prasasti – Sejarah Lengkap Sejarahwan Mon, 16 Jul 2018 07:45:28 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=5.5.5 22 Peninggalan Kerajaan Kediri Beserta Gambarnya (Paling Lengkap) /indonesia/kerajaan/peninggalan-kerajaan-kediri Tue, 04 Jul 2017 08:57:23 +0000 /?p=745 Peninggalan Kerajaan Kediri menjadi bukti bahwa dahulu kala berdiri kerajaan di jawa timur. Kerajaan Kediri adalah salah satu Kerajaan Hindu yang ada di wilayah Jawa Timur yang juga terkenal dengan…

The post 22 Peninggalan Kerajaan Kediri Beserta Gambarnya (Paling Lengkap) appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Peninggalan Kerajaan Kediri menjadi bukti bahwa dahulu kala berdiri kerajaan di jawa timur. Kerajaan Kediri adalah salah satu Kerajaan Hindu yang ada di wilayah Jawa Timur yang juga terkenal dengan sebutan lain yakni Panjalu dan juga Kadiri. Kerajaan Kediri berdiri dari tahun 1042 dan akhirnya runtuh pada tahun 1222 yang memiliki pusat pemerintahan di Kota Daha.

Baca Juga :

Peninggalan Kerajaan Kediri

Ada banyak bukti peninggalan sejara dari Kerajaan Kediri yang masih bisa kita lihat hingga sekarang, baik itu berupa candi, arca, prasasti dan juga berbagai kitab sastra. Untuk mengetahui secara lengkap apa saja peninggalan Kerajaan Kediri, kali ini akan kami jelaskan secara lengkap untuk anda.

1. Candi Tondowongso

Candi TondowongsoCandi Tondowongso berada di Desa Gayam, Kecamatan Gurah, Kediri, Jawa Timur yang ditemukan belum lama ini yakni pada tahun 2007. Arsitektur dari arca dan bentuk bangunan yang ditemukan disekitar candi memperlihatkan jika bangunan ini dibangun pada abad ke-9 yakni disaat pusat politik dipindahkan dari Jawa Tengah menuju wilayah Jawa Timur.

Meskipun menjadi penemuan di era modern, namun sampai saat ini keadaan dari Candi Tondowongso beserta kompleks disekelilingnya masih sangat memperihatinkan dan belum mendapat perhatian dari pemerintah. Candi Tondowongso dengan luas 1 hektar ini menjadi penemuan terbesar sejarah Indonesia pada 30 tahun terakhir. Profesor Soekmono juga pernah menemukan satu buah arca pada lokasi yang sama di tahun 1957 dan penemuan situs Candi Tondowongso ini diawali dari penemuan beberapa arca oleh pengrajin batu setempat.

Artikel terkait:

2. Candi Panataran

Peninggalan Kerajaan KediriCandi Panataran terletak di lereng Gunung Kelud Barat Daya di Utara Kota Blitar pada ketinggian 450 meter dari permukaan laut dan menjadi candi paling indah dan besar di Jawa Timur. Dari beberapa prasasti yang juga ditemukan di sekitar candi, maka diketahui jika candi ini dibangun sekitar abad ke-12 sampai 14 Masehi pada masa pemerintahan Raja Srengga sampai Raja Wikramawardhana. Sistem Candi Panataran dan terasnya berundak memakai susunan batu andesity yang saling mengunci.

Candi Panataran atau Candi Palah ini adalah sebuah candi bersifat keagamaan Hindu Siwaitis dan pada Kitab Desawarnana atau Nagarakretagama yang dibuat pada tahun 1365, Candi ini dikatakan menjadi bangunan suci yang sudah dikunjungi Raja Hayam Wuruk saat ia melakukan perjalanan keliling Jawa Timur.

Kompleks Candi Panataran – Kompleks Candi Panataran ini terdiri dari beberapa bangunan yang pada bagian candi utama di sisi Timur ada sebuah sungai  dan kompleks candi disusun memakai pola linear dengan beberapa candi perwara serta balai pendopo yang ada di bagian depan candi utama. Pola susun candi ini agak tidak beraturan dan menjadi ciri khas dari langgam Jawa Timur yang berkembang di masa Kediri dan Majapahit. Kompleks candi ini berdiri di area seluas 12.946 meter yang dibagi menjadi 3 bagian kecuali untuk bagian tenggara dan dipisahkan oleh 2 buah dinding.

Sejarah Candi Panataran – Relief yang ada pada candi ini berbentuk medalion serta kotak panel. Nama asli Candi Panataran yakni Candi Palah tertulis dalam Prasasti Palah yang dibangun pada tahun 1194 oleh Raja Syrenngra bergelar Sri Maharaja Sri Sarweqwara Triwikramawataranindita Çrengalancana Digwijayottungadewa dengan masa pemerintahan Kediri dari tahun 1190 hingga 1200. Candi gunung digunakan sebagai tempat upacara pemujaan untuk menghindari bahaya yang disebabkan karena Gunung Kelud sering meletus. Dalam Kitab Negarakretagama yang ditulis Mpu Prapanca diceritakan tentang perjalanan yang dilakukan oleh Raja Hayam Wuruk yang memerintah dari tahun 1350 sampai dengan 1389 ke Candi Palah untuk melaksanakan pemujaan pada Hyang Acalapat perwujudan Siwa sebagai Girindra. Di masa pemerintahan Jayanegara, Candi Panataran mulai mendapat perhatian dan dilanjutkan kembali oleh Tribuanatunggadewi dan Hayam Wuruk.

Artikel terkait:

3. Candi Gurah

Peninggalan Kerajaan KediriPeninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah Candi Gurah. Candi Gurah berada di Kecamatan Gurah, Kediri, Jawa Timur yang ditemukan pada tahun 1957 dan letaknya berada di 2 km dari situs Candi Tondowongso. Candi Gurah ini berukuran 9 x 9 meter. Ada persamaan dari Candi Gurah dan Candi Tondowongso yakni Arca Brahma, Surya, Candra, Yoni dan Nandi. Selain itu, penempatan arca dikedua candi tersebut juga sama meskipun pada bangunan tempat arca Candra, Surya dan juga Nandi dari Candi Tondowongso belum terlihat jelas bentuknya.

Profesor Soekmono menduga jika Candi Gurah ada dalam satu kompleks yang sama dengan Candi Tondowongso sebab mempunyai ciri khas yang adalah gaya peralihan antara candi Jawa Tengah dengan candi Jawa Timur. Karena itu, penelitian menyeluruh untuk Candi Tondowongso sangat penting untuk dilakukan sebab sampai saat ini belum ada wujud nyata dari bentuk bangunan gaya peralihan tersebut.

4. Candi Mirigambar

Peninggalan Kerajaan KediriCandi Mirigambar merupakan candi peninggalan dari Kerajaan Kediri selanjutnya yang ditemukan pada sebuah lapangan di Desa Mirigambar, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung, Jawa Timur. Menurut perkiraan, candi ini dibangun pada tahun 1214 sampai dengan 1310 Saka dengan material yang terbuat dari bata merah seperti halnya pada candi lain di wilayah Jawa Timur. Salah seorang petinggi dari Desa Mirigambar di tahun 1965 melindungi Candi Mirigambar tersebut dari ikonklastik sehingga candi ini masih bisa kita lihat hingga sekarang. Ikonklastik sendiri merupakan perbuatan menghancurkan berbagai kebudayaan yang dianggap sebagai berhala.

Struktur candi ini terbuat dari batu bata merah, dimana pada dinding candi terdapat relief patung yang diukir. Pada bagian kanan depan terdapat relief 2 tokoh lelaki yang sedang mengapit 2 tokoh perempuan dan pada salah satu tokoh lelaki bertubuh besar dan terdapat relief seorang tokoh lelaki yang sedang berdiri. Pada bagian tepi halaman candi sebelah Utara ada tumpukan batu bata merah yang menurut cerita merupakan reruntuhan dari candi lainnya yang juga ditemukan di sekitar Candi Mirigambar tersebut. Pada bagian tepi halaman selatan juga terdapat lempengan batu andesit dan terukir tahun 1310c atau 1388 Masehi.

Artikel terkait:

5. Candi Tuban

Candi Tuban yang menjadi salah satu peninggalan dari Kerajaan Kediri ini, kini hanya menyisakan reruntuhannya saja yang terletak di 500 meter dari Candi Minigambar. Saat ini, Candi Tuban sudah tertutup dengan tanah sehingga tidak memungkinkan untuk dibangun kembali. Pada saat ini, diatas timbunan Candi Tuban sudah dijadikan kandang beberapa hewan ternak.

6. Prasasti Kamulan

Peninggalan Kerajaan KediriPrasasti Kamulan ditemukan di Desa Kamulan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur yang dibuat pada tahun 1194 Masehi atau 1116 Saka yakni pada masa pemerintahan Raja Kertajaya. Prasasti Kamulan ini berisi tentang berdirinya Kabupaten Trenggalek pada Rabu Kliwon tanggal 31 Agustus 1194.

Dalam prasasti ini tertulis nama Kediri yang diserang Raja Kerajaan sebelah Timur dan pada tanggal yang tertulis dalam prasasti adalah tanggal 31 Agustus 1191. Ukiran yang ada pada prasasti ini masih bisa terlihat dengan jelas dan bisa anda lihat dengan mengunjungi langsung lokasi Prasasti Kamulan tersebut.

Baca Juga :

7. Prasasti Galunggung

Peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah prasasti Galunggung. Prasasti Galunggung ditemukan di Rejotangan, Tulungagung dengan ukuran 160 x 80 x 75 cm dengan memakai huruf Jawa Kuno sebanyak 20 baris kalimat. Aksara yang terdapat pada prasasti ini sudah tidak terlalu jelas terbaca karena sudah ada bagian yang rusak, akan tetapi hanya bagian tahun saja yang masih bisa terbaca dengan jelas yakni tahun 1123 Saka. Pada bagian depan prasasti ini terdapat lambang sebuah lingkaran dan pada bagian tengah lingkaran terdapat gambar persegi panjang dan juga beberapa logo atau gambar.

Artikel terkait:

8. Prasasti Jaring

Prasasti Jaring dibuat pada 19 November 1181 dengan isi yang menerangkan tentang pengabulan permohonan penduduk dukuh jaring lewat senapati Sarwajala yakni keinginan yang tidak sempat diwujudkan oleh raja sebelumnya. Prasasti Jaring ini menyebutkan jika pejabat Kediri mempunyai gelar atau sebutan dengan menggunakan nama hewan seperti Menjangan Puguh, Lembu Agra serta Macan Kuning.

9. Prasasti Panumbangan

Prasasti Panumbangan dibuat pada 2 Agustus 1120 yang dikeluarkan oleh Maharaja Bameswara dengan isi tentang penetapan Desa Panumbangan sebagai Sima Swatantra atau desa bebas pajak.

10. Prasasti Talan

Prasasti Talan ditemukan di Desa Gurit, Blitar, Jawa Timur yang dibuat tahun 1136 Masehi atau 1058 Saka. Isi dari prasasti ini adalah tentang penetapan masuknya Desa Talan ke wilayah Panumbang yang sudha terbebas dari pajak. Pada prasasti ini dilengkapi dengan pahatan Garudhamukalanca yakni pahatan berupa tubuh manusia dengan sayap dan kepala garuda.

11. Prasasti Sirah Keting

Berisi tentang pemberian tanah dari Raja Jayawarsa untuk rakyat Desa Sirah Keting berkat jasanya untuk Kerajaan Kediri.

12. Prasasti Kertosono

Berisi tentang masalah keagaamaan dari masa pemerintahan Raja Kameshwara.

13. Prasasti Ngantang

Peninggalan Kerajaan KediriBerisi tentang pemberian tanah bebas pajak oleh Jayabaya untuk Desa Ngantang berkat jasanya mengabdi pada Kerajaan Kediri. Pada Prasasti ini tertulis angka tahun 1057 Saka atau 1135 Masehi yang ditemukan di Desa Ngantang, Malang dan sekarang menjadi koleksi dari Museum  Nasional. Saat penduduk dari Hantang dan juga 12 desa masuk dalam wilayah menghadap raja dengan perantara guru raja yakni Mpungku Naiyayikarsana yang memohon agar prasasti tersebut didharmakan di Gajapada dan Nagapuspa yang ditulis diatas daun lontar dan kemudian dipindahkan ke batu dan ditambah lagi dengan anugerah dari Raja Jayabhaya itu sendiri.

Permohonan tersebut lalu dikabulkan oleh raja sebab rakyat Hantang sudah menunjukkan baktinya yang sesungguhnya pada raja yakni dengan menyerahkan cancu tan pamusuh dan cancu ragadaha dan juga disaat ada sebuah aksi untuk memisahkan diri, mereka tetap setia dengan selalu memihak Raja Jayabhaya.

Artikel terkait:

14. Prasasti Padelegan

Prasasti PadeleganBerisi tentang bakti yang dilakukan penduduk Desa Padegelan pada Raja Kameshwara. Prasasti Padelegan ini memiliki bentuk stella dengan puncak kurawal berukutan 145 cm, lebar atas 81 cml lebar bawah 70 cm dan tebal 18 cm. Aksara Jawa Kuno yang terdapat pada prasasti ini sudah banyak yang aus, namun berhasil terbaca oleh Oud Javansche Oorkonde dan dalam prasasti ini terdapat penanggalan angka tahun 1038 Saka atau 11 Januari 1117 Masehi. Prasasti ini menjadi prasasti pertama yang dikeluarkan Raja Bameswara sehingga menjadi prasasti pertama Kerajaan Kediri sesudah menjalani masa kelam Raja Samarawijaya yang memerintah pada tahun 1042 Masehi sampai dengan 1044 Masehi dan berkuasa di Daha sesudah pembagian kerajaan oleh Raja Airlangga.

Prasasti ini tersimpan di Museum Panataran, Kabupaten Blitar yang dimana pada bagian atas prasasti terdapat sebuah ornamen lancana yang disebut dengan Candrakapala. Candrakapala lancana ini digambarkan dengan kepala tengkorak yang terlihat bagian tulang pipi dan dahi menonjol, bentuk mata bulat besar seperti sedang terbelalak dan senyuman yang menyeringai lebar dengan 2 buah gigi besar di bagian depan dan gigi taring di bagian kanan dan kiri sehingga terlihat sangat menyeramkan. Pada bagian dahi juga terdapat bulatan sedikit melengkung yang kemungkinan merupakan bentuk bulan sabit dengan kedua ujung yang menghadap ke bawah.

15. Prasasti Ceker

Prasasti yang berisi tentang anugrah yang diberikan raja untuk penduduk Desa Ceker yang sudah mengabdi untuk kemajuan Kerajaan Kediri.

16. Kitab Kakawin Bharatayudha

Peninggalan Kerajaan KediriKitab Kakawin Bharatayudha dikarang oleh Mpu Sedah dan juga Mpu Panuluh dengan isi Kitab yang menceritakan tentang perjuangan yang dilakukan oleh Raja Jenggala, Jayabaya dan akhirnya berhasil menaklukan Panjalu. Kisah perjuangan Raja Jayabaya ini dianalogikan menjadi kisah peperangan dari Kurawa dan Pandawa di dalam kisah Mahabarata. Prasasti ini mnurut perkiraan dibuat pada tahun 1079 Saka atau 1157 Masehi di pemerintahan Prabu Jayabaya dan selesai ditulis pada 6 November 1157. Pada bagian awal kitab sampai ke kisah Prabu Salya ke medan perang merupakan karya dari Mpu Sedah dan kemudian dilanjutkan oleh Mpu Panuluh.

Menurut cerita, saat Mpu Sedah ingin menulis tentang kecantikan dari Dewi Setyawati permaisuri dari Prabu Salya, ia memerlukan contoh agar tulisannya bisa berhasil sehingga putri Prabu Jayabaya diberikan, namun Mpu Sedah berbuat tidak baik sehingga ia dihukum dan karyanya diberikan pada orang lain. Namun, menurut Mpu Panuluh, sesudah karya dari Mpu Sedah hampir seleai yakni saat menceritakan Prabu Salya yang berangkat ke medan perang maka ia tidak tega untuk melanjutkan ceritanya tersebut sehingga meminta Mpu Panuluh untuk meneruskan kitab tersebut dan cerita ini diungkap pada akhir kakawin Bharatayuddha.

17. Kitab Kresnayana

Peninggalan Kerajaan KediriPeninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah kitab kresnayana. Kitab Kresnayana dikarang oleh Mpu Triguna yang isinya menceritakan tentang riwayat hidup Kresna yakni seorang anak yang mempunyai kekuatan besar akan tetapi sangat senang menolong orang lain. Dalam Kitab ini diceritakan tentang Kresna yang sangat disukai oleh rakyat dan ia menikah dengan Dewi Rukmin.  Apabila diartikan secara harafiah, maka Kresnayana berarti perjalanan Krena ke negeri Kundina tempat Sang Rukmini. Dewi Rukmini, putri dari Prabu Bismaka di negeri Kundina tersebut sudah dijodohkan dengan Suniti yang merupakan raja negeri Cedi. Akan tetapi, ibu dari Rukmini yakni Dewi Pretukirti lebih ingin putrinya menikah dengan Kresna. Oleh sebab itu, pada hari besar yang semakin dekat, Suniti dan Jarasanda pamannya datang ke Kundina dan Pretukirti serta Rukmini secara diam-diam memberitahu Kresna untuk datang secepat mungkin dan Rukmini serta Krena melarikan diri. Mereka kemudian dikejar oleh Suniti, Jarasanda serta Rukma adik dari Rukmini sekaligus bersama dengan tentara mereka. Kresna lalu berhasil semua dan hampir saja membunuh Rukma, akan tetapi Rukmini mencegahnya lalu mereka berdua pergi ke Dwarwati lalu menggelar pesta pernikahannya disana.

Artikel terkait:

18. Kitab Sumarasantaka

Kitab Sumarasantaka dikarang oleh Mpu Monaguna yang menceritakan tentang kutukan Harini yakni seorang bidadari dari khayangan yang sudah berbuat kesalahan dan ia dikutuk menjadi manusia. Harini lalu tinggal di bumi selama beberapa saat sampai kutukan tersebut selesai.

19. Kitab Gatotkacasraya

Kitab Gatotkacasraya dikarang oleh Mpu Panuluh yang menceritakan tentang kisah kepahlawanan dari Gatotkaca yang sudah berhasil menyatukan Abimayu yang adalah putra dari Arjuan dengan Siti Sundhari.

20. Kitab Smaradhana

Kitab SmaradhanaKitab Smaradhana dikarang oleh Mpu Dharmaja yang isinya menceritakan tentang kisah Dewa Kama serta Dewi Ratih yang merupakan sepasang suami istri menghilang secara misterius sebab terkena api yang keluar dari mata ketiga Dewa Syiwa. Saat Batara Siwa sedang pergi untuk bertapa, Indralaya dikunjungi oleh para musuh yakni raksasa dengan rajanya bernama Nilarudraka. Karena Batara Siwa sangat serius dengan tapanya, maka ia seolah lupa dengan keadaan di khayangan. Agar Batara Siwa bisa teringat dan kembali ke khayangan, maka paa dewa mengutus Batara Kamajaya untuk menjemput Batara Siwa. Batara Kamajaya mencoba berbagai cara seperti panah bunga, namun Batara Siwa tetap tidak bergeming dari tapanya yang akhirnya dilepaskannya panah pancawisesa yakni hasrat mendengar yang merdu, hasrat mengenyam yang lezat, hasrat meraba yang halus, hasrat mencium yang harum dan hasrat memandang yang serba indah.

Karena panah pancawisesa tersebut, akhirnya Batara Siwa merasa rindu dengan Dewi Uma, akan tetapi saat mata ketiganya yang berada di tengah dahi mengetahui jika itu perbuatan dari Batara Kamajaya, maka ia menatap Batara Kamajaya yang membuat dirinya hancur. Dewi Ratih yang merupakan istri dari Batara Kamajaya lalu melaksanakan bela dengan menceburkan dirinya dalam api yang telah membakar suaminya dan para dewa memanjatkan ampun atas semua kejadian tersebut supaya mereka bisa dihidupkan kembali, akan tetapi permintaan tersebut tidak dikabulkan dan jiwa sabda Batara Kamajaya turun ke dunia lalu masuk ke hati laki-laki, sementara Dewi Ratih masuk ke jiwa wanita.

Saat Siwa duduk berdua dengan Dewi Uma, para dewa datang mengunjungi termasuk Dewa Indra beserta gajahnya Airawata yang sangat dahsyat sehingga membuat Dewi Uma ketakutan melihatnya. Dewi Uma lalu melahirkan putra berkepala gajah yang dinamakan Ganesha. Saat raksasa Nilarudraka datang ke khayangan, maka Ganesha bertanding melawannya dan membuat Ganesha terus bertambah besar dan semakin kuat sehingga musuh bisa dikalahkan dan para dewa bersukacita.

Artikel terkait:

21. Arca Buddha Vajrasattva

Arca Buddha Vajrasattva berasal dari Kerajaan Kediri pada abad ke-10 atau ke-11 yang sekarang ini menjadi koleksi dari Museum fur Indische Kunst, Berlin, Dahlem, Jerman.

22. Kitab Hariwangsa

Kitab Hariwangsa adalah sebuah karya sastra Jawa Kuno yang menceritakan bentuk kakawin Prabu Kresna titisan Batara Wisnu yang menikah dengan Dewi Rukmini dari negeri Kundina, yakni putri dari Prabu Bismaka dan Rukmini merupakan titisan dari Dewi Sri. Hariwangsa jika diartikan secara harafiah berarti garis keturunan Wisnu. Isi dari kitab ini menceritakan tentang Kresna yang berjalan di taman dan dikunjungi oleh Batara Narada yang mengatakan jika calon istrinya adalah titisan dari Dewi Sri, akan tetapi Prabu Jarasanda sudah ingin menikahkan dengan Raja Cedi bernama Prabu Cedya.

Prabu Kresna lalu menculik Dewi Rukmini dan pada malam sebelum pesta pernikahan, Kresna datang lalu membawwa Rukmini, sementara banyak tamu yang sudah datang. Prabu Bismaka menjadi marah dan berunding dengan raja lain yang datang dan mereka semua takut menghadapi Kresna yang sangat sakti tersebut. Jarasanda lalu meminta Yudistira dan para Pandawa untuk membantu mereka dan kemudian utusan di kirim ke Yudistira yang membuatnya menjadi bingung, sebab tugas kesatria adalah melindungi dunia serta berperang melawan hal buruk.

Kresna sendiri adalah sahabat dari para Pandawa, akan tetapi karena perbuatannya tersebut maka ia harus dihukum. Bima menjadi marah besar dan ingin membunuh utusan Jarasanda tersebut namun Arjuna mencegahnya dan tidak beberapa lama kemudian, mereka dikunjungi oleh duta Prabu Kresna yang ingin meminta bantuan. Akan tetapi karena sudah membuat janji, maka Yudistira menolaknya sambil berpesan pada duta tersebut jika Prabu Kresna tidak perlu khawatir sebab ia sangat sakti. Para Pandawa lima lalu berangkat ke negeri Karawira tempat berkuasanya Prabu Jarasanda yang lalu menyerang Dharawati, negeri Prabu Kresna.

Kresna lalu bersipa menghadapi musuh dan dibantu oleh kakanya Sang Baladewa dan mereka berdua membunuh banyak musuh termasuk Jarasanda, para korawa, Bima, Nakula dan Sahadewa, sedangkan Yudistira dibius oleh Kresna sehingga tidak mampu bergerak. Kresna lalu berperang melawan Arjuna dan hampir saja kalah, kemudian turun Batara Wisnu dari surga sehingga Kresna yang merupakan titisan Wisnu pun berubah menjadi Wisnu. Yudistira yang sudah siuman lalu meminta Wisnu agar menghidupkan semua yang tewas di medan perang dan Wisnu mengabulkannya dengan menghujani amerta sehingga semua bisa hidup kembali termasuk Jarasanda dan mereka semua datang ke pernikahan Kresna di Dwarawati. Kitab ini ditulis oleh Mpu Panuluh di saat pemerintahan Prabu Jayabaya.

Baca Juga :

Demikian ulasan yang bisa kami berikan kali ini mengenai peninggalan Kerajaan Kediri terlengkap dari mulai kitab, candi, prasasti dan juga arca. Semoga bisa bermanfaat dan menambah wawasan anda seputar sejarah kerajaan di Indonesia khususnya Kerajaan Kediri.

The post 22 Peninggalan Kerajaan Kediri Beserta Gambarnya (Paling Lengkap) appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Candi Gedong Songo Semarang (#Paling Lengkap) /bangunan/sejarah-candi-gedong-songo Fri, 19 May 2017 03:36:58 +0000 /?p=554 Sejarah Candi Gedong Songo merupakan beberapa candi yang berkelompok hingga membentuk sebuah komplek percandian yang merupakan salah satu peninggalan agama Hindu. Lokasi candi ini di desa Candi, kecamatan Bandungan, Jawa…

The post Sejarah Candi Gedong Songo Semarang (#Paling Lengkap) appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Candi Gedong Songo merupakan beberapa candi yang berkelompok hingga membentuk sebuah komplek percandian yang merupakan salah satu peninggalan agama Hindu. Lokasi candi ini di desa Candi, kecamatan Bandungan, Jawa Tengah. Secara geografis, letak candi ini berada di koordinat -7.210290, +110.342010, yang berada di ketinggian 1200 m di atas permukaan laut. Lokasi tepatnya di kaki Gunung Ungaran sehingga kesejukkan dapat dirasakan di area ini. Suhunya pun sekitar 19° – 27° Celcius. Letaknya 15 km dari kota Ambarawa dan 45 km dari kota Semarang.

Baca juga:

Sejarah Candi Gedong Songo

Sejarah Candi Gedong SongoCandi Gedong Songo belum diketahui kapan dibangunnya candi ini hingga sekarang, bahkan para arkeolog pun belum bisa memecahkan problem ini. Sehingga candi ini sampai sekarang masih sering dijadikan sebagai bahan penelitian di bidang arkeologi. Namun, ada beberapa yang berpendapat bahwa candi ini dibangun di masa pemerintahan dinasti Sanjaya Hindu di Jawa yaitu sekitar abad ke-8. Hal ini pun ditinjau dari segi bangunannya dan coraknya.

Bentuk dan relief itu telah dijadikan bukti bahwa candi ini dibangun di masa pemerintahan dinasti Sanjaya. Hal inilah yang menguatkan mereka berpendapat bahwa candi ini di bangun pada abad ke-8. Namun, belum ada yang memastikan bahkan tahun pembangunan candi ini pun belum dikonvensionalkan oleh beberapa ahli.

Baca juga:

Karakteristik Masing-Masing Candi Gedong Songo

Setiap candi pada Candi gedong Songo ini memiliki sejarah yang berbeda-beda dan memiliki karakteristik masing-masing. Berikut ini adalah sejarah masing-masing dari setiap candinya pada Candi Gedong Songo:

1. Candi Gedong I

Candi Gedong ICandi Gedong I ini merupakan salah satu candi yang terbentuk utuh di antara candi-candi lainnya di komplek candi Gedong Songo. Karakteristik pada candi ini adalah sebagai berikut: (Baca juga: Sejarah Runtuhnya Bani Umayah)

  • Berbentuk persegi panjang
  • Ukuran tidak terlalu besar
  • Tinggi sekitar 4 sampai 5 meter
  • Berdiri di atas sebuah batur
  • Kaki candinya setinggi 1 meter
  • Kaki candi terdapat hiasan berupa pahatan relief sulur dan pahatan bunga atau Padma di sekelilingnya.
  • Berdiri menghadap ke arah Timur
  • Terdapat tangga kecil di pintu masuknya
  • Di bagian dalam terdapat ruangan sempit,
  • Di bagian luar hanya terlihat polos tanpa hiasan relief, hanya pahatan bunga sederhana seperti bingkai kosong di tengahnya.

2. Candi Gedong II

Candi Gedong IISama halnya dengan Candi Gedong I, bahwa Candi Gedong II berupa sebuah bangunan  candi yang utuh. Karakteristik dari Candi Gedong II ini di antaranya: (Baca juga: Sejarah Islam di Indonesia)

  • Candi ini berdiri kokoh di atas batur bujur sangkar dengan luas 2,2m dan tinggi 1 meter. Di atas batur terdapat selasar selebar setengah meter yang mengeliling candi.
  • Terdapat tangga di depan pintu masuk Candi Gedong II. Di bagian atas pintu, terdapat hiasan pahatan Kalamakara yang menjorok keluar sepanjang 1 meter
  • Candi menghadap ke arah Timur.
  • Di bagian luarnya terdapat relung atau ceruk kecil yang terdapat sebuah arca. Relung tersebut dihiasi dengan 2 kepala naga. Juga terdapat pahatan pola kertas tempel di masing-masing relung.
  • Bagian atap terlihat reruntuhan bangunan.
  • Di depannya juga terdapat bangunan candi kecil yaitu Candi Perwara yang fungsinya sebagai penjaga Candi Gedong II.

3. Candi Gedong III

Candi Gedong IIIBerbeda halnya dengan Candi Gedong I dan II, bahwa Candi Gedong III ini terdapat 3 buah bangunan candi besar. Berikut ini karakteristiknya:

  • 2 candi berada sederet menghadap Timur dan terlihat serupa, namun satu di antara kedua candi itu tampak lebih besar dan itu adalah candi utamanya dan candi di sampingnya berfungsi sebagai Candi Perwara. Kedua candi tersebut bentuknya seupa dengan Candi Gedong II. Sedangkan 1 candi yang lebih kecil menghadap Barat.
  • Kedua candi utama memang serupa dengan Candi Gedong II, perbedaannya adalah adanya relung di pintu masuk yang terdapat arca Siwa yang berdiri dengan gada panjang di tangan kanannya.
  • Pada dinding candi utama terdapat beberapa relung yang terdapat Ganesha dan Durga bertangan 8.
  • Candi kecil di depan kedua candi utama fungsinya sebagai tempat penyimpanan yang bentuknya mirip dengan Candi Semar di Candi Dieng yang bentuknya persegi panjang dengan atapnya yang berbentuk limas.

4. Candi Gedong IV

Candi Gedong IVCandi ini merupakan sebuah candi besar yang dikelilingi oleh beberapa reruntuhan candi kecil yang merupakan candi Perwara. Karakteristik pada Candi Gedong IV adalah sebagai berikut: (Baca juga: Candi Peninggalan Budha)

  • Candi ini serupa dengan Candi Gedong II dengan batus setinggi 1 meter dan selasar yang mengelilingi seluas setengah meter.
  • Candi ini menghadap ke arah Timur.
  • Terdapat tangga di pintu masuknya dan di pintu tersebut terdapat bilik penampil tanpa arca yang menjorok sepanjang 1 meter.
  • Di bagian luarnya juga terdapat bilik penampil dengan relung yang berisi arca namun sudah rusak.
  • Candi Gedong V

Candi Gedong V ini serupa dengan Candi Gedong IV yaitu merupakan bangunan utama yang besar dan beberapa reruntuhan candi Perwira yang mengelilingi candi utama. Karakteristik dari Candi Gedong V adalah bahwa bangunan utama pada Candi Gedong V ini juga menyerupai Candi Gedong II, namun perbedaannya adalah terdapat Arca Ganesha yang duduk bersila pada beberapa relung di sisi luar candi utama.

Untuk candi lainnya seperti candi Gedong VI hingga Cando Gedong IX hamper serupa dengan Candi Gedong V dari segi karakteristik dan bentuk bangunannya. (Baca juga: Candi Peninggalan Agama Hindu)

Fungsi Candi Gedong Songo

Candi Gedong Songo yang terletak di area perbukitan ini berfungsi sebagai tempat pemujaan para pemeluk agama Hindu. Konon, telah dipercaya oleh umat Hindu bahwa gunung merupakan tempat para dewa alias khayangan atau surganya para dewa. Sehingga dapat dikatakan bahwa candi ini dapat dijadikan sebagai tempat pemujaan bagi para pemeluk agam Hindu. (Baca juga: Sejarah Kota Tua Jakarta)

Selain karena letaknya berada di area perbukitan, candi ini memiliki bentuk yang mirip dengan komplek Candi Dieng. Sehingga bukti inilah yang membuat umat Hindu menjadikan Candi Gedong Songo sebagai tempat pemujaan mereka. Bahkan hingga sekarang Anda akan masih menemukan umat agama Hindu yang sering datang ke Candi Gedong Songo. Apalagi di hari raya umat Hindu seperti hari Raya Nyepi dan lain sebagainya. (Baca juga: Sejarah Jembatan Ampera)

Awal Publikasi Candi Gedong Songo

Sejarah Candi Gedong Songo mulai dimasukkan ke dalam serajah Nusantara ini sejak tahun 1740 yang telah dikemukakan oleh Sir Thomas Stamford Raffles. Waktu itu, Raffles menemukan 7 buah bangunan berupa candi. Sehingga, dulu candi ini masih memiliki nama sebagai ‘Candi Gedong Pitu’. Kata ‘Gedong’ ini merupakan bahasa Jawa dari ‘Bangunan’ atau ‘Candi’ dan kata ‘Pitu’ berasal dari bahasa Jawa dari ‘Tujuh’.

Baca juga:

Beberapa tahun kemudian, tepatnya di tahun 1908, Van Stein Callenfels yang merupakan seorang arkeolog asal Belanda ini menemukan 2 candi lain di area Candi gedong Songo. Sehingga total candi di area tersebut berjumlah 9. Mulailah candi ini dinamakan sebagai ‘Candi Gedong Songo. Diambil dari kata ‘Songo’ yang berasal dari bahasa Jawa ‘Sembilan’.

Di tahun 1928, Candi Gedong I dan Gedong II telah dilakukan pemugaran yang memakan waktu setahun. Hingga pemerintahan Indonesia pun melakukan pemugaran secara keseluruhan pada candi tersebut pada tahun 1972 dan memakan waktu hingga 10 tahun. (Baca juga: Sejarah Alat Musik Angklung)

Sebagai Obyek Wisata Alam Bandungan Ambarawa

Para pengunjung domestic hingga manca negara tidak akan lepas pandangan pada Candi Gedong Songo ini. Karena Candi Gedong Songo ini terkenal dengan sejarahnya yang memang sengaja disuguhkan sebagai obyek wisata Bandungan dan memang satu paket dengan Ambarawa dan Bandungan.

Bandungan merupakan salah satu obyek wisata yang menampakkan pegunungan dengan pemandangan alam berupa pegunungan di kota Ambarawa. Fasilitas dan akomodasi pada obyek wisata ini pun terbilang sangat lengkap yang berupa penginapan hingga pemandangan penduduk asli di sana. Para traveler yang ingin berkunjung di lokasi Candi Gedong Songo dari Bandungan cukup menggunakan kuda atau andong untuk menuju lokasi. Karena jalanan yang akan dilewati merupakan jalanan yang curam dan banyak belokan, sehingga cukup melelahkan juga jika menggunakan kendaraan bermotor. (Baca juga: Sejarah Gitar)

Satu hal yang sangat menarik pada obyek wisata tersebut adalah pemandian air panasnya yang terdapat di antara Candi Gedong III dan Candi Gedong IV. Pemandian air panas itu diletakkan di sebuah kepunden gunung. Air panasnya pun alami yaitu merupakan air belerang dari gunungnya langsung sehingga tak heran jika airnya terasa bau yang menyengat di hidung namun bermanfaat bagi kulit manusia. Dengan adanya demikian, maka pemerintah daerah setempat pun bermaksud untuk membangun pemandian air panas sebagai salah satu tempat wisata bagi pengunjung yang ingin merasakan sensai mandi air belerang.

Para traveler pun juga akan merasakan pemandangan pegunungan ketika sudah berada di lokasi puncak komplek candi Gedong Songo ini. Apalagi komplek Candi Gedong Songo ini memang terletak di Gunung Ungaran yang dikelelingi oleh beberapa gunung seperti Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, Gunung Merapi, dan Gunung Andong. (Baca juga: Sejarah Sepak Bola)

Mitos dan Legenda Candi Gedong Songo

Di setiap tempat pasti memiliki kisah tersendiri salah satunya adalah kisah mistik yang ada pada tempat tersebut. Seperti halnya dengan Candi Gedong Songo yang juga memiliki kisah mistik pada tersendiri dan berdasarkan cerita dari masyarakat setempat.

Berdasarkan legenda masyarakat setempat, bahwa sejarah Candi Gedong Songo ini merupakan tempatnya Hanoman menimbun Dasamuka atau Rahwana ketika perang memperebutkan Dewi Sinta. Seperti pada kisah Ramayana bahwa Dasamuka menculik Dewi Sinta dari sisi Rama sang suaminya. Karena ingin merebut kembali istrinya tercinta itu, maka terjadilah perang besar untuk merebut kembali Dewi Sinta. Peperangan itu terjadi antara kedua kubu yaitu kubu Dasamuka dan bala tentaranya dengan Rama dan Hanoman yang memimpin pasukan kera.

Baca juga:

Dasamuka pun tidak bisa mati walaupun sudah dirajam oleh ratusan senjata tubuhnya yang telah dirajam oleh Rama. Karena kejadian tersebut, maka Hanoman berpikir keras bagaimana caranya untuk mengalahkan Dasamuka. Sehingga muncullah ide untuk mengangkat gunung yang besar dan ditimpalah ke tubuh Dasamuka. Hingga pada akhirnya Dasamuka tertimbun hidup-hidup oleh gunung yang mana gunung tersebut adalah Gunung Ungaran. Dipercaya setelah kejadian tersebut, setiap hari di Gunung Ungaran selalu terdengar rintihan Dasamuka hingga menjadi tempat pemandian air panas seperti yang digunakan sampai sekarang. (Baca juga: Sejarah Rusia)

Konon, Dasamuka adalah raksasa yang suka minum minuman keras, sehingga ketika ada pengunjung membawa minuman keras di daerah tersebut, maka akan membuat Dasamuka terbangun karena mencium aroma minuman keras. Hal itu ditandai dengan adanya air panas yang semakin panas atau bahkan hingga gempa kecil yang terjadi pada daerah tersebut. Bukan hanya cerita tentang Dasamuka dan Hanoman saja, melainkan juga terdapat cerita lain yang mendasari asal usul terjadinya candi tersebut. (Baca juga: Sejarah Benua Amerika)

Masyarakat setempat telah mempercayai bahwa Candi Gedong Songo ini terdapat jin atau makhluk ghaib yang bernama Mbah Murdo sebagai penunggu candi. Dan masyarakat setempat pun mempercayai bahwa yang membangun candi ini adalah Ratu Sima sebagai persembahan kepada dewa-dewanya di setiap Ratu Sima mengalami masalah. Setiap Ratu Sima menghadapi masalah, Ratu Sima selalu bersemedi di candi tersebut hingga mendapatkan pencerahan dari para dewa.

Itulah beberapa peristiwa dengan berbagai macam versi sebagai sejarah dari Candi Gedong Songo tersebut. Sehingga terdapat berbagai macam versi juga sejarah yang diterima oleh masyarakat setempat mengenai sejarah dari Candi Gedong Songo ini. (Baca juga: Sejarah Benua Atlantis)

[accordion]
[toggle title=”Artikel Terkait” state=”closed”]

[/toggle]
[toggle title=”Artikel Lainnya”]

[/toggle]
[/accordion]

The post Sejarah Candi Gedong Songo Semarang (#Paling Lengkap) appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Kerajaan Tarumanegara -Latar Belakang, Masa Kejayaan dan Keruntuhan /indonesia/kerajaan/sejarah-kerajaan-tarumanegara Mon, 17 Oct 2016 04:05:16 +0000 /?p=241 Sejarah Kerajaan Tarumanegara merupakan salah satu dari kerajaan tertua di Indonesia atau kedua tertua setelah Kerajaan Kutai. Kerajaan ini berdiri dari abad ke-4 sampai abad ke-7. Menurut catatan sejarah Kerajaan…

The post Sejarah Kerajaan Tarumanegara -Latar Belakang, Masa Kejayaan dan Keruntuhan appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Kerajaan Tarumanegara merupakan salah satu dari kerajaan tertua di Indonesia atau kedua tertua setelah Kerajaan Kutai. Kerajaan ini berdiri dari abad ke-4 sampai abad ke-7. Menurut catatan sejarah Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan beraliran agama Hindu.

Masa Awal

Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M. Kerajaan ini adalah kelanjutan sejarah Kerajaan Salakanegara yang berdiri antara tahun 130 M sampai 362 M. Pada saat Kerajaan Tarumanegara berdiri diawali dengan pemindahan ibukota negara dari Salakanegara ke Tarumanegara. Sedangkan Salakanegara menjadi kerajaan daerah dibawah Kerajaan Tarumanegara.

Kerajaan Tarumanegara terletak di daerah Salakanegara. Lebih detailnya berada di daerah Banten dan Bogor. Ibukotanya Sundapura. Menurut prasasti Tugu pada tahun 417 M daerah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara meliputi Banten, Jakarta, Bogor dan Cirebon

Raja-Raja Kerajaan Tarumanegara

  • Jayasingawarman

Jayasingawarman berkuasa dari tahun 358 sampai 382 M. Beliau adalah salah satu dari pendiri Kerajaan Tarumanegara. Jayasingawarman adalah seorang maharesi dari India. Tepatnya Salankayana yang mengungsi ke nusantara yang daerahnya diserang dan ditaklukkan Kerajaan Magada yang dipimpin oleh Maharaja Samudragupta. Dirinya wafat dan dimakamkan di tepi sungai di bekasi tepatnya kali Gomati.

Pada saat Jayasingawarman berkuasa beliau memindahkan pusat kerajaan dari Rajatapura ke Tarumanegara. Rajatapura adalah nama lain dari Salankayana atau Kota Perak.

  • Dharmayawarman

Darmayawarman adalah anak dari Jayasingawarman yang menggantikan ayahnya. Beliau naik tahta pada tahun 382 M sampai 395 M. Tidak banyak catatan sejarah yang bisa didaptkan tentang Raja kedua Kerajaan Tarumanegara. Namanya hanya tercantum di Naskah Wangsakerta.

  • Purnawarman

Raja Purnawarman adalah raja yang terkenal di Kerjaan Tarumanegara. Namanya banyak tertulis di Prasasti pada abad ke-5.  Namanya tertulis juga di Naskah Wangsakerta dan ditulis dirinya memerintah dari tahun 395 M sampai 434 M.

Raja Purnawarman yang memindahkan ibukota kerajaan pada tahun397 M ke Sundapura. Inilah awal nama Sunda tercipta. Beliau menamakan ibukota Kerajaannya dengan Sunda unntuk menyebut ibukota kerajaannya sendiri.

Berkat Raja Purnawarman kekuasaan Kerajaan Tarumanegara menjadi besar karena menguasai 48 kerajaan kecil dibawah kekuasaannya. Kekuasaannya membentang dari Salakanegara atau Rajapura yang diperkirakan berada di daerah Teluk Lada, Pandeglang sampai Purbalingga, Jawa Tengah. Batas Kerajaan Tarumanegara dulunya dianggap sampai Kali Brebes.

Setelah Kekuasaan Maharaja Purnawarman ada beberapa nama raja lain yaitu Wisnuwarman yang berkuasa pada tahun 434 M sampai 455 M. Kemudia digantikan anak beliau Indrawarman pada tahun 455 M sampai 515 M. Kemudian Maharaja Candrawarman pada tahun 515 M -535 M lalu dilanjutkan Suryawarman pada tahun 535 M dan berakhir pada 561 M.

  • Suryawarman

Suryawarman adalah raja Kerajaan tarumanegara yang ketujuh. Setelah ayahnya Maharaja Candrawarman meninggal. Beliau memerintah selama 26 tahun.

Suryawarman memiliki kebijakan yang berbeda dibandingkan ayahnya, raja terdahulu. Dulu Raja Candrawrman memberikan otonomi kepada raja-raja didaerah untuk mengurus kerajaannya sendiri. Tetapi Suryawarman mengalihkan pikirannya untuk perkembangan bagian timu kerajaan. Hal itu ditunjukkan dengan didirikannya kerjaan oleh menantunya yaitu Manikmaya sebuah kerajaan di Kendan. Daerah Bandung dan Limbangan Garut.

Daerah timur saat itu berkembang sangat pesat dikarenakan didirikannya Kerajaan Galuh oleh cicit Manikmaya pada tahun 612 M.

Setelah Suryawarman raja-raja Kerajaan Tarumanegara berturut-turut adalah Kertawarman (561-628 M), Sudhawarman (628-639 M), Hariwangsawarman (639-640 M) Nagajayawarman (640-666 M)

  • Linggawarman

Raja Linggawarman adalah raja terakhir Kerajaan Tarumanegara. Linggawarman berkuasa dari tahun 666 M sampai 669 M. Saat itu Raja Linggawarman tidak mempunyai putera. Dia hanya mempunyai dua orang puteri. Puteri sulung bernama Manasih. Manasih menikah dengan Tarusbawa yang kelak menggantikan Linggawarman menjadi raja. Puteri bungsu bernama Sobakancana yang menikah dengan Dapunta Hyang Sri Jayanasa yang kelak menjadi pendiri kerajaan terbesar di Indonesia, Kerajaan Sriwijaya.

Masa Runtuhnya

Keruntuhan Kerajaan tarumanegara jarang diketahui. Bahkan dalam berbagai prasasti hanya menyebutkan nama Maharaja Purnawarman. Hal yang paling memungkinkan adalah ketika Raja Linggawarman turun tahta. Beliau digantikan oleh menantunya Tarusbawa. Tarusbawa yang saat itu naik tahta ketika pamor Kerajaan Tarumanegara sudag turun berniat untuk membangkitkan nama besar kerajaan mertuanya. Namun Langkah yang diambil justru menghilangkan Kerajaan Tarumanegara.

Dalam tahun 670 M. Tarusbawa yang berasal dari Kerajaan Sunda Sambawa, merubah nama Kerajaan Tarumanegara menjadi Kerajaan Sunda. Peristiwa itu membuat Wretikandayun, cicit Manikmaya yang saat itu menjadi Raja Kerajaan Galuh memisahkan negaranya dari Tarusbawa.

Pemisahan ini juga mendapat dukungan dari Kerajaan Kalingga. Karena saat itu putera mahkota Kerajaan Galuh Sanna menikah dengan Sanaha Puteri Maharani Sima dari Kerajaan Kalingga, Jepara Jawa Tengah. Dukungan tersebut membuat Wretikandayun meminta untuk wilayah Kerajaan Tarumanegara dibagi dua. Karena ingin menghindari perang saudara, maka Raja Tarusbawa memecah wilayah Kerajaan Tarumanegara menjadi wilayah Kerajaan Sunda dan wilayah Kerajaan Galuh dengan Citarum sebagai batasnya.

Jadi disimpulkan Kerajaan Tarumanegara hanya memiliki 12 Raja sampai Kerajaan Tarumanegara berubah menjadi Kerajaan Sunda.

Peninggalan Kerajaan Tarumanegara

Walaupun hanya sedikit yang dapat diketahu tentang Kerajaan Tarumanegara, tetapi banyak peninggalan-peninggalan Kerajaan ini yang bisa disaksikan sampai sekarang. Sumber-sumber sejarah dari dalam negeri adalah penemuan prasasti diberbagai tempat yang diperkirakan  wilayah Kerajaan Tarumanegara. Dari luar negeri catatan sumber Kerajaan Tarumanegara berasal dari catatan negeri cina.

  1. Prasasti Ciateureun

Prasasti ini ditemukan di sungai Ciateureun salah satu muara sungai Cisadane Bogor. Prasasti ini juga dikenal dengan sebutan Prasasti Ciampea yang ditemukan dengan huruf pallawa dan sansekerta. Terdiri dari 4 baris dalam bentuk sloka dengan metrun anustubh. DI prasasti ini juga ditemukan gambar seekor laba-laba dan telapak kaki Maharaja Purnawarman.

  1. Prasasti Jambu

Prasasti ini juga disebut Prasasti Pasir Koleangkak karena di temukan di bukit Koleangkak di perkebunan jambu. Tepatnya 30 km sebelah barat kota Bogor. Isinya tertulis memuji kebesaran Raja Purnawarman beserta gambar telapak kaki.

  1. Prasasti Kebon Kopi

Ditemukan di Kampung Cibungbulan Bogor tepatnya di Kampung Muara Hilir. Istimewanya prasasti ini karena terdapat sepasang tapak kaki gajah. Tapak kaki gajah ini digambarkan sebagai tapak kaki Maharaj Purnawarman. Gajah adalah hewan yang disakralkan dan dekat dengan Dewa Wisnu yang konon diibaratkan adalah pencitraan Maharaj Purnawarman

  1. Prasasti Muara Cianten

Prasasti Muara Cianten, ditemukan di Bogor, tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat dibaca. Di samping tulisan terdapat lukisan telapak kaki.

  1. Prasasti Pasir Alwi

Prasasti ini ditemukan diperbukitan Pasir Alwi Bojong Honje Sukamakmur Bogor

  1. Prasasti Cidanghayang

Prasastini ini juga dikenal oleh masyarakat lokal sebagai prasasti Lebak, ditemukan di kampung lebak di tepi sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang Banten. Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian raja Purnawarman.

  1. Prasasti Tugu

Prasasti ini adalah prasasti terpanjang sepanjang ditemukan mengenai Kerajaan Tarumanegara. Prasasti ini ditemukan di Tugu, Kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Dioahat pada batu bulat panjang melingkar.

[accordion]
[toggle title=”Artikel Terkait”]

[/toggle]
[toggle title=”Artikel Lainnya”]

[one_third]

[/one_third]
[one_third]

[/one_third]

[one_third_last]

[/one_third_last]

[/toggle]
[/accordion]

The post Sejarah Kerajaan Tarumanegara -Latar Belakang, Masa Kejayaan dan Keruntuhan appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Kerajaan Sriwijaya –Latar Belakang, Masa Kejayaan dan Keruntuhannya /indonesia/kerajaan/sejarah-kerajaan-sriwijaya Mon, 17 Oct 2016 03:58:18 +0000 /?p=239 Mendengar nama Sriwijaya pastinya bukan hal yang asing di telinga anda. Salah satu kerajaan paling besar di Asia Tenggara yang berhasil menjadi negara maritim pertama sebelum berdirinya Indonesia. Kejayaan Sriwijaya…

The post Sejarah Kerajaan Sriwijaya –Latar Belakang, Masa Kejayaan dan Keruntuhannya appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Mendengar nama Sriwijaya pastinya bukan hal yang asing di telinga anda. Salah satu kerajaan paling besar di Asia Tenggara yang berhasil menjadi negara maritim pertama sebelum berdirinya Indonesia.

Kejayaan Sriwijaya menginspirasi banyak orang. Bahkan di dunia persepakbolaan nasional, namanya digunakan sebagai nama klub bola asal pulau Sumatera, Sriwijaya FC. Dalam catatan-catatan dan kronik Cina, Sriwijaya dikenal dengan nama Che-li-fo-che.

Sejarah kerajaan sriwijaya menjadi satu diantara 3 kerajaan yang berada di Sumatera dan dikenal oleh Cina alias Tiongkok. Kerajaan lain yang juga menduduki kepulauan Sumatera adalah Tulangbawang dan Kerajaan Melayu. Namun berdasarkan prasasti asli Sumatera, tidak ada yang mengisahkan cerita kerajaan Tulangbawang dan Melayu.

Kerajaan ini masih jauh lebih dulu besar dibanding sejarah Kerajaan Majapahit yang menjadi penghancurnya. Sejarahnya dapat diteladani dan menjadi inspirasi pemersatu Indonesia. Mengingat Sriwijayalah kerajaan yang menjadi kerajaan nasional dan maritim pertama sebelum ada ide menyatukan nusantara.

Latar Belakang

Sriwijaya didirikan pertama kali pada abad ke-7 dengan raja pertama bernama Dapunta Hyang. Bukti fisik berupa kronik berita Cina memberitahu bahwa pada tahun 682 Masehi atau abad ke-6 ada seorang pendeta Budha dari Tiongkok yang ingin memperdalam agamanya di tanah India.

Sebelum keberangkatan resminya, ia harus sudah menguasai bahasa Sansekerta, karena itulah pendeta bernama I-Tsing tersebut mempelajarinya dulu selama setengah tahun di Sriwijaya. Kronik ini sekaligus memberi sinyal bahwa ternyata pada zaman dulu, Sriwijaya sudah menjadi pusat keagamaan yang mumpuni di kawasan Asia Tenggara. Bahkan I-Tsing juga berhasil menerjemahkan kitab-kitab agama Budha ke bahasa nenek moyangnya setelah mempelajari secara mendalam agama Budha di Sriwijaya.

Bukti yang kedua ini memperkuat teori awal pendirian Kerajaan Sriwijaya di abad ke-7. Sebuah prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang dinamai Kedukan Bukit memiliki angka 683 Masehi. Di tahun tersebut Sriwijaya sedang dipimpin oleh seorang raja bernama Dapunta Hyang yang sedang berusaha memperluas wilayah. Ia menyiapkan bala tentara sampai jumlah 20.000 orang. Penaklukan ini membuahkan hasil setelah 8 hari bertempur di medan perang. Pada akhirnya beberapa wilayah yang kekuatan militernya tak sebanding bersedia menyerahkan upeti ke Sriwijaya sebagai tanda takluk.

Tidak ada kronik maupun prasasti lagi yang menjelaskan asal-usul keluarga Dapunta Hyang Srijayanaga sehingga ia menduduki tahta pertama kerajaan. Dalam sejarah berdirinya Sriwijaya, ada sekitar 11 raja yang silih berganti mengurusi negara internasional ini. Nantinya, nama Sriwijaya yang artinya kemenangan yang mulia benar-benar terwujud.

Setelah Dapunta Hyang berhasil meraih kesuksesan bersama 20.000 pasukannya, ada sebuah prasasti yang ditemukan di Pulau Bangka, sebuah pulau kecil di dekat Sumatera. Prasasti Kota Kapur adalah nama prasasti yang menyebutkan keinginan Dapunta Hyang meneruskan ekspedisi ke Jawa. Dan prasasti yang berangka tahun 686 Masehi itu pun menjadi bukti sejarah berhasilnya Sriwijaya menaklukkan Jawa yang saat itu dikuasai Kerajaan Tarumanegara. Prasasti-prasasti lainnya yang menjadi peninggalan Kerajaan Sriwijaya menggunakan bahasa melayu kuno dan berhuruf Pallawa.

Masa Kejayaan

Masa kejayaan kerajaan Sriwijaya sudah sangat jelas bisa diterangkan. Negara mana yang tidak kaya dengan menguasai selat-selat strategis dan menjadi penguasa tunggal jalur perdagangan internasional. Inilah sumber kekayaan Sriwijaya.

Selat Malaka dan Selat Sunda merupakan dua selat internasional yang tidak pernah sepi dari kapal. Hanya bermodalkan kekuatan armada militernya, Sriwijaya berani menerapkan sistem bea cukai yang sampai sekarang dipakai juga oleh Pemerintah Indonesia. Fungsi dan peran armada militer dalam perekonomian Sriwijaya sangat besar. Tanpa adanya jaminan keselamatan, para saudagar Arab dan Tiongkok pasti memilih selat lain sebagai jalur transportasinya. Apalagi sampai memutuskan menetap sementara atau selamanya. Hal ini banyak terjadi karena selain Sriwijaya elok dan berharta, kehidupan bisnisnya akan dilindungi oleh para militer Sriwijaya.

Kesuksesan tidak bisa dipandang dari banyaknya harta saja, Sriwijaya dan para petingginya menyadari benar kalimat tersebut. Sehingga kerajaan maritim ini mengembangkan juga kebesaran agama Budha. Selain dengan cara mendirikan sangga –kelompok belajar- untuk memperdalam Buddhisme, Sriwijaya juga sudah menyiapkan banyak guru spiritual Budha. Baik seorang pendeta atau hanya orang yang mendapatkan kelebihan.

Guru agama Budha yang paling tersohor di Sriwijaya yaitu Sakyakirti. Fakta yang mengejutkan lain ditemukan di daerah-daerah dekat Palembang yang menjadi titik pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya. Diduga ada candi yang lebih besar dari Borobudur pernah diciptakan oleh kerajaan ini. Namun sampai sekarang hanya arcanya saja yang ditemukan. Selain itu, ditemukan juga beberapa batu bertulis ‘ziarah yang berhasi’ di daerah Telaga Batu. Kenyataan ini menguatkan Sriwijaya sebagai kerajaan yang religius.

Peninggalan lain yang masih bisa dilihat langsung oleh generasi kita berupa candi. Candi-candi yang dibangun bercorak agama Budha. Misalkan candi Muaratakus yang dibangun di Riau dan Biaro Bahal di Sumatera Utara. Kedua candi ini menjadi candi yang terkenal sebagai bekas kejayaan Sriwijaya karena memang tidak banyak candi yang ditemukan di Sumatera.

Pada tahun 860 Masehi, prasasti Nalanda yang berada di India menyeret nama Sriwijaya sebagai nama kerajaan internasional yang sangat peduli dengan pendidikan. Masa keemasan ini semakin meningkatkan pamor Balaputeradewa yang saat itu menjadi Raja Sriwijaya. Dalam prasasti tersebut, Balaputeradewa disebutkan mendirikan asrama pelajar Sriwijaya yang diperuntukkan anak dari Sriwijaya yang sedang menuntut ilmu di Nalanda, India. Tempat itu sudah banyak menghasilkan para pendeta yang dapat mengayomi orang banyak. Pada zaman itu, India dan Benggala tempat beradanya perguruan Nalanda sedang dipimpin oleh Raja Dewapaladewa.

Puncak keemasan diperoleh Sriwijaya setelah berjuang dalam hitungan abad. Sriwijaya memperoleh kejayaan ini di abad ke-8 dan ke-9. Hingga pada akhirnya, kejayaan tersebut harus diakhiri pada abad ke-11.

Balaputeradewa yang berhasil membawa Sriwijaya mencapai kejayaan itu sebenarnya adalah anak dari Raja Samarattungga. Seorang keturunan Dinasti Syailendra dari bumi Jawa yang memberikan peninggalan berupa candi Borobudur kepada anak cucunya.

Di masa pemerintahan Balaputeradewa ini agama Budha benar-benar menunjukkan progressnya. Ada banyak orang yang bermaksud menjadi murid spiritual seorang biksu besar bernama Dharmakirti. B

Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya

Ada banyak faktor yang menyebabkan berhenti berkibarnya nama Sriwijaya. Kebanyakan faktor tersebut melemahkan Sriwijaya perlahan-lahan. Kekuatan militer yang sudah berlapis-lapis pada ujungnya tidak berdaya juga.

Awalnya militer Sriwijaya kalah telak dengan sebuah kerajaan di India Selatan. Kerajaan ini bernama Cola dengan pemimpin Rajendra Cola I. Orang tersebut telah melepaskan kekuasaan atas kapal dan segala jenis transit yang memakan biaya dan cukai.

Keadaan diperparah dengan banyaknya kerajaan kecil yang melepaskan diri dari pengaruh Sriwijaya. Semuanya membuat Sriwijaya benar-benar kehilangan sumber pendapatan dari pelabuhan yang ditransiti kapal barang. Serangan ekspedisi pamalayu yang menjadi bagian sejarah kerajaan singasari kemudian benar-benar menghancurkan kejayaan Sriwijaya. Ditambah lagi dengan penerusnya, pembuat sejarah kerajaan majapahit yang menghilangkan beberapa bekas kejayaan Sriwijaya.

[accordion]
[toggle title=”Artikel Terkait”]

[/toggle]
[toggle title=”Artikel Lainnya”]

[one_third]

[/one_third]
[one_third]

[/one_third]

[one_third_last]

[/one_third_last]

[/toggle]
[/accordion]

The post Sejarah Kerajaan Sriwijaya –Latar Belakang, Masa Kejayaan dan Keruntuhannya appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Kerajaan Kutai Kartanegara Lengkap /indonesia/kerajaan/sejarah-kerajaan-kutai /indonesia/kerajaan/sejarah-kerajaan-kutai#respond Sat, 23 Jul 2016 04:56:20 +0000 /?p=12 Sejarah kerajaan kutai kartanegara tidak akan pernah lekang dimakan waktu, karena kerajaan ini merupakan salah satu yang paling berpengaruh di Indonesia. Kerajaan kutai adalah kerajaan bercorak hindu yang merupakan kerajaan…

The post Sejarah Kerajaan Kutai Kartanegara Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah kerajaan kutai kartanegara tidak akan pernah lekang dimakan waktu, karena kerajaan ini merupakan salah satu yang paling berpengaruh di Indonesia. Kerajaan kutai adalah kerajaan bercorak hindu yang merupakan kerajaan yang memiliki bukti sejarah tertua di Indonesia. Kerajaan kutai berlokasi di  Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di tepi sungai Mahakam. Kerajaan ini di ketahui keberadaannya atas di temukannya tujuh buah prastasi dengan bahasa sansekerta dan huruf pallawa yang berasal dari India. Ketujuh prastasi tersebut dikenal dengan nama prastasi Yupa.

Para Ahli sejarah memperkirakan umur prastasi itu dari perbandingan usia huruf yang sama dan telah ditemukan di India sekitar 400 Masehi. Selain itu nama Kutai mengambil dari nama tempat ditemukannya ketujuh prastasi tersebut.

Sumber Sejarah Pertama yaitu Prastasi Yupa

Yupa merupakan tiang batu sebagai peringatan yang dibuat oleh para Brahmana untuk mengikat korban hewan atau manusia yang akan dijadikan persembahan untuk dewa-dewa. Prasasti yupa merupakan sumber sejarah dari di dirikannya sebuah kerajaan di Kalimanta

Isi Prasasti Yupa:

  • Aspek kehidupan politik 

Diketahui dari salah satu Yupa bahwa raja pertama di Kerajaan Kutai adalah Raja Kudungga. Salah satu Yupa yang lain juga menyebutkan tentang sejarah masa pemerintahan Aswawarman di Kerajaan Kutai.

Isi prasasti Yupa menyatakan bahwa Raja Kudungga digantikan kekuasaannya dengan putranya yaitu Raja Aswawarman, kemudian digantikan lagi dengan cucunya yaitu Raja Mulawarman yang berhasil membawa Kutai ke puncak kejayaan.

  • Aspek kebudayaan

Yupa menyebutkan   bahwa pada masa pemerintahan Aswawarman di Kerajaan Kutai pernah diadakan upacara Aswamedha, yaitu upacara yang dilakukan ketika sebuah kerajaan ingin memperluas wilayahnya dengan cara melakukan ritual melepas kuda untuk mengetahui batas wilayahnya.

  • Aspek kehidupan sosial

Menurut isi prasasti Yupa selanjutnya, bahwa masyarakat Indonesia sudah banyak yang menerima pengaruh ajaran Hindu sejak 400 Masehi di kerajaan Kutai. Hal ini berdampak positif, jadi pada saat itu  kerajaan pun sudah mulai mendirikan bangunan yang terstruktur seperti  pemerintahan kerajaan-kerajaan di India. Karena kerajaan-kerajaan di India yang membawa ajaran Hindu ke Indonesia.

  • Aspek ekonomi

Mata pencarian yang utama di zaman kerajaan Kutai adalah beternak sapi, bercocok tanam dan berdagang. Letak kerajaan Kutai di tepi sungai mahakan sangat subur untuk pertanian. Bahkan telah diperkirakan pernah terjadi hubungan dagang dari kerajaan Kutai ke beberapa wilayah yang ada di luar. Pada abad ke 4 M telah ada jalur perdagangan internasional dari India (melewati selat makassar), sampai terus ke Filiphina hingga Cina. Diduga dalam pelayaran tersebut para pedagang singgah di kerajaan Kutai untuk melakukan jual beli barang dagangan dengan sekaligus beristirahat untuk pelayaran selanjutnya. Hal seperti inilah yang menjadikan kerajaan Kutai ramai, dan rakyat hidupnya makmur.

Raja di Kerajaan Kutai

1. Maharaja Kudungga

Adalah raja pertama di Kerajaan Kutai. Kedudukan Kudungga pada awalnya adalah seorang kepala suku, dengan masuknya pengaruh Hindu maka ia mengubah struktur pemerintahannya menjadi kerajaan dan menjadikan dirinya sebagai raja, dan pergantian kekuasaan dengan keturuanan-keturunannya.

Raja Kudungga merupakan penduduk asli Indonesia yang belum terpengaruh dengan ajaran Hindu pada zamannya. Oleh karena itu, Raja Kudungga tidak dianggap sebagai pendiri keluarga kerajaan, melainkan anaknya yaitu Raja Aswawarman, karena pada masa pemerintahannya sudah masuk pengaruh agama Hindu dana Raja
Aswawarman menjadi pemeluk Hindu hingga keturunan berikut-berikutnya.

2. Maharaja Aswawarman

Raja Aswawarman adalah putra Raja Kudungga. Raja Aswawarman adalah Raja pertama yang menganut kepercayaan Hindu. Sebelumnya pada masa pemerintahaan Raja Kudungga, kerajaan Kutai menganut kepercayaan animisme.

Berikut ini jasa-jasa Maharaja Aswawarman

  • Tersingkirnya kepercayaan animisme

Animisme berasal dari kata Anima yang latinnya berarti Roh. Kepercayaan ini mempercayai bahwa segala benda hidup ataupun benda mati mempunyai roh-roh yang wajib di hormati dan di puja. Seperti gunung, laut, pohon, danau, batu besar dan sebagainya. Benda-benda tersebut dipercaya dapat membantu kelangsungan hidup manusia.

Selain itu animisme juga mempercayai bahwa roh-roh orang yang telah meninggal, akan berpindah roh ke tubuh hewan yang masih hidup seperti babi, harimau dan hewan buas lainnya. Dipercaya bahwa roh orang yang telah meninggal itu akan membalas dendam kepada musuhnya ketika hidup melalui hewan itu. Sekilas kepercayaan ini hampir mirip dengan reinkarnasi, ajaran pada agama Hindu dan Buddha.

Namun ada perbedaan yang mendalam, reinkarnasi diartikan kelahiran baru. Jadi ajaran Hindu dan Buddha mempercayai bahwa orang yang telah meninggal akan lahir kembali ke raga yang baru, tidak ke tubuh hewan seperti pemeluk animisme.

Sejak Raja Aswawarman naik tahta, kepercayaan ini pelan-pelan tersingkir dan terganti dengan ajaran yang dibawa oleh para Brahmana yaitu agama Hindu.

Asal – usul masuknya agama Hindu ke Indonesia:

Raja Aswawarman adalah Raja pertama yang menganut agama Hindu. Pada saat itu di Kalimantan ada Brahmana yang ingin menyebarkan ajaran Hindu ke Indonesia, lalu Brahmana ini di angkat menjadi Parohita (penasihat Raja) sekaligus pemimpin upacara-upaca kerajaan oleh Raja Kudungga karena dipercaya mempunyai kesaktiaan.

Namun saat itu ajaran Hindu yang dibawa oleh Brahmana hanya dapat di pelajari dan di mengerti oleh golongan kerajaan dan golongan tertentu, karena ajaran yang dibawa para Brahmana sangat tinggi.

Sampai pada akhirnya ajaran Hindu sudah mempengaruhi kerajan Kutai pada masa pemerintahan Raja Aswawarman hingga terus di turunkan sampai ke putranya yaitu Raja Mulawarman yang dikenal sebagai penganut Hindu-Syiwa yang taat.

  • Mendapat gelar Wangsakerta dan Dewa Ansuman:

Raja Aswawarman merupakan pendiri dinasti Kerajaan Kutai, sehingga mendapat gelar Wangsakerta yang artinya sebagai pembentuk keluarga raja. Pemberiaan gelar ini juga disebutkan pada stupa, selain itu stupa itu juga menjelaskan bahwa Raja Aswawarman mendapat sebutan sebagai Dewa Ansuman (Dewa Matahari).

3. Maharaja Mulawarman

Raja Mulawarman merupakan Raja ketiga, setelah ayahnya di Kerajaan Kutai. Kerajaan kutai mencapai puncak kejayaannya sejak masa pemerintahan raja yang mempunyai nama lengkap Mulawarman Nala Dewa dan dikenal sebagai raja yang tersohor pada abad ke 4 Masehi.

Berikut ini jasa-jasa Maharaja Mulawarman :

  • Semakin luasnya wilayah kerajaan Kutai

Raja Mulawarman berhasil mencapai puncak kejayaan Kutai hingga terus menerus memperluas wilayahnya, hingga menguasai Kalimantan bagian Timur. Hampir semua daerah di Kalimantan berhasil pula di taklukan. Dengan semakin luasnya wilayah kerjaan Kutai, nama Raja Mulawarman semakin tersohor.

  • Kehidupan rakyat makmur dan tentram

Kehidupan rakyat pada masa pemerintahan Raja Mulawarman sangat makmur, tentram dan terjamin sehingga seluruh rakyat dapat melangsungkan kehidupannya dengan lebih baik. Keamanan juga terjamin pada waktu itu, sehingga semua rakyat bangga dengan Raja Mulawarman.

  • Terkenal sebagai raja yang dermawan

Sejarah menyebutkan bahwa pada suatu hari Raja Mulawarman memberikan sekitar 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana di dalam tanah yang suci yang dikenal dengan nama Waprakeswara, sebagai bentuk terimakasih dan peringatan acara kurban. Raja Mulawarman terkenal sebagai raja besar yang mulia.

  • Banyak bangunan suci

Pada masa pemerintahan Raja Mulawarman banyak di dirikan bangunan suci untuk ibadah, seperti bangunan suci untuk menyembah Dewa Trimurti. Trinurti adalah tiga bentuk kekuatan Brahman dalam menciptakan, memelihara dan meleburkan alam.

Dewa Trimurti adalah tiga dewa tertinggi di agama Hindu. Ketiga nama dewa tertinggi tersebut adalah:

  1. Dewa Brahma yang fungsinya sebagai Pencipta,
  2. Dewa Wisnu yang fungsinya sebagai Pemelihara
  3. Dewa Siwa yang fungsinya sebagai Pelebur

Selain ketiga dewa tertinggi, agama Hindu juga meyakini keberadaan dewa lainnya antara lain:  Dewa Chandra (Dewa Bulan), Dewa Ganesha (Dewa kebijaksanaan), Dewa Indra (Dewa hujan dan perang), Dewa Kuwera (Dewa kekayaan), Dewi Laksmi (Dewi kemakmuran dan kesuburan), Dewa Maruta (Dewa petir), Dewi Saraswati (Dewi pengetahuan), Dewi Sri (Dewi pangan), Dewa Surya (Dewa matahari), Dewa Waruna (Dewa air,laut,samudra), Dewa Bayu (Dewa angin), Dewa Yama (Dewa maut), Dewa akhirat(hakim yang mengadili roh) dan Dewa Kartikeya (Dewa pembunuh iblis) dan masih banyak dewa-dewa lainnya.

Nama-Nama Raja di Kerajaan Kutai

  • Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman
  • Maharaja Aswawarman, gelar Wangsakerta dan Dewa Ansuman
  • Maharaja Mulawarman
  • Maharaja Marawijaya Warman
  • Maharaja Gajayana Warman
  • Maharaja Tungga Warman
  • Maharaja Jayanaga Warman
  • Maharaja Nalasinga Warman
  • Maharaja  Nala Parana Tungga
  • Maharaja Gadingga Warman Dewa
  • Maharaja Indra Warman Dewa
  • Maharaja Sangga Warman Dewa
  • Maharaja Candrawarman
  • Maharaja Sri Langka Dewa
  • Maharaja Guna Parana Dewa
  • Maharaja Wijaya Warman
  • Maharaja Sri Aji Dewa
  • Maharaja Mulia Putera
  • Maharaj Nala Pandita
  • Maharaja Indra Paruta Dewa
  • Maharaja Dharma Setia

Runtuhnya Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai berakhir saat masa pemerintahan Maharaja Dharma Setia (Raja ke-21) tewas di medan perang melawan Raja Kutai Kartanegara ke-13, yaitu Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Kerjaan Kutai dan Kerajaan Kutai Kartanegara adalah dua kerajaan yang berbeda. Kutai Kartanegara mempunyai ibukota di Tanjung Kute, dan disebutkan juga ke dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara inipun selanjutnya menjadi kerajaan Islam yaitu, Kesultanan Kutai Kartanegara. Setelah menajadi kerajaan Islam, nama pemimpin yang semulanya Raja berubah menjadi Sultan.

Peninggalan Kerajaan Kutai

Berikut ini beberapa peninggalan sejarah dari keajaan Kutai :

Prasasti YupaPrasasti Yupa

Prasasti yupa adalah peninggalan sejarah dari kerajaan Kutai yang tertua. Dari prastasi inilah terdapat sumber sejarah tentang kerajaan Hindu yang terdapat di Muara Kaman, di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan.

Secara garis besar isi prastasi Yupa menceritakan tentang aspek kehidupan politik, sosial, budaya di kerajaan Kutai saat itu. Prastasti yupa diyakini menggunakan bahasa sansekerta dan huruf pallawa yang berasal dari India.

Ketopong SultanKetopong Sultan

Ketopong adalah mahkota yang dipakai oleh Sultan di kerajaan Kutai yang terbuat dari emas dilengkap dengan hiasan batu-batu permata, motif bungan, kijang dan burung. Ketopong sultan ini memiliki berat emas sekitar 2kg.

Ketopong Sultan di temukan di Muara Kamai, Kutai Kartanegara pada tahun 1890.Kita dapat melihat replika atau tiruan dari ketopong sultan ini di Monumen Nasional (Monas) Jakarta, masih diabadikan sampai saat ini sebagai sumber sejarah yang langka.

 Kalung CiwaKalung Ciwa

Kalung ciwa merupakan benda sejarah yang ditemukan ketika masa pemerintahan Sultan Aji Muhammad Sulaiman. Kalung ciwa dinilai unik dan sangat mahal, karena terbuat dari emas. Kalung ciwa pada awalnya ditemukan oleh seorang penduduk di sekitar Danau Lipan Muara Kaman pada tahun 1890, lalu diserahkan kepada Sultan.

Sejak saat itu kalung ciwa digunakan sebagai perhiasan kerajaan Kutai dan juga digunakan setiap ada pesta penobatan sultan baru.

Kura-kura EmasKura-kura emas

Kura-kura emas yang berukuran sekepalan tangan ini ditemukan di Long Lalang, daerah yang berada di sekitar hulu Sungai Mahakam. Dari sumber sejarah diketahui informasi, bahwa kura-kura emas ini merupakan persembahan atau lamaran dari seorang pangeran di Cina untuk Putri Raja Kutai, Aji Bidara Putih.

Benda bersejarah yang menjadi saksi awal pernikahan putri raja kutai ini masih tersimpan di Museum Mulawarman dalam bentuk replika atau tiruannya.

Pedang Sultan KutaiPedang sultan kutai

Pedang ini mempunyai ukiran yang unik, terdapat gambar harimau di gagang pedang dan gambar buaya di ujung pedangnya. Seperti melambangkan, kegagahan dan keberanian sultan kutai. Pedang sultan kutai sering menemani sultan dalam perperangan dan juga merupakan pedang kesayangan sultan.

Sampai saat ini benda sejarahnya ini masih tersimpan di Museum Nasional Jakarta dalam bentuk replika atau tiruannya yang masih diabadikan sebagai sumber sejarah.

Keris Bukit Kang

Keris Bukit Kang

Keris Bukit Kang merupakan keris yang digunakan oleh istri raja yaitu Permaisuri Aji Putri Karang Melenu, permaisuri dari Raja Kutai Kartanegara yang pertama. Berdasarkan sejarah, permaisuri ini merupakan bayi yang ditemukan dalam sebuah gong yang terhanyut di atas bambu.

Di dalam gong yang ditemukan tersebut terdapat bayi perempuan, telur ayam dan sebuah kering. Kering inilah diyakini oleh kebanyakan orang sebagai Keris Bukit Kang.

Singgasana SultanSinggasana Sultan

Singgasana Sultan merupakan benda sejarah yang masih terjaga sampai saat ini dan diletakkan di Museum Mulawarman. Singgasana yang dilengkapi dengan payung serta umbul-umbul ini digunakan oleh Sultan Aji Muhammad Sulaiman serta raja-raja sebelumnya di kerajaan Kutai.

Di Museum Mulawarman, singgasana sultan ini dibentuk dan di modifikasi ulang dalam bentuk replika atau tiruan yang masih tetap di abadikan.

Kerajaan bercorak Hindu-Budha di Indonesia Lainnya

Berikut ini sejarah singkat tentang kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Budha lainnya:

[accordion]
[toggle title=”Kerajaan Tarumanegara” state=”opened”]

Menurut sumber, kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu setelah kerajaan Kutai yang berdiri sekitar abad ke 5 Masehi hingga abad ke 7 Masehi. Kerajaan yang dulu membelang sungai citarum ini merupakan kerajaan yang berkuasa di Jawa Barat.

Puncak Kejayaan Tarumanegara

Mengalami puncak kejayaan pada masa pemerintahan Raja Purnawarman (395-434M). Raja Purnawarman adalah Raja ketiga yang memerintah setelah Dharmayawarman (382-395 M). Pada masa Raja Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara mamu memperluas wilayahnya hingga menakhlukkan beberapa kerajaan disekitar Jawa Barat.

Runtuhnya Kerajaan Tarumanegara

Runtuhnya kerajaan Tarumanegara disebabkan pengalihan kekuasaan, dari Raja ke- 12 Linggawarman kepada menantunya, Tarusbawa. Pada masa pemerintahan Tarusbawa, pusat kerajaan Tarumanegara di pindahkan ke kerajannya sendiri, yaitu kerajaan Sunda. Yang pada akhirnya Kerajaan Tarumanegara diganti nama dengan kerajaan Sunda.

[/toggle]
[toggle title=”Kerajaan Mataram Lama”]

Sumber sejarah mendapatkan informasi tentang keberadaan ini dari beberapa prasasti, antara lain prasasti canggal, prasasti belitung, prasasti kelurak, dan prasasti tengah. Pendiri kerajaan mataram adalah sanjaya, tertulis dalam prasasti canggal. Kerajaan Mataram Lama berlokasi di Jawa Tengah, beribukota Medang Kamulan.

Pada prastasi belitung disebutkan nama-nama raja mataran dari dinasti sanjaya. Setelah Raja Sanjaya wafat dan digantikan kekuasannya oleh anaknya yaitu Panangkaran. Di masa pemerintahan Raja Panangkaran, agama Budha mulai masuk ke Kerajaan Tarumanegara. Sehingga keturunan selanjutnya adalah keturunan syailendra yang beberapa mememluk agama Budha.

Kerajaan Mataram terpecah menjadi 2 dinasti, setelah meninggalnya Raja Panangkaran, yaitu:

  1. Dinasti sanjaya, beragama Hindu  dan mempunyai kekuasaan di Jawa tengah bagian utara (peninggalan sejarahnya adalah candi – candi hindu, antara lain di kompleks candi dieng).
  2. Dinasti syeilendra, beragama Budha  dan mempunyai kekuasaan di Jawa tengah  bagian selatan. (peninggalan sejarahnya adalah candi budha antara lain, candi pawon, mendut, kalasan, sari, borobudur).

Menurut sejarah, kerajaan Mataram yang terpecah ini menjadi bersatu melalui perkawinan antara dinasti sanjaya dan dinasti syeilendra. Yaitu perkawinan Rakaipikatan (Sanjaya) dan Pramudhawardani (Syeilendra).

[/toggle]
[toggle title=”Kerajaan Sriwijaya “]

Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan Budha yang berdiri pada abad ke-7 Masehi. Dibuktikan dengan adanya sumber sejarah berupa prasasti kedukan Bukit di Palembang pada tahun 682 Masehi. Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan yang kuat di Pulau Sumatera, sesuai dengan arti namanya dari bahasa Sansekerta “Sri” yaitu bercahaya, “Wijaya” yaitu kemenangan.

Kerajaan Sriwijaya mempunyai pusat kerajaan di kawasan Candi Muara Takut (Yang saat ini menjadi provinsi Riau), dan di pimpin oleh Dapunta Hyan Sri Jayanasa sebagai raja pertama saat ini.

Puncak Kejayaan Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya berhasil meraih puncak kejayaan pada abad 9-10 Masehi dengan menguasai jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara. Kerajaan Sriwijaya pada saat itu sudah menguasai hampir seluruh kerajaan Asia Tenggara, diantaranya, Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina. Selain itu Kerajaan Sriwijaya juga menguasai Selat Sunda dan Malaka.

Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya runtuh pada abad ke-13, sejak penyerangan yang dilakukan oleh Raja Rajendra Chola, penguasa kerajaan Cholamandala berhasil meruntuhkan armada Sriwijaya sejak tahun 1007 Masehi. Sampai penyerangan kedua dilakukan kembali di tahun 1023 Masehi. Peperangan ini pun membuat ekonomi kerajaan Sriwijaya terus melemah dan pedagang yang berjualan pun terus menipis, di tambah pula dengan kekuatan militer yang semakin tidak bertahan hingga akhirnya runtuhlah kerajaan yang sudah berjaya hingga satu abad ini.

[/toggle]
[toggle title=”Kerajaan Kediri”]

Kerajaan Kediri adalah kerajaan Hindu yang berlokasi di hulu Sungai Brantas, Jawa Timur sejak abad ke 12. Kerajaan Kediri termasuk bagian kerajaan Mataram Kuno. Raja pertamanya adalah Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabu.

Puncak Kejayaan Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri berhasil mencapi puncak kejayaannya ketika masa pemerintahan Raja Jayabaya. Wilayah kekuasaan kerajaan Kediri saat itu meluas hingga hampir ke seluruh daerah di Pulau Jawa dan pengaruh kerajaan Kediri juga sampai ke Pulau Sumatera. Selain itu kerajaan Kediri mempunyai seni sastra yang menjadi pusat perhatian banyak orang.

Runtuhnya Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri runtuh sejak abad ke 12 Masehi pada masa pemerintahan Raja Kertajaya yang dikalahkan oleh Ken Arok. Pada saat itu banyak perdebatan antara raja dengan kaum Brahmana. kaum Brahmana menganggap bahwa Raja Kertajaya sudah melanggar agama, dengan memaksa rakyat untuk menyembanya sebagai Dewa. Akhirnya para Brahmana meminta perlindungan kepada Ken Arok yang merupakan pemimpin daerah Tumapel. Ken Arok berhasil membunuh Raja Kertajaya dan mengambil alih kekuasaan kerajaan Kediri.

[/toggle]
[toggle title=”Kerajaan Singasari”]

Kerajaan Singasari terletak di Kota Malang, Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok yang bercorak Hindu. Menurut prasasti Kudadu, nama resmi kerajaan Singasari yang sebenernya adalah kerajaan Tumapel, yang di dirikan pada abad ke 12 Masehi dengan ibu kota bernama Kutaraja. Raja Kertanegara mengganti nama Kutaraja menjadi Singasari, dan tersebebar luas dan lebih terkenal nama singasari sebagai ibukota daripada nama Tumapel. Akhirnya kerajaan Tumapel pun terkenal dengan nama kerajaan Singasari.

Puncak kejayaan Kerajaan Singasari

Puncak kejayaan kerajaan Singasari ketika masa pemerintahan Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara, atau biasa dengan nama Raja Kertanegara. Raja Kertanegara berhasil mengatur kembali struktur pejabat kerajaan sesuai dengan tugasnya, dan tidak segan mengganti pejabat yang tidak berkualitas. Ditambah lagi raja juga menjalin persahabatan dengan kerajaan-kerajaan besar hingga akhirnya kerajaan Singasari berkembang dan menjadi kerajaan terkuat di Nusantara.

Runtuhnya kerajaan Singasari

Kerajaan Singasari mengalami masa keruntuhan disebabkan oleh dua sebab, yaitu mengalami tekanan dari luar dan dalam negeri. Dari luar negeri, kerajaan Singasari mendapat tekanan dari Kekaisaran Mongol yang menginginkan kerajaan Singasara di taklukan oleh Cina. Dari dalam negeri kerajaan Singasari juga mendapat pemberontakan dari penguasa daerah Kediri yaitu besannya sendiri, Raja Jayakatwang. Pada akhirnya di tahun 1292 Raja Jayakatwang berhasil membunuh Raja Kertanegara, dan runtuhlah kerajaan Singasari.

[/toggle]
[/accordion]

Peninggalan sejarah bercorak Hindu Budha

  1. Prasasti (Batu tertulis)
  2. Candi
  3. Patung (Arca)
  4. Seni Ukir
  5. Kesustraan
  6. Bahasa dan Tulisan

Ditemukannya bukti-bukti peninggalan sejarah bercorak Hindu Budha, menjadi bukti bahwa agama Hindu Budha sudah masuk ke Indonesia sejak abad ke 4 Masehi yang pertama berdiri adalah Kerjaan Kutai.

[accordion]
[toggle title=”Artikel Terkait”]

[/toggle]
[toggle title=”Artikel Lainnya”]

[one_third]

[/one_third]
[one_third]

[/one_third]

[one_third_last]

[/one_third_last]

[/toggle]
[/accordion]

The post Sejarah Kerajaan Kutai Kartanegara Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
/indonesia/kerajaan/sejarah-kerajaan-kutai/feed 0