perjuangan – Sejarah Lengkap Sejarahwan Mon, 11 Feb 2019 07:36:28 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=5.8.6 Sejarah Perang Banjar Singkat Lengkap Melawan Belanda /indonesia/sejarah-perang-banjar Mon, 05 Nov 2018 03:41:06 +0000 /?p=1510 Perang Banjar merupakan perang untuk melawan kolonial Belanda yang dimulai pada tahun 1859 hingga 1906.  Perang ini termasuk dalam masa penjajahan Belanda di Indonesia. Nama lainnya adalah Perang Kalimantan Selatan…

The post Sejarah Perang Banjar Singkat Lengkap Melawan Belanda appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Perang Banjar merupakan perang untuk melawan kolonial Belanda yang dimulai pada tahun 1859 hingga 1906.  Perang ini termasuk dalam masa penjajahan Belanda di Indonesia. Nama lainnya adalah Perang Kalimantan Selatan atau Perang Banjar-Barito karena letaknya Kesultanan Banjar. Wilayah perang ini meliputi Kalimantan Selatan dan Tengah. Konflik ini dimulai ketika Belanda memonopoli perdagangan di Kesultanan Banjar. Ternyata Belanda menginginkan hal lebih yaitu ikut campur di urusan kerajaan yang tentu membuat situasi kerajaan bertambah kalut. Perang ini berakhir dengan kemenangan Belanda.

Kedatangan Belanda di Tanah Banjar

Pada abad keenam belas, Belanda atas nama East United India Company sudah datang dan menjalin kontrak di Pulau Kalimantan. Tepatnya pada tahun 1606. Pada tahun 1635, kontrak pertama perdagangan lada ditandatangani bersama dengan Kesultanan Banjar. Waktu itu, lada merupakan produk mewah di Eropa dan tentunya menjadi alasan utama Belanda berada di tempat ini. Beberapa dekade berikutnya sudah muncul peperangan kecil dan bentrokan senjata karena kontrak lada yang tidak dipenuhi. Yang paling serius adalah insiden pembunuhan 64 orang Belanda dan 21 orang Jepang di Kota Waring pada tahun 1638.

Pada abad kesembilan belas, Herman Willem Daendels selaku Gubernur Hindia Belanda, memutuskan untuk meninggalkan Banjarmasin atas pertimbangan tidak ekonomis. Kemudian Inggris mengambil alih Kalimantan sebagai akibat dari Perang Napoleon pada tahun 1811.  Namun, pada Desember 1816, kewenangan Kalimantan kembali dari Inggris ke Belanda. Belanda menandatangi kontrak baru dengan Sultan. Pada Januari 1817, bendera Sultan diganti dengan bendera Belanda. Perlahan, kekuasaan Sultan digantikan oleh Hindia Belanda. Di tahun-tahun berikutnya, timbul pemberontakan kecil dan ada kontrak tidak adil yang ditandatangani.

Sejarah Perang Banjar

Sejarah Perang BanjarSultan Tahmidillah I memiliki tiga orang anak yang bisa menggantikan kedudukannya sebagai sultan yaitu Pangeran Amir, Pangeran Abdullah dan Pangerah Rahmat. Muncullah Pangeran Nata yang merupakan saudara Sultan Tahmidillah I. Antagonis ini membunuh Pangeran Abdullah dan Pangeran Rahmat atas bantuan Belanda. Hanya Pangeran Amir yang selamat. Belanda lalu mengangat Pangeran Nata menjadi Sultah Tahmidillah II.

Pangeran Amir yang selamat tentu tidak menerima Sultan Tahmidillah II menjadi Sultan Banjar. Konflik pun meletus selama beberapa tahun. Namun dengan mudahnya Sultan Tahmidillah II dan Belanda mengalahkan Pangeran Amir. Pangeran Amir ditangkap dan dibuang ke Ceylon atau Sri Lanka. Tapi kemenangan atas Pangeran Amir ini tidaklah gratis. Sultan Tahmidillah II harus membayar daerah Kotawaringin, Bulungan, Pasir dan Kutai kepada Belanda.

Pangeran Antasari adalah putra dari Pangeran Amir yang lahir di tahun 1809. Pangeran Antasari kecil sudah membenci kehidupan istana yang  penuh politik, intrik dan pengaruh kekuasaan kolonial Belanda. Dia lebih sering hidup di masyarakat biasa, bermain bersama rakyat biasa, hidup bertani dan berdagang serta mempelajari agama Islam pada para ulama.

Agama Islam sangat berpengaruh ke kehidupan Pangeran Antasari. Tak heran Pangeran Antasari memiliki akhlak yang baik. Seperti jujur, ikhlas dan pemurah. Tak hanya itu, Pangeran Antasari juga sangat tabah dalam menghadapi cobaan dan memiliki pandangan yang cukup luas dan jauh sehingga dia sangat disukai oleh rakyat. Sehingga Pangeran Antasari menjadi pemimpin yang baik bagi rakyat Kalimantan Selatan.

Kondisi Kesultanan cukup memprihatinkan, tidak stabil dan kacau. Sultan Tahmidillah II wafat dan diganti oleh Sultan Sulaiman yang hanya dua tahun memerintah. Lalu Sultan Adam yang melanjutkan pemerintahan. Wilayah Kesultanan Banjar sekarang tinggal sedikit yaitu Banjarmasin, Hulusungai dan Martapura. Wilayah yang dimiliki sebelumnya sudah diambil oleh Belanda karena suatu perjanjian.

Perjanjian yang ditandatangani tahun 1826 itu cukup merugikan Kesultanan Banjar. Isinya yaitu Kesultanan Banjar tidak bisa membuka hubungan diplomasi dengan negara selain Belanda. Pengecilan wilayah Kesultanan Banjar karena beberapa bagian wilayah menjadi milik dan diawasi oleh Belanda. Tokoh yang memangku jabatan Mangkubumi pun harus disetujui oleh pemerintah Belanda. Padang perburuan yang menjadi tradisi dan penuh dengan menjangan pun harus diserahkan ke Belanda.

Seperti Padang Bajingah, Padang Pacakan, Padang Simupuran, Padang Ujung Karangan dan Padang Atirak. Penduduk sekitar dilarang berburu di menjangan itu. Pajak penjualan intan pun didapat oleh Belanda dengan jumlah sepuluh persen dari harga intan dan harga pembeliannya juga diatur oleh Belanda. Satu-satunya yang terlihat baik adalah Belanda melindungi Kesultanan Banjar apabila diserang oleh musuh. Baik musuh dari dalam negeri maupun luar negeri. Kelihatannya Belanda melindungi kedaulatan Kesultanan Banjar. Tapi justru musuh Kesultanan Banjar adalah Belanda sendiri.

Perjanjian yang tidak seimbang ini tentu dipengaruhi oleh tindakan pendahulu Sultan Adam yaitu Pangeran Nata. Pangeran Nata yang dibantu oleh Belanda untuk merebut kekuasaan bagaikan bersekutu dengan setan. Akibatnya, Pangeran Nata harus membalas budi Belanda dengan perjanjian yang sangat menguntungkan Belanda baik dari jangka pendek maupun jangka panjang.

Perang Banjar pada 28 April 1859

Setelah Sultan Adam mangkat, Pangeran Tamjidillah diangkat oleh Sultan Banjar. Padahal rakyat Banjar ingin agar Pangeran Hidayatullah yang menjadi sultan karena dia adalah putra dari Sultan Adam. Tapi Belanda tetap memaksa agar Pangeran Tamjidillah tetap menjadi Sultan dan Pangeran Hidayatullah hanya sebagai Mangkubumi. Penindasan dan perlakuan Belanda yang seenaknya sendiri pada rakyat Kesultanan banjar membuat rakyat marah.

Pemerintah Hindia Belanda mulai waspada akan kemunculan pemberontakan. Penduduk Banjar mulai melawan Belanda dan membawa semangat Perang Agama. Kelemahan Sultan Tamjidillah mulai mengakibatkan kekacauan. Kondisi yang semakin panas membuat Pangeran Antasari tampil menjadi pemimpin rakyat Banjar. Awalnya, Pangeran Antasari menghimpun kekuatan rakyat yang sudah muak pada Belanda. Tak lupa Pangeran Hidayatullah juga diajak yang kini menjadi Mangkubumi. Pangeran Hidayatullah pun setuju.

Pada tanggal 28 April 1859 pecahlah Perang Banjar. Pihak Kesultanan Banjar dipimpin oleh pahlawan nasional yang sangat dikenal yaitu Pangeran Antasari. Pangeran Antasari dibantu oleh Pangeran Hidayatullah, Demang Lehman, Haji Buyasin, Tumenggung Antaluddin, Pangeran Amrullah dan lain-lain. Serangan mengarah ke tambang Nassau Oranje milik belanda dan Benteng Pengaron. Sebagai reaksi, Pemerintah Hindia Belanda melakukan intervensi dan mengutus Kolonel Augustus Johannes Andersen untuk mengambil alih komando militer. Dia dibantu oleh Letnan Kolonel G. M. Verspyck.

Setelah berhasil menguasai dua tempat tersebut, muncullah pertempuran di beberapa tempat lain. Pertempuran Benteng Tabanio di Agustus 1859, Pertempuran Benteng Gunung Lawak pada September 1859, Pertempuran Munggu Tayur pada Desember 1859, Pertempuran Amawang pada Maret 1860. Tumenggung Surapati sukses merusakkan kapal Onrust di Sungai Barito.

Keberpihakan Pangeran Hidayatullah kepada rakyat semakin jelas dan menjadi anti Belanda. Dia menolak tuntutan oleh Belanda agar menyerah. Hingga akhirnya Belanda menghapus Kesultanan Banjar di Juni 1860 dan memerintahkan seorang petinggi Belanda untuk memerintah Kesultanan Banjar.

Perang semakin meluas setelah para kepala daerah dan para ulama juga bergabung dengan pemberontak. Mereka memperkuat tentara Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayatullah melawan penjajah. Sayangnya, pasukan pemberontak kalah oleh persenjataan Belanda yang begitu canggih dan modern. Setelah terus berperang hingga tiga tahun, Pangeran Hidayatullah menyerah ke Belanda  pada tahun 1861 dan dibuang ke daerah Cianjur.

Menyerahnya Pangeran Hidayatullah membuat Pangeran Antasari menjadi satu-satunya pemimpin pemberontakan dan keturunan Kesultanan Banjar. Untuk memperkuat kedudukan sebagai pemimpin tertinggi, Pangeran Antasari meneriakkan slogan, “Hidup untuk Allah dan Mati untuk Allah,” sehingga rakyat, alim ulama dan pejuang mengakui Pangeran Antasari sebagai Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin. Pangeran Antasari tidak bisa menolak dan dia harus mengemban kedudukan yang dipercayakan rakyat dan kaum ulama sepenuhnya. Dia begitu tawakkal kepada Allah. Sekarang Pangeran Antasari bertugas sebagai Kepala Pemerintahan, Komando Tertinggi Perang dan Pemimpin Islam Tertinggi.

Sejarah Perang Banjar semakin mendekati akhir dan kekalahan Kesultanan Banjar sedikit demi sedikit semakin tampak. Pasukan Belanda dipasok berbagai persediaan dan pasukan bantuan dari Batavia. Karena terus terdesak, Pangeran Antasari memindahkan markas komando di Sungai Teweh. Dari sana, Pangeran Antasari dibantu oleh dua putranya seperti Gusti Muhammad Said dan Gusti Muhammad Seman. Selain itu juga dibantu oleh Kiai Demang Lehman dan Tumenggung Surapati. Tapi beberapa hari kemudian Pangeran Antasari wafat lalu dimakamkan di Hulu Teweh.

Meski Pangeran Antasari sudah wafat, pemberontakan pada Belanda masih berlanjut. Sekarang dipimpin oleh dua putranya. Tapi tetap saja perlawanan melemah karena perbedaan kekuatan yang signifikan. Di tahun-tahun akhir perang, Belanda berhasil menangkap dan membunuh beberapa tokoh perjuangan. Contohnya yang tertangkap seperti Tumenggung Aria Pati dan Kiai Demang Lehman. Sedangkan yang gugur yaitu Tumenggung Macan Negara, Tumenggung Naro, Panglima Bukhari dan Rasyid. Menantu Pangeran Antasari, yaitu Pangeran Perbatasari tertangkap di Belanda ketika bertempur di Kalimantan Timur pada tahun 1866. Dia diasingkan ke Tondano di Sulawesi Utara. Panglima Bakumpai juga tertangkap dan digantung pada tahun 1905 di Banjarmasin. Gusti Muhammad Seman juga wafat di Pertempuran Baras Kuning di daerah Barito.

Hasil Akhir dengan Kekalahan Kesultanan Banjar

Sejarah Perang Banjar selesai pada tahun 1906 yang ditandai dengan kekalahan Pangeran Antasari dan Kesultanan Banjarmasin. Korban di pihak Banjar lebih dari enam ribu jiwa. Sementara pihak kolonial kehilangan tiga ribu hingga lima ribu orang dan dua kapal uap yang tenggelam. Pasca perang ini, Belanda semakin menusukkan taring dan kukunya di tanah Kalimantan.

Demikian informasi Sejarah Perang Banjar tentang perjuangan Kesultanan Banjar melawan dominasi Pemerintah Hindia Belanda. Meskipun kalah, Perang Banjar ini memberi kita pelajaran bahwa kegigihan para pahlawan dahulu, tokoh Islam dan ulama dalam memperjuangkan tanahnya. Selain di Banjar, cukup banyak pula perjuangan melawan penjajah di beberapa daerah yang menjadi titik awal perkembangan nasionalisme di Indonesia. Contohnya seperti sejarah Perang Kamang dan sejarah Perang Padri. Kesultanan di Indonesia yang lain juga melawan Belanda seperti sejarah Kerajaan Tidoresejarah Kerajaan Samudra Pasai dan Kerajaan Demak beserta peninggalan kerajaan demak.

The post Sejarah Perang Banjar Singkat Lengkap Melawan Belanda appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Perjuangan Pembebasan Irian Barat (Trikora) /indonesia/kemerdekaan/pasca-kemerdekaan/perjuangan-pembebasan-irian-barat Thu, 17 Nov 2016 03:28:59 +0000 /?p=370 Irian Barat atau saat ini lebih dikenal dengan nama Papua Barat merupakan wilayah NKRI yang dulunya berada dalam kekuasaan Belanda. Irian barat masuk bergabung menjadi bagian NKRI harus melelui perjuangan…

The post Perjuangan Pembebasan Irian Barat (Trikora) appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Irian Barat atau saat ini lebih dikenal dengan nama Papua Barat merupakan wilayah NKRI yang dulunya berada dalam kekuasaan Belanda. Irian barat masuk bergabung menjadi bagian NKRI harus melelui perjuangan yang panjang penuh dengan pengorbanan. Karena kesamaan visi misi dan latar belakang maka pemerintah berusaha memperjuangkan pembebasan wilayah Irian Barat dari kekuasaan Belanda. Perjuangan yang dilakukan pemerintah Indonesia demi membebaskan Irian Barat dilakukan dengan beberbagi upaya, yakni dalam bentuk diplomasi, politik, ekonomi bahkan dengan menggunakan senjata. Berikut diantaranya :

Melalui Diplomasi

Pemerintah Ri saat itu mengambil langkah diplomasi dalam upayanya membebaskan wilayah Irian Barat dari kekuasaan bangsa Belanda. Langkah tersebut lebih dipilih oleh bangsa Indonesia demi menghindari pecahnya konflik bersenjata di kedua belah pihak yang akan memakan korban jiwa, baik dari pihak bangsa Indonesia sendiri maupun di pihak bangsa Belanda. Berikut langkah diplomasi yang pemerintah Republik Indonesia lakukan demi memperjungkan pembebasan Irian Barat.

  • Diplomasi dengan pihak Belanda

Sesuai dengan isi kesepakatan Konferensi Meja Bundar ( KMB ), permasalahan mengenai Irian Barat penyelesaiannya ditunda setahun setelahnya. Maka dari itu setelah RIS berdiri atau pengakuan kedaulatan wilayah Irian tidak termasuk ke dalam kedaulatan Indonesia. Semestinya akhir 1950-an Irian Barat dikembalikan ke dalam kedaulatan Indonesia namun sepertinya hal tersebut tidak berjalan mulus. Sebab ada indikasi pihak Belanda berusaha mengingkari kesepakatan.

Artikel Terkait:

Pada masa demokrasi liberal pun pemerintah Indonesia juga  terus mendorong pihak Belanda untuk mengembalikan wilayah Irian Barat ke wilayah kedaulatan Indonesia. Setiap kabinet baru pun berupaya mengajak pihak Belanda untuk melakukanBelanda. Seperti, pada Kabinet Natsir, Sukiman, Ali Sastroamijoyo, dan Kabinet Burhanuddin Harahap. Dan, pada masa Burhanuddin Harahap berkuasa di kabinet diadakan sebuah pertemuan  diantara Menteri Luar Negeri Indonesia Anak Agung  dan Menteri Luar Negeri Belanda  Luns di  kota Den Haag, Belanda. Namun pertemuan tersebut tidak menghasilkan kesepakatan apapun tentang pengembalian Irian Barat.

  • Diplomasi  Melalui sidang di PBB

Karena segala upaya perundingan yang diusulkan kepada pihak Belanda tidak menghasilkan kesepakatan apapun maka pemerintah Indonesia pun mengambil langkah membawa permasalahan tersebut ke forum PBB. Hal tersebut di upayakan oleh pemerintah Indonesia sejak tahun 1953. Namun sayangnya hingga desember 1957 usaha pemerintah Indonesia tersebut belum mendapat respon yang positif sebab suara dukungan pada saat sidang umum PBB yang diperoleh kurang dari 2/3 suara keseluruhan peserta sidang.

Upaya pembebasan Irian Barat  pun juga dilakukan dengan membentuk pemerintahan sementra di Irian Barat. Pemerintahan sementara tersebut dibentuk oleh kabinet Ali Sastroamijoyo  pada saat hari jadi kemerdekaan ke 11 yakni pada 17 Agustus 1956. Pemerintahan sementara tersebut didirikan sebagai upaya mengukuhkan kedudukan Irian Barat masuk kedalam kedaulatan Republik Indonesia. Daerah yang masuk kedalam wilayah provinsi baru ini sebagian merupakan wilayah yang masih dibawah kekuasaan Belanda, dan juga ditambah beberapa wilayah lain seperti Tidore, Oba, Patani, dan Wasile di Maluku Utara. Sementara pusat Pemerintahannya berada di Soasiu, Tidore, Maluku yang diumumkan pada 23 September 1956.   

 Perjuangan Melalui Jalur Ekonomi

Selain perjuangan dengan menggunakan jalur politik, upaya perjuangan pembebasan  Irian Barat pun dilakukan dengan jalur ekonomi. Pada saat sidang PBB tahun 1957, Menteri Luar Negeri  Subandrio mengungkapkan akan mengupayakan cara lain. Jalan lain tersebut ialah melaui ekonomi, bukan dengn perang senjata. Pada 18 November  1957, digelar rapat umum di kota Jakarta yang membahas gerakan pembebasan Irian Barat. Rapat tersebut kemudian berlanjut dengan aksi mogok yang dilakukan oleh kaum buruh  yang bekerja pada perusahaan milik Belanda, pada 2 Desember 1957.

Hal tersebut hanya permulaan, setelah itu berlanjut upaya penyitaan aset serta modal milik berbagai perusahaan  Belanda. Tadinya penyitaan tersebut hanya spontan dilakukan, namun kemudian pemerintah mengatur hal tersebut dalam  Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1958. Berikut diantaranya perusahaan milik Belanda  yang disita  pemerintah Indonesia.

  1. Nederlandsche Handel Maatschappij, kemudian berubah nama  menjadi  Bank Dagang Negara
  2. Perkapalan (KPM )
  3. Perusahaan Listrik  Philips
  4. Perusahaan perkebunan .

Demi mendukung gerakkan pembebasan Irian Barat serta mengobarkan semangat nasionalisme juga menguatkan persatuan  rakyat Indonesia, maka dibentuklah  Front Nasional Pembebasan Irian Barat (FNPIB) pada  10  Februari 1958.

 Militer

Setelah beberapa upaya sebelumnya mengalami kegagalan, akhirnya dengan semangat untuk memperjuangkan  pembebasan Irian Barat pemerintah pun mencari upaya lain. Upaya tersebut ialah perjuangan dengan senjata. berikut diantaranya.

  • Operasi Trikora

Belanda yang menyatakan jikwilayah Irian Barat  termasuk kedalam wilayah Belanda dan  menjadi bagian  dari Nederlands. Dan Belanda, menyebut Irian Barat  dengan  Nederlands – Nieuw Guinea.  Hal tersebut membuat pemerintah Indonesia dan kemudian memutuskan secara sepihak hubungan diplomatik dengan pihak Belanda pada 17 Agustus 1950. Selanjutnya digunakan cara-cara militer untuk melakukan upaya pembebasan Irian Barat. Pemerintah Indonesia mendapatkan suplai senjata dengan membeli dari negara Uni sovie.

Dan juga dukungan politik dari beberapa negara misalnya, India, Pakistan, Australia, elandia baru, Thailand, Inggris jerman barat dan juga Perancis. Belanda pun juga mengantisipasi serangan dari Indonesia, sekitar April 1961 dibentuk  Dewan Papua oleh Belanda yang memiliki tugas untuk penyelenggaraan penentuan nasib rakyat Irian Barat sendiri. Dengan melakukan  beberapa langkah  berikut :

  1. Menjadikan papua negara boneka, yang memiliki bendera serta lagu kebangsaan sendiri.
  2. Mendatangkan kapal induk  Karel Doorman yang merupakan kapal perang Belanda untuk berjaga di perairan Irian.
  3. Menambah pasukan demi memperkuat angkatan perang Belanda di Irian Barat.
Karena hal tersebut konflik bersenjata menjadi sangat sulit untuk di elakkan lagi. Menanggapi hal tersebut, pada 19 desember 1961 di adakan rapat umum di Yogyakarta. Dalam Rapat tersebut presiden Soekarno pun merencanakan sebuah Tri Komando Rakyat atau sering disingkat Trikora. Berikut diantaranya isi Trikora.
  1. Gagalkan upaya pembentukan negara Papua
  2. Mengibarkan Bender pusaka Merah putih di tanah Irian Barat
  3. Bersiap untuk mobilisasi umum demi pertahanan kemerdekaan  dan kesatuan Tanah Air.
  • Operasi Komando Mandala
Menindak lanjuti iri dari rancangan operasi Trikora tersebut, Presiden  Soekarno sebagai Panglima Tertinggi ABRI, kemudian membentuk sebuah komando Mandala Pembebasan Irian Barat. Pada saat itu presiden Soekarno menunjuk Mayor Jendral Suharto menjadi kepala komando Mandala yang resmi dibentuk pada 1 Januari 1962. Komando  Mandala bermarkas di makassar dan memiliki tugas untuk melaksanakan Trikora  demi membebaskan Irian Barat. Berikut langkah-langkan yang diambil diantaranya:
  1. Merencanakan operasi militer,
  2. Mempersiapkan opersi militer,
  3. melaksanakan operasi militer,
  4. Mengobservasi situasidan juga kondisi militer di wilayah  Irian Barat.
Pada Maret hingga Agustus 1962, persiapan dimulai  dengan melakukan pendaratan pasukan yang  terdiri dari  anggota ABRI juga sukarelawan dari laut dan udara. Hal tersebut merupkan bagian dari persiapan pelaksanakan operasi militer diwilayah Irian Barat, Komando Mandala  telah melakukan  tahapan-tahapan perjuangan. Berikut operasi dalam upaya mendukung pembebasan Irian Barat.
  1. Operasi  Banteng di Kaimana dan Fak-fak
  2. Operasi Serigala di Teminabuan dan juga di Sorong
  3. Operasi  Naga di Merauke
  4. Operasi Jatayu di Sorong, Merauke dan juga Kaimana
Dalam tahap persiapan serta infiltrasi militer tersebut, terjadi sebuah insiden pertempuran di Laut Aru pada 15 januari 1962 Yang dilakukan olah pihak Beland. Saat kapal perang  milik Angkatan Laut Republik Indonesia berjenis motor terpedo boat (MTB) Macan Tutul sedang berpatroli diwilyah laut aru diserang secara terus menerus dan menyebabkan kapal tersebut tebakar dan gugurlah Komodor  Yos Sudarso  dan Kapten  Laut Wiratno. Gerakan tersebut pun tetap dilancarkan hingga pasukan  Indonesia berhasil menguasai wilayah-wilayah penting di Irian Barat.

Artikel  terkait:

Upaya Penyelesaian Konflik

Mendapat serangan dari pihak Indonesia Belanda mulai kewalahan dan merasa sedikit khawatir. Hal tersebut tak luput dari pengamatan dunia internasional. Dan lantas seger beraksi dengan menesak diadakannya perundingan damai. Yang kemudian disetujui oleh pihak Belanda. Kemudian Dewan PBB mengutus Ellsworth Bunker,  diplomat asal Amerika Serikat untuk menjadi mediator dalam perundingan tersebut. Berikut beberapa pokok isi keseppakatan tersebut.
  1. Irian Barat  akan diserahkan pada pemerintahan Indonesia melalui  Dewan PBB, Yang akan mendirikan UNTEA (United Nations Temporary Executive Authority)  sebagai Pemerintahan Sementara  PBB di Irian Barat
  2. Memberi kebebasan untuk rakyat Irian Barat dalam menentukan pendapat  mengenai kedudukan Irian Barat.
Pokok usulan tersebut yang kemudian dikenal dengan Rencana Bunker. Berdasarkan  Rencana tersebut, pada 15 Agustus 1962, dicapainya sebuah kesepakatan di  antara  pemerintah Indonesia dan Belanda yang diadakan di kota New York yang disepakati oleh yang dilakukan antara Meteri Luar Negeri Indonesia Subandrio dan Menteri Luar negeri Belanda Van Roijen.. Dengan begitu perjanjian ini terkenal dengan sebutan Perjanjian New York.
Berikut pokok dari Perjanjian  New York  diantaranya.
  1. Irian Barat harus diserahkan pada UNTEA paling lambat pada 1 Oktober  1962 yang kemudian bendara milik Belanda diturunkan dan diganti bendera PBB.
  2. Tentara Indonesia  yang masih berada di Irian Barat  tetap berada di Irian Barat  dan berada di bawah  pengawasan UNTEA
  3. Pasukan militer Belanda harus segera ditarik dan dipulangkan kembali ke Belanda
  4. Bendera merah putih milik bangsa Indonesia pun dikibarkan di tanah Irian Barat berada disebelah  bendera  PBB sejak 31 desember 1962
  5. Pemerintahan Irian Barat yang berada dibawah pengawasan UNTEA kan diserahkan pada pemerintah Indonesia Paling lambat 1 Mei  1963.

Hasil Perjuangan Pembebasan

Sesaat setelah disepakatinya perundingan di kota New York, pada 19 Agustus 1962, kemudian datang surat perintah penghentian adu tembak diantara kedua  pihak. Dan dimulainya gencatan senjata, maka dengan begitu, Operasi Jayawijaya tidak jadi dilaksanakan. Pada 1 Oktober 1962, secara resmi Belanda melakukan serah terima pemerintahan Irian Barat pada UNTEA (PBB), sebagai bagian dari pemenuhan isi Perjanjian New York. Dan kemudian Pada 1 Mei 1963, PBB pun menyerahkan  pemerintahan Irian Barat pada Indonesia.

Hal tersebut di lakukan dengan sebuah syarat,  yakni pemerintah Indonesia harus mengadakan PERPERA (Penentuan Pendapat  Rakyat). Maka dengan begitu, masa penjajahan Belanda di Indonesia telah berakhir. PERPERA sesuai amanat dewan PBB pada 1969 akhirnya dilangsungkan di Irian Jaya, dan hasil  dari PERPERA ialah bahwa rakyat Irian  Barat ingin  tetap bergabung  menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Yang kemudian pemerintah mengubah nama Irian Barat menjadi Irian Jaya.

The post Perjuangan Pembebasan Irian Barat (Trikora) appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Peristiwa G30S/PKI 1965 yang Sebenarnya /indonesia/kemerdekaan/pasca-kemerdekaan/peristiwa-g30spki /indonesia/kemerdekaan/pasca-kemerdekaan/peristiwa-g30spki#respond Tue, 02 Aug 2016 08:52:02 +0000 /?p=45 Peristiwa G30S/PKI atau lengkapnya kita kenal dengan Peristiwa Gerakan 30 September atau disingkat Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh) atau Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia…

The post Peristiwa G30S/PKI 1965 yang Sebenarnya appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Peristiwa G30S/PKI atau lengkapnya kita kenal dengan Peristiwa Gerakan 30 September atau disingkat Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh) atau Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia pada malam hari tanggal 30 September – 1 Oktober 1965 dimana tujuh para perwira tinggi militer Indonesia dan beberapa orang lainnya dibunuh karna dinilai sedang melakukan sebuah usaha percobaan kudeta.

Percobaan kudeta tersebut berhasil di gagalkan dan tersebar isu yang menyatakan bahwa PKI bertanggung jawab dibalik peristiwa pada 30 September yang telah menelan banyak nyawa. Sampai saat ini kebenaran apakah PKI terlibat atau tidak pada 30 September 1965 masih menjadi bahan perdebatan.

[accordion]
[toggle title=”Latar Belakang sebelum terjadinya G30S” state=”opened”]

Sebelum peristiwa G30S/PKI, tercatat bahwa Partai Komunis Indonesia atau PKI adalah Partai Komunis yang paling besar diseluruh dunia pada tahun 1965, tanpa menghitung partai komunis di Tiongkok dan Uni Soviet. Anggota PKI berjumlah sampai 3,5 juta jiwa, ini pun belum termasuk dengan 3 juta jiwa kader PKI yang bergerak di pergerakkan pemuda.

Selain itu PKI juga mengawasi dan mengontrol beberapa pegerakkan dan organisasi:

  1. Pergerakan Serikat Buruh – 3,5 juta jiwa
  2. Barisan Tani Indonesia – 9 juta jiwa
  3. Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia)
  4. Organisasi Penulis dan Artis
  5. Pergerakan sarjana

Diauditkan bahwa PKI saat itu mempunyai lebih dari 20 juta jiwa anggota dan pendukung. Selain memiliki banyak anggota dan pendukung, PKI juga merupakan partai komunis yang paling dekat dan mendapat sokongan penuh dari Presdien Pertama RI, yaitu Sukarno. PKI benar-penar memiliki kekuatan penuh, pada saat itu seperti bunuh diri jika ingin membubarkan PKI.

[/toggle]
[toggle title=”Demokrasi Terpimpin”]

Pada bulan Juli 1959 Sukarno menjalankan sistem Demokrasi Terpimpin, dimana seluruh keputusan dan pemikiran berpusat pada pemimpin negara.

Latar belakang dicetuskannya sistem Demokrasi Terpimpin oleh Presiden Sukarno, yaitu:

1. Segi Keamanan Sosial – Negara tidak stabil, karena banyak gerakan separatisme (yaitu gerakan untuk mendapatkan kekuasaan dan memisahkan beberapa kelompok) pada era demokrasi liberal.

Beberapa gerakan separatisme yang timbul saat itu adalah:

  • Pemberontakan PKI di Madiun, pada tahun 1948
  • Pemberontakan Darul Islam (DI) dan Tentara Islam Indonesia (TII), pada tahun 1949
  • Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), pada tahun 1958
  • Pemberonakan Permesta, pada tahun 1958 dan masih banyak lagi

2. Segi Perekonomian – Program-program yang dirancang pada era demokrasi liberal banyak yang tidak terlaksana dan membuat ekonomi negara tersendat. Salah satu faktornya yaitu karena sering terjadi pergantian kabinet.

3. Segi Politik – Konstitusi tidak berhasil menyusun UUD baru untuk menggantikan UUDS 1950

Presiden Sukarno juga membubarkan parlemen dan membentuk MPRS dan DPAS. Sistem Demokrasi Terpimpin ini disambut hangat oleh PKI dan menganggap mempunyai kuasa untuk mengakomodasi persekutuuan konsepsi yans sedang kisruh di Indonesia, yaitu antara ideologi nasionalisme, agama dan komunisme disingkat dengan NASAKOM.

Pada era “Demokrasi Terpimpin”, kepemimpinan PKI dan kaum burjuis nasional gagal juga dalam memecahkan masalah politik dan ekonomi negara. Alhasil pendapatan ekspor menurun, cadang devisa menurun, inflasi terus menaik dan terjadi banyak korupsi birokrat. Akibatnya demonstrasi terjadi dimana-mana dari kalangan buruh, petani dan mahasiswa.

[/toggle]
[toggle title=”Angkatan kelima”]

Pada awal tahun 1965 Presiden Sukarno atas saran dari PKI memutuskan mendirikan Angkatan Kelima (setelah AURI, ALRI, ADRI, dan Kepolisian) dan terlepas dari ABRI. Angkatan Kelima didirikan untuk pertahanan dan keamanan Republik Indonesia, Angkatan Kelima ini diambil dari kalangan buruh dan petani yang sudah dilatih.

Keputusan ini menimbulkan konflik yang semakin memanas, karena ABRI tidak setuju dan mencurigai PKI hendak melakukan kudeta pada Presiden Sukarno. Hal ini menimbulkan fikiran saling curiga-mencurigai antara militer dan PKI dan ini merupakan salah satu penyebab insiden Gerakan 30 September.

Selain itu sebelum di dirikannya angkatan kelima, sejak tahun 1963 PKI semakin memperparah keadaan dengan terus provokasi konflik antara aktivis massanya dengan polisi dan militer. Saat itu kebencian karena perbedaan kelompok antara polisi, tentara dan rakyat semakin mewabah. Pada tahun 1964 sampai dengan awal tahun 1965 terjadi benturan antara polisi, petani dan para pemilik tanah disebabkan hasutan PKI kepada ribuan petani bahwa seluruh petani berhak atas segala tanah milik negara, karena milik negara sama dengan milik bersama. Selain itu para buruh juga menyita perusahaan-perusahaan dan minyak milik asing, terutama milik Amerika Serita.

Atas segala bentrokan yang terjadi, para sejarahwan menduga bahwa PKI seperti meniru revolusi Bolsevik yang terjadi di Rusia, revolusi yang membuat rakyat dan partai komunis menyita milik Tsar dan membagi-bagikannya kepada rakyat.

Kepemimpinan PKI menjawab semua tuduhan padanya dengan memasuki pemerintahan dengan duduk bersama disebelah para petinggi militer dan menyatakan bahwa angkatan bersenjata merupakan bagian dari revolusi demokratis “rakyat”

[/toggle]
[toggle title=”Isu Sakitnya Bung Karno”]

Sejak tahun 1964 sampai terjadinya peristiwa G30S telah beredar bahwa Bung Karno mengalami sakit parah. Isu ini menimbulkan kepanikan dan kasak-kusuk diberbagai pihak. Mengingat betapa berpengaruhnya Bung Karno pada saat itu dan terus timbul perdebatan siapa yang layak untuk menggantikan kekuasaan Presiden RI setelahnya.

Namun menurut Subandrio,Sekjen Kemenlu saat itu menyatakan bahwa Bung Karno hanya sakit ringan saja dan Aidit, Pimpinan PKI tahu persis keadaan Bung Karno sebenarnya.

[/toggle]
[toggle title=”Isu masalah tanah dan bagi hasil”]

Pada tahun 1960 ditetapkan Undang-Undang Pokok Agraria (UU Pokok Agraria) dan Undang-Undang Rokok Bagi Hasil (UU Bagi Hasil) yang sebenarnya adalah kelanjutan dari Panitia Agraria yang didirikan tahun 1948.

Panitia Agraria menghasilkan UU Pokok Agraria  yang terdiri dari wakil pemerintah dan wakil berbagai ormas tani. Meskipun undang-undangnya sudah ada namun pelaksanaannya di daerah tidak dijalankan sehingga menimbulkan konflik kembali antara petani penggarap dan pihak pemilik tanah yang takut terkena UU Pokok Agraria, konflik itupun membuat aparat keamanan turun tangan.

Peristiwa yang semakin parah akibat konflik ini antara lain peristiwa Bandar Betsi di Sumatera Utara, peristiwa Aksi Sepihak di Klaten an sebagainya. Selain itu ditambah dengan konflik antara PKI dan Nadhatul Ulama, Muhammadiyah di Jawa Barat, Jawa Timur dan berbagai provinsi lainnya.

[/toggle]
[toggle title=”Faktor Malaysia”]

Pada tahun 1963, Malaysia yang masih berbentuk Negara Federasi Malaysia adalah salah satu faktor dalam peristiwa Gerakan 30 September. Konfrontasi atau Ketegangan yang terjadi antara Indonesia-Malaysia merupakan salah satu penyebab dari kedekatan Bung Karno dengan PKI, penyebab tentara bergabung dalam Gerakan 30 September dan penyebab mengapa PKI menculik petinggi Angkatan Darat.

Konfrontasi Indonesia-Malaysia pada awalnya bersifar politik, disebabkan prasangka dari pihak Indonesia yang menganggap bahwa Federasi Malaysia hasil dari bentukan Inggris dan merupakan sebuah negara “boneka neo-kolonial”. Indonesia mengaggap bahwa Inggris berusaha agar kedua koloninya di Kalimantan (Sawak dan Sabah) tidak jadi merdeka dengan menggabungkannya pada Semenanjung Malaya dengan membentuk negara yang dinamakan Negara Federasi Malaysia.

Tujuan inggris membantu mendirikan Negara Federasi Malaysia ini dikarekan beberapa hal:

1.Untuk mempermudah kepentingan ekonomi negaranya

2.Sebagai alat memperluas pengaruh imperialisme (menyebarkan agama, mendapatkan kekayaan dan menambah kejayaannya negara-negara barat di Benua Asia)

3.Mempengaruhi perpolitikkan regional di Asia Tenggara.

Pada awalnya Filipina dan Indonesia secara resmi menerima didirikannya Negara Federasi Malaysia apabila mayoritas daerah tersebut melalui pilihan rakyat yg diorganisir oleh PBB dan menjadi keputusan yang diambil oleh Dewan Keamanan PBB.

Namun pada 16 September 1963, Negara Federasi Malaysia melanggar perjanjian internasional tersebut secara sepihak sebelum hasil pemilihan rakyat Malaya, Sarawak dan Sabah dilaporkan. Pendukung Federasi Malaysia menganggap bahwa pembentukan negara federasi merupakan masalah dalam negeri, tanpa ikut campur rakyat.

Saat itu Bung Karno marah dengan pelanggaran yang telah dilakukan oleh Federasi Malaysia ini, Bung Karno menilai bahwa Federasi Malaysia telah melanggar The Macapagal Plan antara lain melalui:

1.Perjanjian Manila Accord, 31 Juli 1963

2.Manila Declaration, 3 Agustus 1963

3.Join Statement, 5 Agustus 1963

Dari semua perjanjian tersebut menyatakan mengenai dekolonialisasi, yang artinya Federasi Malaysia harus mengikut sertakan rakyat Sarawak dan Sabah secara keseluruhan. Akan tetapi Inggris tetap ingin melakukan kolonialisasi terselubung antara Sarawak dan Sabah melalui Federasi Malaysia.

Kondisi diperparah dengan adanya demonstarai anti-Indonesia di Kuala Lumpur, para demonstaran beranggapan bahwa Indonesia tidak mendukung Federasi Malaysia, lalu mereka menyerbu gedung kantor Kedaultan Besar Republi Indonesia dengan merobek-robek foto Presiden Sukarno dan Memaksa perdana mentri Malaysia, Tunku Abdul Rahman untuk menginjak lambang negara Garuda Pancasila.

Mengetahui hal ini, kemarahan Bung Karno dan rakyat Indonesia terhadap pembentukan Federasi Malaysia semakin memuncak sampai berujung Bung Karno mengeluarkan mandat pembentukan Dwi Komando Rakyat (Dwikora) yang berisi:

1.Perhebat Pertahanan Revolusi Indonesia

2.Bantu perjuangan revolusioner rakyat-rakyat Malaya, Singapura, Sabah, Serawak, dan Brunei memerdekakan diri dan membubarkan Negara Federasi Malaysia

Presiden Sukarno merasa bahwa harga dirinya dan harga diri bangsa telah di injak-injak dengan tindakan para demonstran tersebut. Aksi balas dendam pun digencarkan yang terkenal dengan nama Ganyang Malaysia. Bung Karno memproklamasikan gerakan Ganyang Malaysia melalui pidatonya yang sangat bersejarah, berikut ini:

Kalau kita lapar itu biasa
Kalau kita malu itu djuga biasa
Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang adjar!
Kerahkan pasukan ke Kalimantan, kita hadjar tjetjunguk Malayan itu!


Pukul dan sikat djangan sampai tanah dan udara kita diindjak-indjak oleh Malaysian keparat itu
Doakan aku, aku bakal berangkat ke medan djuang sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan sebagai peluru Bangsa yang enggan diindjak-indjak harga dirinja

Serukan serukan keseluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini kita akan membalas perlakuan ini dan kita tundjukkan bahwa kita masih memiliki gigi dan tulang jang kuat dan kita djuga masih memiliki martabat

Yoo…ayoo… kita… Ganjang…
Ganjang… Malaysia
Ganjang… Malaysia
Bulatkan tekad
Semangat kita badja
Peluru kita banjak
Njawa kita banjak
Bila perlu satu-satu! 

Perang Ganyang Malaysia

Pada 20 Januari 1963, Menteri Luar Negeri Indonesia Soebandrio mengumumkan bahwa Indonesia mengambil sikap bermusuhan terhadap Federasi Malaysia. Pada 12 April, Milier Indonesia melakukan propaganda, penyerangan dan sabotase di Sarawak dan Sabah. Pada 16 Agustus, pasukan dari Rejimen Askar Melayu Diraja berhadapan dengan 50 gerilyawan asal Indonesia. Negara Filipina yang juga marah dengan Federasi Malayasia karena telah melanggar perjanjian Indonesia, Filipina memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Malaysia.

Federasi Malaysia tetap dibentuk secara resmi pada tanggal 16 September 1963, meskipun beberapa negara menolak untuk bergabung seperti Brunei dan Singapura. Ketegangan semakin menjadi, beberapa agen Indonesia di Kuala Lumpur ditangkap dan menyerang KBRI kembali. Selain itu di sepanjang perbatasan di Kalimantan, peperangan pasukan Indonesia terus beruasaha menduduki Sarawak dan Sabarh meskipun tanpa hasil.

Pada tahun 1964 pasukan Indonesia menyerang ke Semenanjung Malaya. Di bulan agustus, 16 agen bersenjata Indonesia ditangkap di Johor, Malaysia. Aktivitas Angkatan Bersenjata Indonesia di perbatasan Kalimantan juga meningkat. Tentara Laut Diraja Malaysia mengerahkan seluruh pasukannya untuk mempertahankan Federasi Malaysia. Namun tentara Malaysia hanya sedikit  saja yang turun dan harus bergantung pada pos perbatasan dan pengawasan unit komando. Karena misi utama Malaysia hanya untuk mencegah masuknya pasukan Indonesia ke Malaysia. Beberapa pihak juga terlibat konflik senjata dengan Indonesia, yaitu Inggris dan Australia terutama Special Air Service.

Sukarno menarik Indoensia dari PBB pada tanggal 20 Januari 1965, dikarenakan PBB masih menerima Malaysia sebagai anggota, meskipun bukan anggota tetap. Presiden Sukarno membentuk Konferensi Kekuatan Baru (Conference of New Emerging Forces, Conefo) sebagai alternatif.

Sebagai tandingan Olimpiade, Presiden Sukarno menyelenggarakan pesta olahraga yang diberi nama GANEFO (Games of the New Emerging Forces) di Senayan, Jakarta pada 10-22 November 1963. GANEFO diikuti oleh 2.250 atlet dari 48 negara di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika Selatan, dan diliput setengah juta  wartawan asing.

Peperangan Indonesia-Malaysia semakin panas, ditambah pada Januari 1965 Australia mengirimkan pasukannya ke Kalimantan karena permintaan Malaysia. Pasukan yang diturunkan Australia terdiri dari 3 Resimen Kerajaan Australia dan Resimen Australian Special Air Service. Ditambah lagi Inggris menurunkan 14 ribu pasukannya untuk menyerang perbatasan Indonesia.

Posisi Angkatan Darat Indonesia saat itu serba salah, karena di satu pihak tentara Indonesia tidak yakin dapat mengalahkan Inggris, di lain pihak mereka akan menghadapi Presiden Sukarno marah jika tidak berperang dan tidak mematuhi perintahnya. Akhirnya para pemimpin Angkatan Darat memilih berperang setengah hati di Kalimantan.

Brigadir Jenderal Suparjo, komando pasukan di Kalimantan Barat saat itu merasa bahwa operasinya disabotase dari belakang karena peperangan yang dilakukan tidak sepenuh hati yang menyebabkan kegagalan gerilya di Malaysia, padahal tentara Indonesia mahir dan terkenal dlam melaksanakan perang gerilya.

Presiden Sukarno yang mengetahui bahwa tentara Indonesia tidak mendukungnya merasa kecewa, dan meminta dukungan PKI untuk berperang melawan Malaysia. PKI memanfaatkan kesempatan emas itu untuk kepentingannya di bangku politik. Posisi PKI yang semakin menguat karena ditambah hubungan internasional PKI dengan Partai Komunis sedunia mengancam posisi Malaysia.

Di pihak Angkatan Darat, terutama Divisi Diponegoro terjadi perpecahan sejak mengetahui adanya campur tangan PKI dalam peperangan dan merasa kesal karena petinggi Angkatan Darat takut melawan pasukan Inggris dengan melakukan perang setengah hati dan menganggap bahwa Angkatan Darat telat berkhianat atas perintah yang diberikan Presiden Sukarno. Akhirnya mereka memutuskan hubungan dari Angkatan Darat dan berhubungan dengan orang-orang PKI.

Akibat perang ini menyebabkan kedekatan Presiden Sukarno dengan PKI, menjelaskan motif para tentara yang ingin melakukan kudeta pada dirinya, dan inilah salah satu penyebab PKI melakukan penculikan petinggi Angkatan Darat.

[/toggle]
[toggle title=”Faktor Amerika Serikat”]

Pada tahun 1964 di Filipina, Amerika Serikata merumuskan skenarion untuk Indonesia yaitu supaya Indonesia tidak jatuh kepada pihak Komunis PKI. Saat itu posisi Amerika Serikat sedang berperang melawan komunis di Vietnam. Amerika Serikat beranggapan bahwa jika Indonesia dikuasai Komunis, maka negara tetangga seperti Malaysia dan Siangapura juga akan di kuasai komunis, dan itu akan melemahkan kekuatan Amerika Serikat.

Peranan badan intelejen Amerika Serikat (CIA) menyatakan bahwa Amerika Serikat hanya sebatas memberikan bantuan pada 50 juta rupiah, obat-obatan, walkie-talkie kepada Adam Malik dan tentara Indonesia di perbatasan Kalimantan. Politisi Amerika Serikat merasa ditarik oleh Presiden Sukarno dalam ganyang Malaysia saat itu.

Selain itu ada sumber sejarah yang menyatakan bahwa Amerika Serikat adalah aktor di balik layar terjadinya gerakan 30 September, terbukti setelah dekrit Supersemar Amerika memberikan daftar nama-nama anggota PKI kepada militer untuk di bunuh. Sampai saat ini kedua sumber tentang faktor terlibatnya Amerika Serikat tidak memiliki banyak bukti-bukti fisik.
[/toggle]
[toggle title=”Faktor Ekonomi”]

Ekonomi masyarakat Indonesia sejak terjadinya ganyang Malaysia sangat rendah, terjadi kenaikan inflasi hingga 650% dan membuat harga makanan, kebutuhan pokok semuanya melambung drastis. Hal ini mengakitbatkan lunturnya kepercayaan rakyat kepada Presiden Sukarno dan PKI.

Akibat infalasi yang meninggi ini, membuat rakyat menderita dengan hanya mengkonsumsi bonggol pisang, umbi-umbian, gaplek dan bahan makanan tidak sehat lainnya.

Faktor ekonomi ini salah satu penyebab marahnya rakyat atas pembunuhan yang terjadi di lubang buaya, dan kebencian rakyat terhadap PKI.

[/toggle]

[/accordion]

Terjadinya Peristiwa 30 September-1 Oktober

Peristiwa 30 September-1 Oktober 1965 pada dini hari ini sudah membunuh enam perwira tinggi Angkatan Darat dan beberapa orang lainnya dengan tuduhan karna melakukan upaya kudeta yang disalahkan kepada para Cakrabirawa (pengawal istana) yang dianggap terlalu dekat kepada PKI, yang saat itu dipimpin oleh Letkol Untung.

Isu dewan jenderal

Sebelum terjadi gerakan 30 september itu, sudah beredar isu dengan adanya Dewan Jenderal yang menyatakan bahwa beberapa petinggi Angkatan Darat ingin mengkudeta kekuasaan Presiden Sukarno. Menanggapi isu yang berdar, Presiden Sukarno disebut-sebut memerintahkan pasukan pengawal istara untuk menangkap petinggi Angkatan Darat untuk di adili. Namun sayangnya, sebelum operasi penangkapan tersebut terjadi sudah ada oknum-oknum yang lebih dahulu membunuh mereka di lubang buaya.

Isu dokumen gilchrist

Isu dokumen Gilchris, yang diambil dari nama dubes Inggris yaitu Andres Gilchrist sudah beredar hampir bersamaan dengan isu Dewan Jenderal. Beberapa pihak menyatakan bahwa dokumen ini sudah di palsukan oleh intelejen Ceko, di bawah pengawasan dari Jenderal Agayant dari KGB Rusia.

Dokumen ini menyatakan bahwa perwira-perwira Angkatan Darat telah dibeli oleh pihak Barat. Selain itu Amerika Serika juga dituduh sudah memprovokasi militer Indonesia karena memberika daftar nama-nama anggota PKI untuk di bunuh. Dinas intelejen Amerika Serikat mendapatkan data-data campur tangan PKI pada peristiwa 30 September dari berbagai sumber, salah satunya dari buku yang ditulis John Hughes, yang berjudul Indonesian Upheaval.

Isu keterlibatan Soeharto

Sampai saat ini belum ada bukti yang kuat tentang peran aktif Soeharno dalam aksi penculikan para perwira-periwa tinggi Angkatan Darat. Satu-satunya bukti bahwa sudah ada kolaborasi ketika pertemuan Soeharto, yang saat ini menjabat sebagai Panglima Komando Strategis Cadangan Angkatan Darat (Pangkostrad) dengan Kolonel Abdul Latief di Rumah Sakit Angkatan Darat.

Beredar isu bahwa sebenarnya Soeharto sudah mengetahui tentang gerakan yang akan di lakukan pada dini hari 30 September, namun beliau mendiamkannya untuk meraih keuntungan tersendiri. Terbukti setelah peristiwa 30 September tersebut, jurnal internasional mengungkap keterlibatan Soeharto dan CIA, beberapa jurna di antaranya adalah Cornell Paper, karya Benedict R.O’G. Anderson and Ruth T. McVey (Cornell University), Ralph McGehee (The Indonesian Massacres and the CIA), Government Printing Office of the US (Department of State, INR/IL Historical Files, Indonesia, 1963-1965. Secret; Priority; Roger Channel; Special Handling), John Roosa (Pretext for Mass Murder: The September 30th Movement and Suharto’s Coup d’État in Indonesia), Prof. Dr. W.F. Wertheim (Serpihan Sejarah Thn 1965 yang Terlupakan).

Korban

Berikut ini nama-nama korban yang terbunuh dari gerakan 30 September di lubang buaya:

  1. Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi)
  2. Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)
  3. Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan)
  4. Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)
  5. Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik)
  6. Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)

Diatas adalah keenam nama perwira tinggi Angkatan Darat yang terbunuh dan dibuang ke Lubang Buaya di Pondok Gede, Jakarta. Mayat mereka ditemukan pada 3 Oktober. Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang merupakan sasaran utama pada peristiwa ini berhasil selamat setelah memanjat halaman rumahnya, namun putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan dia, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.

Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:

  1. Bripka Karel Satsuit Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana Menteri II dr.J. Leimena)
  2. Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)
  3. Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)

[accordion]
[toggle title=”Setelah Kejadian 30 September” state=”opened”]

PKI mampu menguasai dua sarana komunikasi vital, yaitu studio RRI dan Kantor telekomunikasi setelah tragedi pembunuhan beberapa perwira Angkatan Darat. PKI menyiarkan pengumuman melalui RRI, bahwa Gerakan 30 September yang ditunjukan kepada para perwira tinggi anggota “Dewan Jenderal” sudah merencanakan pengkudetaan terhadap pemerintah. PKI juga mengumumkan bahwa sudah terbentuk “Dewan Revolusi” yang diketuain oleh Letkol Untung Sutopo.

Selain itu pada sore hari tanggal 1 oktober 1965, PKI membunuh Kolonel Katamso (Komandan Korem 072/Yogyakarta) dan Letnan Kolonel Sugiyono (Kepala Staf Korem 072/Yogyakarta) karena sudah menolak berhubungan dengan Dewan Revolusi.  Presiden Sukarno dan Sekjen PKI Aidit menanggapi pembentukan para Dewan Revolusioner sebagai pembenrontakan. Dan memutuskan berpindah ke Pangkalan Angkatan Udara Halim untuk mencari perlindungan.

Pada tanggal 6 Oktober, Presiden Sukarno menghimbau rakyat untuk menciptakan adanya “persatuan nasional”, yaitu persatuan antara angkatan bersenjata dan para korbannya, dan penghentian kekerasan. Selain itu Biro Politik dari Komite Sentral PKI meminta semua anggota dan organisasi-organisasi massa untuk mendukung “pemimpin revolusi Indonesia” dan tidak melawan angkatan bersenjata.

Pada tanggal 12 Oktober 1965, pemimpin-pemimpin Uni-Soviet Brezhnev, Mikoyan dan Kosygin mengirim pesan khusus kepada Presiden Sukarno: “Kita dan rekan-rekan kita bergembira untuk mendengar bahwa kesehatan anda telah membaik. Kita mendengar dengan penuh minat tentang pidato anda di radio kepada seluruh rakyat Indonesia untuk tetap tenang dan menghindari kekacauan. Himbauan ini akan dimengerti secara mendalam.”

Atas saran dari rekan-rekannya, pada tanggal 16 Oktober 1965, Presiden Sukarno melantik Mayjen Suharto menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat di Istana Negara. Berikut kutipan amanat presiden Sukarno kepada Suharto pada saat Suharto disumpah:

Saya perintahkan kepada Jenderal Mayor Soeharto, sekarang Angkatan Darat pimpinannya saya berikan kepadamu, buatlah Angkatan Darat ini satu Angkatan daripada Republik Indonesia, Angkatan Bersenjata daripada Republik Indonesia yang sama sekali menjalankan Panca Azimat Revolusi, yang sama sekali berdiri di atas Trisakti, yang sama sekali berdiri di atas Nasakom, yang sama sekali berdiri di atas prinsip Berdikari, yang sama sekali berdiri atas prinsip Manipol-USDEK. Manipol-USDEK telah ditentukan oleh lembaga kita yang tertinggi sebagai haluan negara Republik Indonesia. Dan oleh karena Manipol-USDEK ini adalah haluan daripada negara Republik Indonesia, maka dia harus dijunjung tinggi, dijalankan, dipupuk oleh semua kita. Oleh Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, Angkatan Kepolisian Negara. Hanya jikalau kita berdiri benar-benar di atas Panca Azimat ini, kita semuanya, maka barulah revousi kita bisa jaya.

Soeharto, sebagai panglima Angkatan Darat, dan sebagai Menteri dalam kabinetku, saya perintahkan engkau, kerjakan apa yang kuperintahkan kepadamu dengan sebaik-baiknya. Saya doakan Tuhan selalu beserta kita dan beserta engkau!

[/toggle]
[toggle title=”Pembantaian dan Pembunuhan pada PKI”]

Pasca 30 September, semua anggota, pendukung dan simpatisan PKI dibunuh dan dimasukkan ke kamp-kamp tahanan lalu disiksa dan diintrogasi. Pembunuhan-pembunuhan terjadi di Jawa Tengah (bulan Oktober), Jawa Timur (bulan November) dan Bali (bulan Desember).

Pada akhir 1965, sekitar 500.000 dan satu juta anggota-anggota dan pendukung-pendukung PKI telah menjadi korban pembunuhan tanpa adanya perlawanan sama sekali. Regu-regu militer yang didukung dana CIA menemukan semua anggota dan pendukung PKI yang sudah dibantai keji, majalah “Time” memberitakan:

Pembunuhan-pembunuhan itu dilakukan dalam skala yang sedemikian sehingga pembuangan mayat menyebabkan persoalan sanitasi yang serius di Sumatera Utara, di mana udara yang lembap membawa bau mayat membusuk. Orang-orang dari daerah-daerah ini bercerita kepada kita tentang sungai-sungai kecil yang benar-benar terbendung oleh mayat-mayat. Transportasi sungai menjadi terhambat secara serius.

[/toggle]
[toggle title=”Supersemar”]

Pada tanggal 11 Maret 1966, Presiden Sukarno memberikan Suharno kekuatas tanpa batas melalui Surat Perintah Sebelas Maret. Didalam surat ini berisikan bahwa Presiden Sukarno mempersilahkan Suharto untuk mengambil langkah-langkah yang sesuai demi mengembalikan ketenangan dan keamanan. Kekuatan tanpa batas ini digunakan oleh Suharto untuk menjadikan PKI sebagai partai terlarang. Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, Sukarno dipertahankan sebagai presiden tituler diktatur militer itu sampai Maret 1967.

[/toggle]

[/accordion]

Untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan revolusi maka pada taggal 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September (G-30-S/PKI) dan hari berikutnya, 1 Oktober, ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

[accordion]
[toggle title=”Artikel Terkait”]

[/toggle]
[toggle title=”Artikel Lainnya”]

[one_third]

[/one_third]
[one_third]

[/one_third]

[one_third_last]

[/one_third_last]

[/toggle]
[/accordion]

The post Peristiwa G30S/PKI 1965 yang Sebenarnya appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
/indonesia/kemerdekaan/pasca-kemerdekaan/peristiwa-g30spki/feed 0