan dengan cerdik merubah rute caravan dagangnya, melalui yanbu’ menyusuri pesisir laut merah.dan ia pun berhasil selamat.

14 Sahabat Nabi Yang Telah Gugur Dalam Perang Badar

Dengan demikian Sejarah Perang Badar tersebut telah menewaskan 14 sahabat Nabi, seperti Umair bin Abi Waqas, Safwan bin Wahab, Dhu-Shimalayn bin ‘Abdi, Mihja bin Shalih, ‘Aqil bin al-Bukayr, ‘Ubaydah bin Al-Harith, Sa’ad bin Khaythama, Mubashir bin ‘Abd al-Mundhir, ‘Haritsah ibn Suraqah, Rafi’ ‘ibn Muala, ‘Umayr ibn Humam, Yazid bin al-Harits, Mu’awidh ibn al-Harith dan ‘Awf ibn al-Harits. Sementara 70 orag dari pasukan Qurays terbunuh termasuk Abu Jahal.

Dan jangan lupa untuk mengetahui sejarah berdirinya agama islam juga untuk menambah tingkat keagamaan saudara. Selain itu, ada beberapa sejarah lainnya yang perlu diketahui juga seperti sejarah hari raya haji, sejarah perjanjian hudaibiyah, dan lain sebagainya.

The post Sejarah Perang Badar Singkat Zaman Nabi Muhammad SAW appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Perang Uhud Singkat dan Lengkap /agama/islam/sejarah-perang-uhud Tue, 08 Oct 2019 07:17:27 +0000 /?p=5288 Berawal dari rasa kekecewaan dan dendam kaum kafir Quraisy kepada kaum Muslimin karena kekalahan mereka dalam perang badar pada bulan Ramadhan 624 Masehi. Abu Sufyan dalam versi penduduk Mekkah yang…

The post Sejarah Perang Uhud Singkat dan Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Berawal dari rasa kekecewaan dan dendam kaum kafir Quraisy kepada kaum Muslimin karena kekalahan mereka dalam perang badar pada bulan Ramadhan 624 Masehi. Abu Sufyan dalam versi penduduk Mekkah yang tidak mengakui kenabian Muhammad SAW, kekalahan dalam perang badar tersebut dianggap sebagai sebuah penyergapan yang memukul aktivitas utama kehidupan kota metropolis-perdagangan mereka.

Terkait hal ini, Abu Sufyan segera mendesak para penduduk Makkah untuk melancarkan serangan kembali sebagai balasan. Dan Abu Sufyan memimpin langsung pasukan perang Orang Quraisy kota Makkah untuk Menyerang kaum Muslimin. Dengan membawa Pasukan Sekitar 3.000 Orang terlatih Termasuk di dalamnya pasukan Berbaju Zirah. Tak Hanya itu mereka juga diperkuat 200 pasukan Kaveleri. Dan peristiwa ini tidak ada kaitannya dengan sejarah perang ain jalut yang sudah beda cerita.

Sejarah Perang Uhud

Keberangkatan pasukan Orang Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan terjadi setahun setelah Perang Badar, tepatnya pada 625 Masehi bulan Syawal tahun ke-tiga Hijriyah. Rombongan pasukan ini berjalan dari Makkah hingga tiba di dua mata air Lembah Sabkhah, dari saluran air di atas lembah yang menuju Madinah dan naasnya, pasukan Muslimin tidak mengetahui bahwa, ada pemukiman pasukan dari Makkah yang dipimpin oleh Abu Sufyan telah berkemah dengan jarak tidak begitu jauh dari Madinah.

Baru sampai dua-tiga hari kemudian, Kaum Muslimin akhirnya mengetahui informasi, bahwa Kaum Muslimin Madinah sedang berada dalam ancaman. Hal ini diberitahukan oleh Abbas (Paman Nabi yang masih berada di Makkah) dengan diam-diam mengirimkan surat kepada keponakannya (Nabi Muhammad). Pada akhirnya, setelah informasi dari mata-mata yang dikirim Nabi untuk menandai musuh, Kaum Muslimin pun mengadakan sebuah pertemuan pada Jumat 6 Syawal, 3 Hijriyah.

Di dalam pertemuan tersebut, Nabi mengatakan untuk tetap bertahan di dalam Kota dengan membiarkan pasukan musuh menyerbu Kota, tentunya ini menjadi pilihan yang lebih bijak. Dengan harapan, strategi ini mampu memukul mundur pasukan musuh daripada harus meladeni pertempuran di tempat terbuka, mengingat musuh sudah berada sangat dekat dari Kota Madinah. Selain itu, disebabkan juga karena jumlah pasukan, pengalaman tempur dan persiapan musuh jauh lebih unggul dari Kaum Muslimin, sehingga kemungkinan kecil untuk mengalahkannya di medan terbuka. Strategi dan keajaiban dalam perang ini kurang lebih sama dengan sejarah perang badar.

Di dalam hal ini, Rasulullah juga melihat pada Kaum Muslimin masih terdapat Euforia kegemilangan pada Perang Badar, satu tahun sebelumnya. Beberapa diantaranya begitu bersemangat untuk menyambut kedatangan musuh di luar Kota Madinah. “Rasulullah, kami tidak ingin bertempur di jalan-jalan Madinah. Pada zaman Jahiliyah, kami selalu menjaga agar hal itu tidak terjadi. Ada baiknya, setelah kedatangan Islam, hal itu tetap dilestarikan” ujar seorang Anshar.

Mendengar pernyataan tersebut, Nabi tanpa bicara langsung mengenakan baju Zirah, dan mempersiapkan persenjataan untuk menuju ke medan perang. Melihat reaksi Nabi, membuat para sahabat lain merasa terkejut. Ada yang merasa bahwa, yang baru saja terjadi tidaklah pantas, karena terkesan seperti membangkang perintah Nabi. Terkait hal ini, mengakibatkan perdebatan kecil diantara mereka, “Bukankah Rasulullah sebenarnya telah menjelaskan sesuatu pada kalian, tetapi kalian menghendaki yang lain. Jadi, Hamzah temuilah Rasulullah dan katakan kepada beliau, segala keputusan kami serahkan kepada Rasulullah.” Ujar salah satu sahabat kepada Hamzah bin Abdul Mutholib (Paman Rasulullah).

Segera Hamza menemui Nabi dan menyampaikan pesan tersebut. Mendengar pesan demikian, Nabi bersabda, “Bukanlah seorang Nabi, bila Ia telah memakai baju Zirahnya, lalu menanggalkannya dan surut sebelum perang terlaksana”. Maka, dengan sabda tersebut, Kaum Muslimin berangkat dari Madinah ke pegunungan Uhud dengan jumlah pasukan yang hanya sepertiga dari pasukan Quraisy (1000). Rupanya, masih harus berkurang, karena ada perselisihan saat berada di perjalanan, dan ketika pasukan ini sampai di wilayah Syauth, Abdullah bin Ubay bin Salul bersama pasukannya yang berjumlah 300 orang memilih pulang ke Madinah. Mereka memiliki 2 alasan, pertama. Peperangan ini tidak mungkin terjadi karena perjalanan sudah cukup jauh tetapi mereka belum menemukan perkemahan musuh. Kedua, mereka tidak ingin bertempur di luar teritori Madinah.

Dengan pulangnya pasukan yang di pimpin oleh Ibnu Salul yang berjumlah 300 orang. Maka Rosulullah hanya memiliki 700 pasukan dan harus melawan pasukannya Orang Quraisy Madinah (pimpinan Abu Sufyan) dengan jumlah 3.000 Orang. Bukan hanya demikian, jumlah pasukan Kaum Muslimin pun kembali berkurang. Saat Nabi memulangkan beberapa pasukan di barisannya yang dianggap masih terlalu muda, diantaranya : Abdullah bin Amru, Zaid bin Tsabit, Usamah bin Zaid dan masih banyak lagi, yang dijumlahkan ada sekitar 14 remaja.

Kekalahan Kaum Muslimin

Sesampainya di Bukit Uhud, Nabi Muhammad SAW mengatur pasukannya menjadi beberapa formasi, 50 untuk pemanah di bawah pimpinan Abdullah bin Jubair di posisi puncak Bukit, dan lainnya di bawah antara bukit untuk menyerang musuh. Dari riwayat Imam Muslim (terj. As-Sirah An-Nabawiyyah, 2005: 492), peperangan terjadi begitu dahsyat. Situasi awal pertempuran di dominasi oleh pasukan Rasulullah, terutama karena keberadaan pasukan pemanah di atas bukit yang bisa melihat pergerakan musuh di bawah, untuk membangkitkan semangat pasukan di tengah-tengah pertempuran.

Rasulullah mengambil sebilah pedang yang jatuh dan menawarkannya kepada pasukannya “Siapa yang akan mengambil pedang ini dariku?”, kemudian pasukan Nabi berebut untuk mengambilnya. “Aku ya Rasulullah, Akuu…”. Rasulullah pun melanjutkan kalimatnya, “Siapa yang mengambil pedang ini, dan menggunakannya dengan benar?”. Sontak para pasukan yang tadi berebutan terdiam. Hingga akhirnya, Abu Dujannah maju dan mengatakan bahwa dirinya akan mengambil pedang tersebut, “Aku akan mengambil pedang itu dan menggunakannya dengan benar”.

Namun, situasi menjadi berbalik ketika Kaum Muslimin di Bukit melihat kemenangan seperti sudah di ujung mata, Ashab bin Jabir berkata dari puncak bukit, “Mari kita ambil harta rampasannya!”. Ibnu Jubair (pemimpin pasukan pemanah) mencoba mengingatkan, “Apa kalian lupa pesan Nabi?”. Tanpa memperdulikan peringatan tersebut, mereka pun turun dari bukit. Sehingga, kemenangan di periode pertama di bukit Uhud pun hilang saat Kholid bin Walid bersama pasukan Kavalerinya menyadari kecerobohan pasukan pemanah Nabi dengan mengitari bukit, Kholid bin walid menyerang pasukan ini dari belakang.

Hal yang membuat kemudian lembah Uhud menjadi jebakan sempurna bagi Kaum Muslimin, kini menjadi membuat mereka terdesak dari arah depan dan belakang. Dengan begitu, para pasukan Nabi susah membedakan mana lawan dan kawan, sehingga mereka juga saling serang dan mengakibatkan memakan korban yang sangat banyak hingga 70-75 orang Muslim. Sementara korban Kaum Qurays hanya 22-37 orang. Selain itu, perlu diketahui beberapa sejarah lainnya tentang islam, seperti sejarah perang salib, penyebab perang Yaman dan Arab Saudi, serta masih banyak lagi lainnya.

The post Sejarah Perang Uhud Singkat dan Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Perang Salib Singkat dari Awal Hingga Akhir /agama/kristen/sejarah-perang-salib Sat, 03 Aug 2019 05:33:36 +0000 /?p=4850 Salah satu perang paling dikenal sepanjang sejarah adalah Perang Salib. Perang Salib adalah rangkaian perang agama yang mendapatkan restu dari Gereja Latin di abad pertengahan. Perang ini menurut pengetahuan umum…

The post Sejarah Perang Salib Singkat dari Awal Hingga Akhir appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Salah satu perang paling dikenal sepanjang sejarah adalah Perang Salib. Perang Salib adalah rangkaian perang agama yang mendapatkan restu dari Gereja Latin di abad pertengahan. Perang ini menurut pengetahuan umum adalah perang – perang yang terjadi di kawasan timur Laut Tengah untuk merebut kembali Tanah Suci dari kekuasaan Islam. Tidak hanya ditujukan untuk memperebutkan Yerusalem yang dikenal sebagai kota suci, tetapi secara tersirat dalam sejarah perang salib juga dianggap sebagai perang suci antara dua agama besar, Islam dan Kristen. Walaupun demikian, istilah perang Salib ini juga dikenal sebagai istilah bagi perang – perang di kawasan lain yang mendapatkan restu Gereja. Berbagai alasan menjadi pemicu peperangan baik itu untuk pemberantasan ajaran sesat dan berhala, menyelesaikan pertikaian di antara sesama pihak Kristen Katolik, juga untuk mencapai maksud di bidang politik dan penguasaan wilayah.

Sejarah Perang Salib

Awal mula terjadinya perang salib antara pihak Timur yaitu Islam melawan pihak Barat yaitu Kristen. Penyebab Perang Salib disebabkan oleh banyak faktor seperti agama, politik, dan sosial ekonomi. Diawali pada tahun 1070 ketika Yerusalem direbut oleh Bani Saljuk dari Turki dan ketika Kaisar Yunani Diogenes dikalahkan dan ditawan di Mantzikert pada 1071. Sejak itu Asia Kecil dan seluruh Suriah dikuasai oleh Bani Saljuk. Disusul dengan menyerahnya Antiokhia di tahun 1084 hingga Kristen menguasai seluruh kota besar di Asia pada 1092.

Kondisi menjadi semakin parah ketika Bani Saljuk membatasi dan memperketat ziarah umat Kristen ke Yerusalem sehingga mendorong umat Kristen memperjuangkan kebebasannya dengan merebut Yerusalem dari kekuasaan Muslim. Kaisar Alexius Komnenus meminta kepada Paus Urbanus II di tahun 1095 untuk menyemangati umat Kristen di Eropa agar melakukan Perang Salib. Untuk menyatukan kekuatan, maka peperangan diumumkan untuk menundukkan gereja – gereja di wilayah Timur yang masih dikuasai oleh Islam. Pada umumnya ada beberapa tahap utama dalam Perang Salib  yang memberi dampak pada alur sejarah dunia seperti akan dibahas secara singkat berikut ini.

Perang Salib Pertama (1095 – 1101)

Bertempat di Konsili Piacenza pada Maret 1095, duta besar utusan Alexius Komnenus atau Alexius I, Kaisar Bizantium, meminta bantuan untuk mempertahankan wilayahnya dari kaum Turki Seljuk. Sementara itu Paus Urbanus II meminta seluruh umat Kristen untuk bergabung dan berperang melawan Turki Seljuk dengan jaminan bahwa siapapun yang ikut serta dalam sejarah Perang Salib dan mati maka akan masuk surga walaupun ia memiliki banyak dosa di masa lalu. Tentara salib berhasil mengalahkan dua pasukan Turki di Dorylaeum dan Antiokhia dan merebut Yerusalem pada 1099. Ketahuilah juga mengenai sejarah berdirinya gereja Katolik, sejarah berdirinya Gereja Kathedral jakarta dan sejarah terbentuknya agama Kristen.

Perang Salib Kedua (1145 – 1150)

Perang Salib kedua kembali terjadi setelah beberapa puluh tahun masa damai ketika Kristen dam Muslim hidup berdampingan di Yerusalem. Pada saat itu tentara Islam pimpinan Imad ad-Din Zengi merebut Aleppo dan Edessa. Kekalahan demi kekalahan yang dialami pihak Kristen membuat Paus Eugenius III menyerukan untuk melakukan Perang Salib kembali pada 1 Maret 1145, yang didukung oleh para pengkhotbah terutama Bernardus dari Clairvaux. Pada tahun 1147 tentara Prancis dan Jerman dipimpin Raja Louis VII dan Konrad III menyerbu Yerusalem tetapi tidak berhasil dan kembali ke negaranya dengan tangan kosong pada 1150.

Perang Salib Ketiga (1188 – 1192)

Awal dari sejarah Perang Salib ketiga terjadi ketika Salahuddin Al Ayyubi atau Saladin berhasil merebut Yerusalem pada 1187 setelah mengalahkan pasukan Salib di Pertempuran Hattin. Hal itu membuat Paus Gregorius VIII kembali menyerukan Perang Salib yang ketiga. Seruan perang disambut oleh Raja Richard I dari Inggris yang dikenal dengan Richard the Lionheart, Kaisar Romawi Suci Frederick I dan Raja Phillip II dari Perancis. Ketika itu tentara salib berhasil mengalahkan pasukan Muslim di dekat Arsuf dan mendekat ke Yerusalem, tetapi karena persediaan makanan dan air yang tidak memadai maka pasukan Kristen gagal merebut Yerusalem. Setelah gencatan senjata dengan Salahudin, Raja Richard meninggalkan peperangan yang juga dikenal dengan sebutan Perang Salib Raja. Sedangkan Paus Gregorius VIII tidak melihat akhir dari peperangan ini karena ia sudah meninggal dunia sebelumnya.

Perang Salib Keempat (1202 – 1204)

Paus Innosensius III memulai Perang Salib keempat untuk menginvasi Tanah Suci lewat kekuatan Mesir. Selain itu perang ini juga dimanfaatkan oleh Doge Enrico Dandolo dari Venesia untuk memperluas kekuasaan Venesia di Timur Dekat sekaligus melepaskan diri dari kekuasaan Bizantium. Tentara Salib mengadakan perjanjian dengan Dandolo tetapi mereka tidak memiliki dana untuk membayar armada dan syarat – syarat dalam kontrak sehingga Dandolo meminta untuk mengalihkan perang salib ke Bizantium menggunakan kota Zara sebagai jaminan awalnya. Penyerbuan yang gagal karena campur tangan Paus Innosensius diulangi kembali pada April 1204. Kali ini mereka berhasil menjarah Konstantinopel, merampok gereja – gereja dan membunuh banyak penduduk. Tentara Salib membagi kekaisaran menjagi beberapa wilayah Latin dan koloni Venesia, dan Perang Salib keempat berakhir ketika Bizantium terbagi menjadi dua bagian besar.

Perang Salib Kelima (1217)

Dewan Keempat Lateran kembali menyusun rencana untuk memulihkan Tanah Suci pada tahun 1215. Pertama – tama pada tahun 1217 pasukan Perang Salib dari Hongaria dan Austria bergabung dengan pasukan raja Yerusalem dan pasukan pangeran Antiokhia untuk merebut kembali Yerusalem. Kemudian pasukan perang salib berhasil mengepung Damietta di Mesir pada 1219, akan tetapi karena desakan seorang staf kepausan bernama Pelagius, mereka mengambil resiko menyerang Kairo sehingga kalah oleh blokade pasukan Sultan Ayyubiyah Al-Kamil dan mengadakan gencatan senjata. Ketahui juga mengenai sejarah terbentuknya alkitab , sejarah perjanjian baru dan sejarah perjanjian lama.

Perang Salib Keenam (1228 – 1229, 1239)

Kaisar Friedrich II yang berulangkali melanggar sumpah dalam sejarah Perang Salib dikucilkan oleh Paus Gregorius IX di tahun 1228. Tetapi ia tetap melakukan pelayaran dari Brindisi dan mendarat di Palestina. Dengan diplomasinya ia mendapatkan Yerusalem, Nazareth dan Bethlehem dari Al-Kamil setelah berdiplomasi selama sepuluh tahun. Sebagai imbalan dari kesepakatan tersebut, ia berjanji untuk melindungi Al-Kamil dari semua musuh termasuk dari umat Kristen.

Masa tenang berlangsung selama beberapa tahun sampai Raja Thibaut I dari Navarre memenuhi panggilan Paus Gregorius IX untuk mengumpulkan kembali para tentara salib di bulan Juli 1239 setelah berakhirnya gencatan senjata. Selain itu, Peter dari Dreux, Hugues IV dari Bourgogne serta para bangsawan Prancis lain ikut berpartisipasi dan tiba di Akko pada September 1239. Setelah mengalami kekalahan di Gaza pada bulan November, Thibaut kemudian mengatur perjanjian dengan kaum Ayyubiyah dari Damaskus dan dengan kaum Ayyubiyah yang berasal dari Mesir yang membuat sebagian bangsawan merasa tidak senang.

Perang Salib Ketujuh (1249 – 1254)

Kembali terjadinya Perang Salib ketujuh berawal dari konflik dengan Mesir pada 1243 karena adanya kepentingan kepausan yang diwakili para Templar atau Ksatria Salib. Setahun kemudian Yerusalem diserbu oleh pasukan Khwarezm yang dipanggil oleh Al-Adil, anak Al-Kamil. Tentara Salib yang bergabung dengan kaum Franka dan tentara bayaran dari Badui tetap mengalami kekalahan dari Pasukan Baibars yang berasal dari suu Khwarezmian hanya dalam waktu empat puluh delapan jam saja. Sehingga banyak ahli sejarah yang menganggap pertempuran ini menjadi tanda kematian bagi negara – negara Kristen. Hingga 1254, Louis IX dari Prancis tetap mengadakan perang salib melawan Mesir.

Perang Salib Kedelapan (1270)

Louis IX mengatur Perang Salib kedelapan pada 1270 dengan berlawar dari Aigues- Mortes untuk membantu sisa – sisa dari negara wilayah tentara Salib di Suriah. Akan tetapi perang justru dialihkan ke Tunis, dimana Raja menghabiskan waktu dua bulan sebelum kematiannya. Ia kemudian ditahbiskan menjadi seorang santo yaitu St. Louis, sesuai dengan nama kota di Amerika yang mengambil namanya.

Sebagai akibat dari sejarah Perang Salib ini, kekuasaan Kristen di Suriah menjadi hilang walaupun tetap diizinkan untuk hidup dengan damai di wilayah tersebut. Dengan pemaparan singkat ini sudah jelas bahwa sejarah dari Perang Salib memiliki pengaruh yang besar pada Abad Pertengahan di Eropa terutama dalam sejarah antara umat Islam dan Kristen, tidak hanya di bidang agama saja tetapi juga di berbagai bidang seperti ilmu pengetahuan, kedokteran, arsitektur dan banyak lagi.

The post Sejarah Perang Salib Singkat dari Awal Hingga Akhir appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
3 Penyebab Perang Yaman dan Arab Saudi Lengkap /dunia/penyebab-perang-yaman-dan-arab-saudi Wed, 17 Jul 2019 07:39:30 +0000 /?p=4761 Gejolak yang terjadi di Yaman telah berlangsung sejak tahun 2015 silam dan sudah menelan begitu banyak korban. Perang Yaman sendiri pada awalnya adalah perang saudara yang bermula dari perpecahan antara…

The post 3 Penyebab Perang Yaman dan Arab Saudi Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Gejolak yang terjadi di Yaman telah berlangsung sejak tahun 2015 silam dan sudah menelan begitu banyak korban. Perang Yaman sendiri pada awalnya adalah perang saudara yang bermula dari perpecahan antara Yaman Utara dan Yaman Selatan serta kebijakan dari Presiden. Meskipun begitu lambat laun perang ini juga melibatkan campur tangan asing yang justru semakin memperkeruh keadaan.

Salah satu negara yang ambil bagian dalam perang saudara di Yaman adalah Arab Saudi. Hasilnya tidak sampai di situ saja, bahkan Arab Saudi juga sampai berperang dengan Yaman. Lantas apa penyebab perang Yaman dan Arab Saudi? Simak ulasannya berikut ini. Baca juga mengenai sejarah berdirinya agama islam, silsilah bani saud, dan sejarah kabah.

Sekilas Mengenai Perang Yaman dan Arab Saudi

Secara geografis Yaman adalah negara di Timur Tengah yang memiliki letak strategis. Negara ini berada di kawasan perairan yang merupakan lalu lintas kapal tanker pengangkut minyak. Negara yang berbatasan langsung dengan Arab Saudi di darat ini juga berada di Teluk Aden serta wilayah perairan tersibuk di Laut Merah. Tidak hanya itu provinsi Hadramaut, Yaman, merupakan salah satu wilayah yang memiliki sumber daya alam dan migas yang begitu terkenal.

Sebelum Arab Saudi mengerahkan armada untuk memerangi Yaman, konflik sebenarnya sudah terjadi di negara yang diincar oleh pihak lain tersebut. Gejolak berawal dari internal Yaman yaitu perang saudara, lalu berujung konflik eksternal yang melibatkan beberapa negara lain termasuk Arab Saudi.

Ketika Presiden Yaman, Abdur Rabbuh Mansur Hadi, digulingkan dari jabatannya, ia mengumumkan bahwa untuk sementara ibu kota Yaman dipindahkan dari Sana’a ke Aden. Sementara itu Arab Saudi bersama sembilan negara lain mulai melancarkan serangan ke Sana’a melalui udara dan darat.

Penyebab Perang Yaman dan Arab Saudi

  1. Terjadi Pemberontakan terhadap Presiden Ali Abdullah Saleh

Seperti telah disebutkan bahwa konflik di Yaman bermula dari perang saudara antara Yaman Utara dan Yaman Selatan. Hal ini sudah berlangsung cukup lama dimana kubu Yaman Utara dipimpin oleh Ali Abdullah Saleh, sedangkan Yaman Selatan dipimpin oleh pihak sosialis yaitu Ali Salim Beidh. Lalu pada tanggal 22 Mei 1990, kabar bahagia terjadi yaitu Yaman Utara dan Yaman Selatan mendeklarasikan diri untuk bersatu dan menjadi Republik Arab Yaman. Persatuan tersebut membawa kesepakatan bahwa Ali Abdullah Saleh (Presiden dari Yaman Utara) menjadi Presiden dan Ali Salim Beidh (Presiden Yaman Selatan) menjadi Wakil Presiden.

Sayangnya Yaman yang berada di bawah kepemimpinan Presiden Ali Abdullah Saleh justru mengalami keterpurukan, kemiskinan, dan kesengsaraan.  Bahkan disebutkan bahwa yang mendominasi pemerintahan adalah pihak dari bekas Yaman Utara. Sementara itu Yaman Selatan merasa tidak memiliki kebebasan untuk mengembangkan diri. Baca juga sejarah opec dan sejarah petra yordania.

Hal itulah yang memicu gejolak rakyat untuk menentang pemerintah dan juga memaksa Ali Abdullah Saleh segera mundur dari jabatannya. Konflik mulai memanas pada tahun 1994 ketika Wakil Presiden Ali Salim Beidh mengundurkan diri dan ikut serta memberontak pemerintah sipil dengan mengangkat senjata bagi kaum sosialis agar kembali melepaskan Yaman Selatan.

Kubu Ali Salim Beidh memperoleh dukungan dari kelompok pemberontak pemerintah lainnya yang beraliran Syi’ah Zaidhiyah atau dikenal dengan al-Houthi. Kelompok ini mengatakan mendapatkan dukungan dari rakyat Yaman Utara karena kesengsaraan yang diberikan oleh pemerintahan Saleh. Di samping itu pemerintah Yaman mendapat dukungan penuh dari Arab Saudi untuk memerangi rakyatnya.

  1. Terjadi Serangan dari Kelompok al-Houthi

Kelompok al-Houthi adalah pemberontak yang berbasis di wilayah Yaman Utara. Pemimpin dari kelompok ini adalah  Hussein Badreddin al-Houthi yang merupakan penganut aliran Syiah Zaidiyah. Pada tahun 2004 silam kelompok ini melakukan pemberontakan berdarah yang mengakibatkan ribuan rakyat sipil dan ribuan tentara Yaman tewas. Pada tahun yang sama pula Huseein Badreddin al-Houthi tewas di tangan tentara Yaman. Akhirnya kelompok al-Houthi dipimpin oleh adiknya yaitu Abdul Malik al-Houthi.

Perang terus berlanjut dari tahun 2004 sampai 2008. Kelompok al-Houthi mentakan bahwa alasannya yaitu ingin membuat otonomi khusus di Sa’dah. Akan tetapi alasan tersebut dianggap sebatas dalih untuk menutupi niat Houthi menyebarkan Syiah. Sementara itu pemerintah Yaman yang disokong bantuan dari Arab Saudi membordardir Yaman sebagai upaya melumpuhkan al-Houthi. Penyerangan tersebut justru membuat kelompok ini semakin yakin bahwa pemerintah Yaman juga dibantu oleh Amerika Serikat, karena ada banyak jet tempur Amerika yang lalu lalang di Yaman.

Pemberontakan yang dilancarkan al-Houthi pernah sempat reda ketika saat kelompok ini mengajukan syarat damai kepada pemerintah Yaman. Hanya saja syarat tersebut ditolak dan konflik pun semakin bergejolak. Pada tahun 2007 pemerintah Yaman di bawah kepemimpinan Ali Abdullah Saleh sebenarnya pernah berdamai dengan Houthi. Tetapi hanya berlangsung sebentar saja dan kelompok al-Houthi kembali melancarkan serangan terhadap tentara Yaman. Baca juga penyebab perang badar kubra, sejarah perang enam hari, dan penyebab perang badar.

Situasi dan kondisi di Yaman yang terus memanas dimanfaatkan oleh al-Houthi untuk memperluas wilayah kekuasaan di kawasan Yaman Utara dengan menduduki pos-pos militer di Sa’dah. Tetapi Arab Saudi terus menyerang Yaman dan mendesak kelompok al-Houthi untuk mundur. Serangan udara dari pesawat tempur yang diluncurkan Arab Saudi mengakibatkan tewasnya ratusan warga sipil. Kelompok al-Houthi sendiri mengatakan tidak akan mau berdamai dengan Arab Saudi.

  1. Al-Qaeda

Pada tahun 2009 pemberontak lain muncul yang merupakan kelompok salafi di bawah pimpinan Tareq al-Fadhli. Kelompok ini melakukan demonstari dan pemberontakan kepada pemerintah yang masih di bawah kepemimpinan Ali Abdullah Saleh. Masih pada tahun 2009 kelompok lain juga muncul yaitu al-Qaeda. Kedua kelompok ini dituding melakukan kerja sama untuk melawan pemerintah. Akan tetapi pemimpin kelompok salafi, al-Fadhli menolak tudingan tersebut.

Al-Qaeda Arab Peninsula (AQAP) merupakan kelompok militan teroris international. Kelompok ini mendeklarasikan dirinya di wilayah Yaman Selatan pada tahun 2009 yang lahir ketika terjadi gejolak di Afghanistan. Pada tahun 2011, Ali Abdullah Saleh lengser dari jabatannya sebagai Presiden. Setelah lebih dari 30 tahun menjabat Saleh mengundurkan diri karena adanya desakan dari para pemimpin negara di sekitarnya Saleh kemudian mengungsi ke Arab Saudi.

Momen dimanfaatkan oleh kelompok al-Houthi dan al-Qaeda untuk memperluas wilayah kekuasaan mereka. Al-Qaeda memborbardir pangkalan militer Amerika Serikat di selatan dan berujung perang antara kedua pihak, karena al-Qaeda mengusik wilayah Yaman. Baca juga perbedaan apec dan opec dan sejarah perang arab israel.

The post 3 Penyebab Perang Yaman dan Arab Saudi Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
5 Penyebab Perang Israel dan Palestina Lengkap /dunia/penyebab-perang-israel-dan-palestina Wed, 17 Jul 2019 04:52:55 +0000 /?p=4750 Konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina sudah berlangsung begitu lama dan tidak pernah menemukan ujung pangkal hingga saat ini. Perang yang seperti tidak habisnya ini terus bergejolak dan telah…

The post 5 Penyebab Perang Israel dan Palestina Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina sudah berlangsung begitu lama dan tidak pernah menemukan ujung pangkal hingga saat ini. Perang yang seperti tidak habisnya ini terus bergejolak dan telah menelan begitu banyak korban jiwa. Pertanyaan besarnya adalah apa sebenarnya yang menyebabkan perang berkepanjangan tersebut? Simak ulasannya berikut mengenai penyebab perang Israel dan Palestina. Baca juga Kronologi perang dunia 2Negara yang terlibat perang dunia 2 dan Sejarah nazi.

Penyebab Perang Israel dan Palestina

Berikut adalah beberapa penyebab terjadinya Sejarah Perang Enam Hari perang Israel dan Palestina yang perlu diketahui. Meskipun begitu tetap masih ada penyebab lain  yang dapat dikaji melalui segi keagamaan. Perang yang telah berlangsung begitu lama ini cukup menyita perhatian publik.

  1. Adanya Perebutan Tempat yang Dianggap Suci oleh Israel

Sebenarnya konflik Sejarah Perang Suriah dan Israel telah berjalan lama, tetapi tidak langsung meledak seperti yang terjadi sekarang. Jika merujuk kepada sejarah akan ditemukan bahwa yang memicu konflik tak berkesudahan ini adalah keyakinan Israel dari segi agama mengenai tanah yang dijanjikan kepada mereka. Tanah tersebut berada di Palestina, tepatnya di kota Jerussalem, sehingga Israel berupaya untuk merebutnya. Atas dasar itulah Israel merasa memiliki hak kepemilikan dan melancarkan segala cara untuk merebut Palestina.

Merujuk kepada sejarah, bangsa Yahudi dalam hal ini adalah Israel dulunya hidup terunta-lunta setelah terjadinya peristiwa Holocaust. Peristiwa ini dilakukan oleh Jerman yang  bertujuan untuk memberantas seluruh musuh bebuyutan Hitler dari muka bumi, termasuk diktator terkejam di dunia yaitu kaum Yahudi. Akhirnya, wilayah Israel yang dikenal sebagai pusat Yahudi dari seluruh dunia ini berhasil diduduki.

Sementara itu timbullah rasa untuk memperluas wilayah oleh kaum Yahudi. Kemudian mereka mengingat ajaran yang disampaikan mengenai keberadaan suatu tanah yang dijanjikan. Tanah mulia yang disiapkan untuk bangsa Yahudi tersebut adalah Palestina. Dengan dasar itulah, Israel mulai melakukan invasi demi mengusir seluruh penduduk Palestina. Jika penduduk Palestinas sudah tidak ada di negaranya, maka wilayah tersebut akan mudah untuk dikuasai.

  1. Inggris Memberikan Fasilitas terhadap Yahudi untuk Menduduki Palestina

Keinginan untuk menguasai Palestina tidak hanya sebatas keyakinan dari pernyataan agama bahwa negara tersebut adalah wilayah yang dijanjikan. Akan tetapi ada pula campur tangan pihak lain, dalam hal ini Inggris mengeluarkan aturan supaya kaum Yahudi bebas memasuki serta perlahan-lahan menguasai Palestina. Sementara pihak Palestina sendiri tidak bisa melakukan perlawanan atas keputusan Inggris, karena secara tidak langsung negara ini masih di bawah kepemimpinan Inggris dan juga termasuk ke dalam negara dengan militer terlemah.

Dengan dasar itulah Inggris memberikan himbauan kepada Israel untuk mulai melakukan pendudukan terhadap beberapa wilayah yang ditawarkan. Israel sendiri memilih Palestina, karena dianggap sangat dekat, jadi tidak akan mengeluarkan terlalu banyak sumber daya untuk menguasainya. Akhirnya, secara perlahan-lahan Israel mulai menguasai wilayah Palestina dengan perlindungan dari Inggris yang selalu berada di belakang kaum Yahudi tersebut. Baca juga Sejarah perang amerika dan Penyebab perang bosnia.

Sementara itu pihak Inggris sendiri merasa aman dengan seluruh pasukan militer yang dimilikinya. Hal ini membuat kaum Israel merasa semakin kebal, karena memperoleh perlindungan dari salah satu negara kuat tersebut. Lain halnya dengan Palestina yang tidak memperoleh perhatian yang jelas dari badan hukum pemerintah dunia. Alasannya cukup jelas, karena ada banyak orang di badan dunia yang mempunyai ideologi sama dengan Israel.

  1. Pembentukan Organisasi HAMAS (Organisasi Pembela Palestina)

Meski tidak memperoleh perhatian dari pemerintahan dunia, bukan berarti Palestina hanya berdiam diri dan tidak melakukan apapun. Justru di tengah konflik yang kian memanas tersebut ada organisasi yang mengerahkan segala daya upaya demi menyatukan rakyat Palestina dan membela diri dari serangan Israel.

HAMAS sendiri terbentuk sebenarnya atas dasar keinginan untuk membalaskan dendam dengan menghancurkan Israel. Hanya saja gerakan ini cenderung bersikap memanipulasi rakyat Palestina demi melindungi diri mereka sendiri. dimana rakyat Palestina ditempatkan pada garis terdepan yang merupakan area berbahaya, sehingga tidak dapat terelakkan lagi bahwa korban akan begitu banyak yang berjatuhan. Bahkan kebanyakan anak-anak dan ibu-ibu yang sama sekali tidak tahu menahu soal peperangan.

Melihat hal tersebut ada banyak pihak yang menyalahkan HAMAS serta mengutuk tindakan mereka yang dianggap tidak manusiawi dan juga masuk ke dalam suatu pelanggaran HAM. Tetapi tetap ada juga yang setuju dengan tindakan HAMAS dengan dalih bahwa suatu pengorbanan yang dilakukan harus dibalas dengan peperangan. Salah satu negara yang melawan HAMAS sendiri adalah Amerika Serikat dan juga beberapa negara dunia yang ikut serta menolak gerakan ini.

  1. Terjadi Penguasaan Ekonomi Melalui Penaklukan Kota Jerussalem

Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa salah satu faktor penyebab perang Israel dan Palestina adalah permasalahan geografis. Wilayah yang diperebutkan tersebut adalah kota Jerussalem yang dianggap sebagai kota suci dalam beberapa agama di dunia. Kota Jerussalem ini mempunyai sejarah yang begitu menarik terhadap berbagai kalangan. Apalagi orang-orang yang ingin melakukan wisata rohani pasti tertarik untuk bertandang ke kota ini.

Oleh sebab itu kota Jerussalem dianggap sebagai kota yang sangat potensial untuk meningkatkan devisa negara dari sektor pariwisata. Dengan begitu Israel mulai berusaha untuk menguasai kota ini agar dapat memperoleh keuntungan jika berhasil menduduki dan mengelola Jerussalam sebagai salah satu destinasi wisata terbaik di dunia. Bagi Israel keuntungan ini begitu menjanjikan dan dapat digunakan untuk mengembangkan aspek militer dan politik.

  1. Kepentingan Politik

Penyebab ini cukup mudah untuk dipahami dengan menganalisis perang yang telah terjadi antara Palestina dan Israel. Dapat dilihat bahwa dalam peperangan ada unsur perpolitikan yang begitu kental. Kedudukan Israel dianggap sebagai pemerintahan yang baik dan menjanjikan, apalagi di antara negara tetangganya.

Alhasil Israel terus melanjutkan langkah untuk mengembangkan kaumnya yaitu dengan berusaha menguasai wilayah kecil dan potensial. Salah satunya yaitu Palestina, karena menguasai negara ini dapat menjadi suatu pembuktian bahwa kaum Israel begitu hebat baik dari segi militer dan sebagainya.

Itulah lima penyebab perang Israel dan Palestina yang memicu terjadinya perang berkepanjangan sampai saat ini. Bahkan dalam keyakinan Islam disebutkan bahwa perang tersebut tidak akan berakhir sampai akhir zaman. Semoga bermanfaat!

The post 5 Penyebab Perang Israel dan Palestina Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
4 Penyebab Perang Bali dengan Belanda (1846) /indonesia/penyebab-perang-bali Wed, 17 Jul 2019 03:30:34 +0000 /?p=4740 Perang Bali merupakan ekspedisi milter pertama yang dilakukan oleh Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger terhadap kerajaan Buleleng yang berada di Bali pada tahun 1846. Tujuan Belanda mengirimkan ekspedisi mileternya yaitu untuk menyampaikan…

The post 4 Penyebab Perang Bali dengan Belanda (1846) appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Perang Bali merupakan ekspedisi milter pertama yang dilakukan oleh Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger terhadap kerajaan Buleleng yang berada di Bali pada tahun 1846. Tujuan Belanda mengirimkan ekspedisi mileternya yaitu untuk menyampaikan ultimatum yang berisi keharusan pihak Buleleng untuk menghapus hak tawan Karang dan juga mengakui kedaulatan Belanda. Akan tetapi kerajaan Buleleng yang kala itu dipimpin oleh raja dan patihnya Gusti Jelantik tidak mempedulikan ultimatum Belanda tersebut. Baca juga Penyebab perang ambon dan Sejarah perang batak.

Sekilas tentang Perang Bali

Setahun setelah pemberian ultimatum, pasukan militer Belanda datang dan melakukan penyerbuan terhadap Kerajaan Buleleng. Ketika peristiwa tersebut terjadi Buleleng telah mendapat bantuan dari Karangasem. Akan tetapi istana Buleleng tidak dapat dipertahankan dan harus jatuh ke tangan pihak Belanda. Akibatnya Raja Buleleng terpaksa harus menyingkir ke wilayah Jagaraga. Sementara itu pihak Belanda yang masih tidak ingin menyerah juga melancarkan serangan ke Jagaraga dengan pasukan yang jauh lebih besar dan hasilnya wilayah tersebut juga berhasil direbut pihak Belanda.

Penyerangan yang dilakukan Belanda tidak berhenti sampai di situ saja, wilayah Karangasem, Gianyar, dan Klungkung juga diserbu oleh pasukan militernya. Meskipun memiliki banyak pasukan pihak Belanda tetap merasa kesulitan menghadapi semangat juang rakyat Bali yang begitu menggebu-gebu. Akhirnya agar perang dapat selesai lebih cepat, dilancarkanlah serangan besar-besaran pada tahun 1906 ke Bali. Satu tahun setelah peristiwa tersebut seluruh wilayah Bali sudah berada di bawah kekuasaan Belanda.

Penyebab Perang Bali

Setiap peperangan yang terjadi tentu lahir, karena ada penyebabnya begitupun dengan yang terjadi di Bali pada tahun 1906. Perang tersebut juga dikenal sebagai Perang Puputan. Berikut adalah beberapa penyebab perang Bali.

  1. Hak Tawan Karang

Hak Tawan Karang adalah hak mutlak yang dimiliki kerajaan Bali dalam hal ini kerajaan Buleleng, untuk menyita kapal-kapal yang berlabuh di wilayah pesisir pulau Bali. Kapal yang disita tersebut kemudian menjadi hak miliki kerajaan Bali. Sebenarnya tujuan dari hal ini yaitu sebagai bentuk upaya perlindungan Bali dari ancaman penjajah, apalagi dari Belanda. Baca juga Kronologi perang dunia 2Sejarah perang amerika dan Negara yang terlihat perang dunia 2.

Sayangnya hal yang ditakutkan justru terjadi dimana pihak Belanda pada akhirnya sampai ke perairan Bali dengan membawa bala tentara. Mereka tidak setuju dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Kerajaan Bali dan merasa bahwa kebijakan tersebut sangat merugikan pihaknya. Akan tetapi apa yang telah dilakukan kerajaan Bali adalah suatu tradisi yang harus dipatuhi oleh siapapun terutama pendatang, sehingga sulit untuk dipatahkan.

Atas dasar hal itulah yang dianggap Belanda sebagai suatu kebijakan tidak masuk akal, sehingga mengirim pasukan militer untuk melakukan serangan terhadap kerajaan Bali. Meskipun begitu perang tidak serta merta langsung terjadi. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa Belanda sempat memberi ultimatum untuk menghapuskan kebijakan tersebut, tetapi ditolak. Pihak kerajaan Bali beranggapan bahwa pendatang harus mengikuti dan tunduk terhadap aturan yang berlaku, terutama di wilayah kepulauan seperti Pulau Bali.

Karena perselisihan tersebut akhirnya Belanda mulai melancarkan serangannya dengan mengeluarkan senjata berupa meriam. Meriam tersebut kemudian ditembakkan menuju dinding-dinding kerajaan Bali yaitu kerajaan Buleleng. Ketika menyadari penyerangan tersebut, pihak Buleleng masih terus berupaya maksimal hingga titik darah penghabisan untuk melindungi kerajaan. korban tidak hanya jatuh di pihak kerajaan Buleleng saja, tetapi juga pasukan Belanda. Tetapi akhirnya wilayah Bali perlahan-lahan dikuasai oleh Belanda.

  1. Adanya Tuntutan untuk Monopoli Perdagangan dari Belanda

Pada masa tersebut pihak Belanda sebenarnya juga berusaha untuk memanfaatkan sektor perekonomian di Bali. Usaha tersebut dilakukan dengan memonopoli perdagangan yang dikuasai oleh Belanda sendiri dan berupaya agar bisa mengambil alih perdagangan di seluruh pasar yang ada di pulau Bali. Sebenarnya kejadian tersebut sudah terjadi jauh sebelum perang pecah pada tahun 1906

Upaya pihak Belanda tersebut tentu saja menyulut kemarahan dari rakyat Bali. Rakyat merasa benar-benar dirugikan dengan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pihak pemerintah Belanda hanya demi keuntungan secara sepihak. Akibatnya perang tidak dapat terelakkan lagi dan kala itu korban yang jatuh dari pihak Bali jauh lebih banyak.

  1. Invasi dari Belanda

Seperti yang diketahui bahwa tujuan Belanda menjajah Indonesia yaitu untuk menguasai wilayah potensial di negeri ini. Salah satu bukti upaya tersebut adalah pemicu terjadinya Pertempuran Bandung Lautan Api. Invasi yang dilakukan Belanda di pulau Jawa pun mulai merambah ke pulau-pulau kecil di sekitarnya, termasuk pulau Bali. Itulah mengapa Belanda melabuhkan kapal-kapal miliknya dan harus mengalami konflik panjang dengan pihak kerajaan Buleleng di Bali.

  1. Terjadi Perebutan Wilayah Kerajaan Buleleng

Perebutan wilayah kerajaan Buleleng merupakan dampak dari upaya perlawanan rakyat Bali. Pihak Belanda sendiri melakukan hal tersebut dengan tujuan agar semua provokator yang mampu membangkitkan semangat juang rakyat Bali dapat dibasmi. Pasukan militer pun dikerahkan untuk menyerang kerajaan Buleleng serta kerajaan-kerajaan lain yang juga memberi dukungan terhadap pihak Buleleng. Baca juga Sejarah nazi dan Sejarah perang aleppo.

Meskipun semangat dari rakyat Bali begitu besar, tetapi mereka kalah jumlah dan persenjataan Belanda jauh lebih maju. Akhirnya perlahan-lahan perlawanan rakyat berhasil di redam oleh pihak Belanda, sehingga wilayah Buleleng juga berada di bawah kekuasaannya. Tidak hanya itu beberapa kebijakan yang dikeluarkan pihak Belanda juga dinilai sebagai suatu pelanggaran Hak Asasi Manusia terhadap rakyat Indonesia.

Akan tetapi perjuangan rakyat Bali tidak berhenti sampai di situ saja. Sebagai bentuk upaya mempertahankan harga diri pihak Bali menghimpun kekuatan untuk melawan Belanda yang disebut sebagai perang Puputan. Perang ini benar-benar menunjukkan semangat juang Bali, bahkan sampai titik darah penghabisan. Pada akhirnya pihak Bali yang telah mengorbankan begitu banyak nyawa harus rela kalah dalam perang, tetapi usaha dan perjuangannya terus terasa sampai saat ini.

Itulah 4 penyebab perang Bali yang pecah pada tahun 1906 silam. Setelah peperangan tersebut, pihak Belanda kemudian membangun benteng di Bali dan menerapkan kebijakan sesuai dengan keinginan mereka. Akan tetapi tidak lama kemudian perang kedua kembali meletus. Semoga bermanfaat.

The post 4 Penyebab Perang Bali dengan Belanda (1846) appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
3 Penyebab Perang Korea Utara dan Selatan /dunia/penyebab-perang-korea Wed, 17 Jul 2019 03:05:16 +0000 /?p=4711 Perang Korea adalah perang yang terjadi antara Korea Selatan dan Korea Utara. Konflik yang berujung perang ini berlangsung sejak tanggal 25 Juni 1950 hingga 27 Juli 1953, sekitar tiga tahun…

The post 3 Penyebab Perang Korea Utara dan Selatan appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Perang Korea adalah perang yang terjadi antara Korea Selatan dan Korea Utara. Konflik yang berujung perang ini berlangsung sejak tanggal 25 Juni 1950 hingga 27 Juli 1953, sekitar tiga tahun lamanya. Perang ini juga biasa disebut sebagai ‘proxy war’ dalam bahasa Inggris atau ‘perang yang dimandatkan’ antara Amerika Serikat dengan sekutu PBB dan Uni Soviet dengan Republik Rakyat Tiongkok.

Pihak yang menjadi sekutu utama dari Korea Utara antara lain Republik Rakyat Tiongkok dan Uni Soviet. Keduanya menyediakan kekuatan militer dari Tiongkok dan pilot pesawat, penasehat perang, serta persenjataan dari Uni Soviet. Sedangkan pihak sekutu dari Korea Selatan antara lain Amerika Serikat, Australia, Kanada, Britania Raya, dan masih banyak negara yang berada di bawah naungan PBB. Baca juga kronologi perang dunia 2 dan negara yang terlibat perang dunia 2.

Penyebab Perang Korea

Tidak ada perang di dunia ini yang terjadi tanpa alasan, begitupun antara Korea Utara dan Korea Selatan. Perang selama tiga tahun di antara keduanya meletus, karena ada beberapa hal-hal yang memicunya untuk muncul ke permukaan. Berikut adalah beberapa penyebab perang korea tersebut.

  1. Adanya Persaingan ideologi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet

Sebenarnya Korea adalah negara yang pernah dijajah oleh Jepang. Masa penjajahan tersebut bahkan masih berlangsung ketika terjadinya Perang Dunia II dimana Jepang menggunakan ternak, logam, dan makanan dari Korea untuk kepentingan mereka dalam peperangan.  Kondisi Korea ketika dijajah oleh Jepang benar-benar sangat miris.

Sejarah menceritakan bahwa sepanjang masa penjajahan tersebut, pihak Kekaisaran Jepang memerintahkan agar asimilasi budaya dilakukan. Pada waktu itu seluruh warga Korea dilarang untuk menggunakan bahasa Korea, menyanyikan lagu Korea, dan bahkan segala hal yang mempunyai kaitan dengan Korea. Alasannya cukup sederhana, mereka diwajibkan agar menggunakan bahasa dan menjunjung tinggi budaya Jepang.

Tidak hanya berhenti sampai di situ, masyarakat Korea juga diperintahkan agar mengganti nama menggunakan nama Jepang saja. Bahkan ada sekitar 2,6 juta warga Korea yang dipaksa untuk bekerja di luar negeri. Selanjutnya pada tahun 1945 yaitu masa akhir dari perang dunia 2, ada banyak sekali pemuda Korea yang dijadikan tentara secara paksa oleh Jepang. Meski menjadi masa paling berat, tetapi setelah perang dunia berakhir, Jepang mengalami kekalahan dan dunia tidak mau mengakui kekuatan Jepang di Korea lagi. Baca juga Sejarah naziSejarah perang amerika dan penyebab perang bosnia.

Sebelum itu, tentara Amerika Serikat dan Uni Soviet melakukan penyerangan ke Korea. Hal ini merupakan upaya untuk melepaskan negeri ginseng merah tersebut dari jajahan Jepang. Tentara Uni Soviet mendarat di bagian utara Korea, sedangkan tentara Amerika Serikat mendarat di bagian selatan Korea. Akibatnya ketika perang dunia 2, Uni Soviet dan Amerika Serikat membagi dua wilayah Korea tanpa melibatkan pihak Korea sendiri.

  1. Pembagian Wilayah Korea Menjadi Dua Bagian

Seperti yang telah disebutkan bahwa Amerika Serikat dan Uni Soviet membagi Korea secara sepihak. Saat itu Korea diwakili oleh pihak dari Amerika Serikat yaitu Dean Rusk dan Charles Bonesteel. Hal ini diputuskan dalam konferensi Postdam yang diadakan mulai Juli hingga Agustus 1945. Meskipun begitu sebenarnya keputusan ini bertentangan dengan hasil dari konferensi Kairo dua tahun sebelumnya bahwa Korea harus menjadi suatu negara yang bebas dan merdeka.

Setelah pihak militer berkuasa Jenderal Jhon H. Hodge mulai mengambil kontrol terhadap wilayah Korea Selatan. Ia menolak pengakuan dari USAMGIK terhadap Republik Rakyat Korea yang merupakan pemerintahan di bagian semenanjung Korea (Agustus – September 1945). Bahkan ia mengembalikan lagi kekuasaan administrator kunci kolonial Jepang serta polisi kolabolatornya.  Penolakan tersebut disebabkan adanya anggapan bahwa USAMGIK merupakan bagian dari paham komunis. Akibatnya kebijakan ini memicu gejolak dari masyarakat, yang akhirnya menyebabkan perang saudara Korea.

  1. Pembentukan Wilayah Korea Utara Tidak Disetujui oleh Amerika Serikat

Pada bulan Desember 1945 Komite bersama Amerika Serikat dan Uni Soviet membuat persetujuan mengenai Konferensi Menteri Luar Negeri Moskwa pada bulan Oktober 1945 tanpa melibatkan pihak Korea sama sekali. Komite tersebut membuat keputusan bahwa Korea akan merdeka setelah lima tahun berada di bawah kepemimpinan Dewan Perwalian.

Keputusan itu memicu kemarahan dari rakyat Korea sendiri dan akhirnya mulai melakukan revolusi di bagian selatan. Bentuk ketidaksetujuan mereka mulai dari aksi protes sampai pengankatan senjata. Akibat dari keputusan yang dianggap menindas kedaulatan tersebut  terjadilah konflik di seluruh wilayah yang diduduki oleh Amerika Serikat, sedangkan pihak USAMGIK akhirnya harus rela kehilangan kekuasaan. Baca juga Sejarah perang batak dan Sejarah perang ambon 1999.

Sementara itu Demotratic Council yang berada di bawah kepemimpinan Syangman Rhee menentang keputusan perwalian dari Amerika Serikat dan Uni Soviet di Korea. Alasannya Korea sudah tidak ingin lagi berada di bawah kekuasaan perwalian setelah 35 tahun mengalami hal yang sama dari pihak Jepang.

Amerika Serikat kemudian melihat celah dan menjadikannya sebagai keuntungan dengan keluar dari perjanjian Moskwa dan mulai membentuk sendiri pemerintahan anti-komunis di wilayah selatan dan bahkan mengadakan pemilu. Uni Soviet juga balas menentang hal tersebut dan menyuruh agar Amerika mematuhi kembali perjanjian Moskwa.

Selanjutnya pemerintah anti-komunis yang berada di selatan tersebut mengumumkan konstitusi politik nasional pada 17 Juli 1948, pada 20 Juli 1948 memilih Syngman Rhee sebagai Presiden, dan pada 15 Agustus 1948 mendirikan Republik Korea Selatan secara resmi. Hal yang sama juga terjadi di wilayah pendudukan Uni Soviet dengan mendirikan suatu pemerintahan komunis Korea Utara dengan Kim Il Sung sebagai pemimpin. Pihak sayap kiri yang diusir oleh Presiden Kor-Sel beralih ke perbukitan dan menyiapkan diri melakukan perang gerilya.

  1. Keputusan Sidang Umum PBB pada Desember 1948

Hasil dari Sidang Umum PBB yang diadakan pada bulan Desember 1948 menyatakan bahwa pemerintahan Korea Selatan adalah suatu pemerintah yang diakui secara sah di wilayah Semenanjung Korea. Selain itu juga dibentuk komisi baru Korea yaitu Comission on Korea yang mempunyai beberapa tugas antara lain:

  • Berusaha untuk menyatukan antara Korea Utara dan Korea Selatan.
  • Menggantikan komisi PBB yang telah dibentuk untuk Korea.
  • Melakukan penyelidikan terkait upaya penarikan pasukan di Semenanjung Korea.

Dampak dari keputusan mengenai pengakuan terhadap pemerintahan di Semenangjung Korea tersebut membuat pihak Korea Utara semakin membenci Korea Selatan dan Amerika Serikat. Apalagi hak-hak dari Korea Utara tidak diakui oleh PBB. Meskipun begitu pihak Uni Soviet tetap memberi dukungan terhadap Kor-Ut agar segera memperoleh haknya.

Itulah empat penyebab perang Korea yang terjadi antara Korea Selatan dan Korea Utara. Meskipun perang tersebut telah berakhir, tetapi dampaknya masih terasa hingga sekarang. Semoga bermanfaat.

The post 3 Penyebab Perang Korea Utara dan Selatan appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>