perjuangan pahlawan – Sejarah Lengkap Sejarahwan Thu, 21 Feb 2019 08:59:10 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=5.8.6 Sejarah Lubang Buaya (G30S/PKI) Paling Lengkap /indonesia/sejarah-lubang-buaya Thu, 21 Feb 2019 08:58:53 +0000 /?p=776 Bicara soal sejarah lubang buaya, mari kita kembali ke masa lalu. Kita akan membuka lorong waktu dan kembali ke masa 30 September 1965. Di mana tragedi yang lebih dikenal dengan…

The post Sejarah Lubang Buaya (G30S/PKI) Paling Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Bicara soal sejarah lubang buaya, mari kita kembali ke masa lalu. Kita akan membuka lorong waktu dan kembali ke masa 30 September 1965. Di mana tragedi yang lebih dikenal dengan sebutan Peristiwa G30 SPKI ini yang akan membawa kita untuk mengetahui sejarah lubang buaya. Siapa yang tak mengenal Lubang Buaya? Sebagian besar bangsa Indonesia mengetahui Lubang Buaya, bahkan hingga kisahnya yang menyeramkan dari Lubang Buaya itu. Seakan kisah-kisah tersebut sudah mengakar dalam benak bangsa Indonesia sepanjang Orde Baru berkuasa. Ketahui pula Faktor Penyebab Runtuhnya Orde Baru.

Sejarah Lubang Buaya

Sejarah Lubang BuayaNama daerah ini dari dulu memang Lubang Buaya.  Jadi, tidak ada sangkut pautnya nama ‘Lubang Buaya’ dengan tragedi tersebut. Menurut warga sekitar, bahwa tempat tersebut lebih banyak didiami oleh masyarakat asal Cirebon. Konon, menurut cerita masyarakat setempat, nama ‘Lubang Buaya’ dikarenakan kejadian setelah banjir. Sebelum terjadinya banjir, banyak warga yang tinggal di situ. Dan saat banjir melanda, banyak warga yang tinggal dan menggunakan getek (rakit) di atas air banjir. Ketika mereka mendayung getek, tiba-tiba dayung tidak bisa bergerak. Lalu dayung tersebut ditinggal, akhirnya mereka menjalankan getek dengan tangan mereka.

Setelah air banjir surut, ternyata diketahui ada buaya yang sedang memakan dayung tersebut karena saking laparnya. Sehingga, banyak yang mengatakan, “Jangan ke tempat itu, ada buaya, ada lubang buaya.” Sehingga lama-kelamaan masyarakat setempat menamakan daerah tersebut daerah ‘Lubang Buaya’.

Namun, legenda Lubang Buaya telah ternoda oleh tragedi G 30 S-PKI, pada tanggal 30 September 1965. Pada masa penjajahan, daerah Lubang Buaya ini merupakan daerah sentral pelatihan Sejarah PKI (Partai Komunis Indonesia). Lubang Buaya merupakan daerah yang menjadi tempat sejarahnya para PKI mengumbar dosa. Dalam buku ‘Bahaya Laten Komunisme di Indonesia’ terbitan Pusat Sejarah dan Tradisi Markas Besar ABRI, juga pernah difilmkan oleh TVRI dengan durasi 4 jam yang diputar setiap malam 30 September ini telah menunjukkan dengan jelas dosa-dosa para PKI pada tahun 1965.

Kesadisan yang dilakukan oleh para PKI di Lubang Buaya ini telah diabadikan dalam bentuk teks, film, museum, hingga monument. Sehingga membuat masyarakat mengingat akan kekejaman para PKI saat itu. Namun, sampai sekarang belum diketahui siapa dalang dari kebengisan pada peristiwa itu.

Peristiwa G 30 S-PKI

Salah satu kesatuan dalam Gerakan 30 September ini telah bergerak mulai dari Lubang Buaya. Mereka dibagi menjadi tujuh kelompok yang mana tiap kelompoknya bertugas untuk menculik tujuh jenderal yang masuk dalam bagian anggota Dewan Jenderal. Lalu ketujuh jenderal tersebut dibawa ke Lubang Buaya. Seperti dalang dari G 30 S-PKI yang masih belum jelas siapa, eksistensi Dewan Jenderal pun juga belum diketahui dengan jelas  sampai saat ini. Memang sejarah G 30 S-PKI ini merupakan sejarah yang gelap dan kabur alias masih simpang siur. Banyak sesuatu yan gbelum terungkap dengan jelas.

Lubang Buaya memang merupakan saksi bisu atas tragedi pembantaian besar yang dilakukan oleh gerakan kiri di Indonesia pada masa itu. Dalam pembantaian G 30 S-PKI, para jenderal yang sebagai korban ini sebelum dibunuh dikelilingi terlebihi dahulu seakan-akan mereka sedang melakukan pesta kemenangan. Mereka semua mengelilingi para jenderal, menari, dan bernyanyi-nyanyi di depan para korban. Tak hanya itu, para perempuan gerakan tersebut tidak kalah sadis, mereka menusuk-nusuki para korban dengan pisau ke tubuh para korban. Bahkan sampai menyilet-nyileti alat vital para korban. Para pelaku Gerakan G 30 S-PKI ini diberi nama dengan sebutan ‘Gerwani’. Aksi Gerwani tersebut pun diabadikan di Lubang Buaya yang terpampang pada relief di Monumen Pancasila Sakti. Relief tersebut diukir berdasarkan persepsi dan cerita menurut Orde Baru.

Mungkin Anda akan melihat seorang perempuan yang tengah menyaksikan rekan prianya yang sedang memasukkan tubuh korban ke dalam sumur di relief Monumen tersebut. Ada juga penampakan perempuan lain yang asyik menari dengan untaian kembang mengalungi lehernya. Diduga, pada masa itu para perempuan Gerwani sedang melakukan ritual Harum Bunga dengan disimbolkan tarian tanpa pakaian alias telanjang dan melakukan pesta seks. Cerita ini pun juga diangkat ke film ‘Pengkhianatan G30S/PKI yang selalu diulang setiap tahunnya.

Namun, ada juga yang berpendapat bahwa pada waktu itu tidak ada tarian telanjang di Lubang Buaya. Itu hanya tambahan-tambahan belaka saja oleh orang yang tak bertanggung jawab. Kalau orang-orang menari-nari sambil memukuli para korban memang ada, namun menari-nari sambil telanjang tidak benar adanya. Mereka menari sambil bernyanyi lagu ‘Genjer-Genjer’ yang merupakan lagu daerah Banyuwangi yang digubah oleh PKI.

Menurut penelitian para pakar sejarawan, beberapa anggota Gerwani tersebut berada di Lubang Buaya untuk melakukan latihan Dwi Komando Rakyat (Dwikora) yang merupakan kebijakan Konfrontasi Malaysia oleh pemerintah Sukarno. Memang saat itu sedang ada Pelatihan untuk Dwikora. Hal itu terbukti pada buku “Penghancuran Gerakan Perempuan di Indonesia’ yang ditulis oleh Saskia Eleonora Wieringa. Dalam buku tersebut telah mengatakan bahwa Lubang Buaya memang sejak Juli 1965 telah dijadikan lokasi latihan Ganyang Malaysia untuk para sukarelawan Dwikora.

Nah, dalam pelatihan tersebut, telah diikuti oleh kader Gerwani, anggota PKI, Pemuda Rakyat, Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia, dan Buruh Tani Indonesia. Bahkan jika G30S/PKI ini pecah, rencananya para pemuda Nahdlatul Ulama juga diundang untuk mengikuti latihan di Lubang Buaya pada bulan Oktober 1965.

Rezim Soeharto

Sebagai upaya Soeharto dalam meneguhkan rezimnya, maka ia mencanangkan pembentukan memori kolektif atas kekejaman PKI dan beberapa organisasi yang berafiliasi dengannya. Selain itu, juga melibatkan pembangunan monument dan museum yang berdasarkan sejarawan dari Lembaga ilmu Pengetahuan Indonesia yaitu Asvi Warman Adam. “Soeharto didukung oleh orang-orang yang paham betul dengan nilai sejarah. Sejarah digunakan untuk memberinya legitimasi kekuasaan.” – Asvi –

G 30 S ini merupakan awal dari keruntuhan Orde Lama dan membangkitkan Orde Baru. Walaupun banyak dusta yang tersebar di pelosok negeri. Selain itu, politik pun juga tidak dapat dipisahkan dari politik global pada masa itu. Politik global itu terjadi adanya Amerika Serikat yang sedang berperang dingin dengan Uni Soviet. “G30S adalah salah satu momen paling berbahaya bagi AS semasa perang dingin. Jika G30S berhasil, menurutnya, Indonesia dapat berubah menjadi Negara komunis yang bersekutu dengan Uni Soviet.” – Marshall Green – Duta Besar AS untuk Indonesia pada masa itu.

Dalam uraian katanya pada tahun 1997, ia juga menambahkan bahwa Bangsa terbesar keempat di dunia ini yang merupakan Indonesia akan menjadi komunis. Pada saat itu, rezim Sukarno yang menganut prinsip antikolonialisme dan antiimperialisme dan condong ke Uni Soviet ini telah ambruk dan digantikan oleh pemerintagan soeharto yang menganut politik luar negeri bebas aktif dan condong ke Amerika Serikat. Soeharto pun berhasil menumpas komunis sekaligus mengubah konsep politik di Indonesia menjadi perpolitikan global.

Saat itu, rezim Soeharto benar-benar menumpas habis para komunis di Indonesia hingga terjadilah banjir darah pada masa 1965 – 1966. Bahkan yang tak bersalah pun juga ikut jadi korban. Sehingga dapat dikatakan bahwa Lubang Buaya dan juga Museum Pengkhianatan PKI ini merupakan sejarah ciptaan Orde Baru yang mewakili seluruh negeri dan menjadi lonceng kematian partai tersebut.

Kompleks Lubang Buaya

Lokasi Lubang Buaya tepatnya berada di Jakarta Timur. Di sana Anda akan melihat penampakan Monumen Pancasila Sakti yang sengaja dibangun untuk mengabadikan tragedi G30S/PKI. Di sana pun dijadikan area tempat wisata sebagai tempat berkunjung bagi orang-orang yang ingin mengetahui sejarah, khususnya sejarah lubang buaya. Area itu dinamakan Komplek Lubang Buaya yang memiliki luas sekitar 14,6 hektar.

Ketika Anda berada di sana, biasanya Anda akan menjumpai satu rombongan keluarga yang duduk melingkar di pendopo dan menaungi sumur yang mana sumur merupakan tempat para jenderal sebagai korban G30S dikubur. Rombongan tersebut berdoa dengan hening dan renung. Sehingga, dapat dikatakan bahwa Monumen Pancasila Sakti yang letaknya di Komplek Lubang Buaya ini bukan hanya sebagai monument sejarah, melainkan juga sebagai tempat wisata ziarah. Karena banyak orang yang mengunjungi dan berdoa untuk para pahlawan yang gugur dan dikubur di sumur Lubang Buaya. (Baca juga: Sejarah Benua Atlantis)

  • Sumur Maut Lubang Buaya

Sumur Maut Lubang BuayaJangan hanya berdiam diri di depan pendopo saja, sebaiknya Anda masuk lebih dalam lagi, Anda akan diantar oleh pembimbing museum yang bernama M. Yutharyani yan gmerupakan Perwira seksi Pembimbingan Informasi Monumen Pancasila Sakti. Anda akan diantar menuju ‘sumur maut’. Sumur Maut merupakan sumur yang digunakan sebagai penguburan para jenderal. Tak hanya sebagai penguburan, sumur tersebut dijadikan sebagai tempat pembantaian bahkan ada yang dijatuhkan ke dalam sumur hidup-hidup.

Anda belum dikatakan berkunjung ke Monumen Pancasila sakti, jika belum menuju Sumur Maut. Karena tempat tersebut merupakan zona yang paling utama dalam Kompleks Memorial Lubang Buaya. Areanya pun cukup luas yang berkisar 9 hektar. Lubang sumur dapat Anda lihat berdampingan dengan tiga bangunan yang merupakan saksi bisu kekejaman Gerakan 30 September 1965. Yang mana ketiga bangunan tersebut di antaranya:

  1. Rumah Penyiksaan,
  2. Pos Komando, dan
  3. Dapur Umum
  • Monumen Tujuh Perwira

Monumen Tujuh PerwiraDekat area tersebut juga Anda juga akan melihat patung-patung berbentuk manusia. Patung-patung manusia tersebut merupakan Monumen Tujuh Perwira yang mana patung-patung tersebut sebagai tanda hormat Negara terhadap ketujuh perwira yang gugur sebagai korban G30S/PKI. Mereka adalah para pahlawan revolusi.

Patung-patung tersebut telah dibangun ketika rezim Soeharto dengan kurun waktu 1967 – 1972. Hal ini dilakukan oleh Negara sebagai tanda ingata Negara terhadap perjuangan darah mereka yang mengalir begitu deras dalam mempertahankan ideologi Pancasila dari ancaman komunis.

  • Dua Museum Diorama

Sepanjang Orde Baru memimpin negeri, Kompleks Lubang Buaya terus mengalami penataan. Dan dua decade setelahnya, Soeharto telah membangun dua museum sebagai etalase sejarah yang berupa diorama. Diorama merupakan miniature dari suatu peristiwa. Kedua museum itu di antaranya:

  1. Museum Paseban. Museum ini diresmikan pada tahun 1981. Museum ini berisi runutan cerita dari persiapan pemberontakan, penculikan para jenderal, penganiayaan, pelarangan Partai Komunis Indonesia, hingga peralihan kekuasaan dari Sukarno ke Soeharto.
  2. Museum Pengkhianatan PKI. Museum ini diresmikan pada tahun 1992. Museum disebut juga sebagai museum penutup sebelum The smilling General alias Soeharo lengser dari masa jabatannya pada tahun 1998. Museum ini pun berisi tentang bagaimana sepak terjang para PKI di Indonesia.

Ketika Anda memasuki kedua museum ini, maka yang Anda rasakan kelembaban dan dan kesenyapan suasana dalam museum. Suara kaki Anda yang berjalan dan menyentuh lantai museum akan menimbulkan suara yang menggema. Di sana Anda akan memandangi satu persatu kisah Gerakan 30S/PKI yang diabadikan di dalam deretan etalase diorama yang berukuran 2 x 2 m. Baca juga mengenai Sejarah Benua AsiaSejarah Benua Australia, dan Sejarah Rusia.

Diorama tersebut berada di lorong museum yang mana ditata sedemikian rupa hingga runtutan peristiwa tergambar jelas, dari perencanaan pergerakan PKI pada tahun 1945 hingga meletusnya peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965.

Anda akan melihat diorama pertama yang memberikan miniature dari kisah Tiga Daerah Proklamasi Kemerdekaan 1945. Pada masa itu, para komunis masih berada dalam area bawah tanah. Dan di dalam diorama tersebut para komunis digambarkan mulai menyusup ke beberapa organisasi massa dan pemuda sebagai rencana pergerakan mereka. Hal itu dilakukan para komunis sebagai ajang mata-mata alias mencari tahu beberapa informasi dan sebagai ajang pencarian anggota atau dukungan agar komunis di Indonesia semakin banyak.

Dalam diorama tersebut, Anda dapat melihat para komunis yang muncul dengan gambaran sebagai kelompok brutal dan rusuh yang suka menyebarkan teror ke bangsa Indonesia. Kisah itu masih berlanjut dalam diorama-diorama lorong museum berlantai dua tersebut. Di dalam museum banyak yang berpendapat bahwa terdapat 42 diorama yang mengisahkan mulai kebangkitan bangsa Indonesia hingga kehancuran PKI di Indonesia.

Pada diorama-diorama dalam etalase, bukan hanya PKI yang dipampang dan digambarkan. Melainkan juga terdapat beberapa organisasi afiliasi yang merupakan motor penggerak massa seperti Buruh Tani Indonesia (BTI), Pemuda Rakyat (PR), dan Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani). Perlu diketahui bahwa Gerwani merupakan salah satu organisasi perempuan yang memiliki kedudukan sangat kuat di Indonesia pada masa 1950 – 1960 an. Apalagi, Gerwani mulai memiliki hubungan yang sangat erat dengan PKI menjelang 1965, pembantaian para jenderal pada masa itu. Sehingga membuat Gerwani ini merupakan satu-satunya organisasi perempuan yang sangat kuat kedudukannya di Indonesia.

Padahal, pada masa sebelumnya Gerwani dibentuk dengan tujuan untuk mempertahankan sosialis perempuan dan feminism di Indonesia. Namun, saat bergabung dengan PKI, Gerwani mulai menjadi organisasi yang brutal dan dikenal dengan ‘Pemburu Berdarah Dingin’.

Dengan cahaya yang redup, warna tembok yang pucat, dan sensasi kesedihan yang mungkin akan membuat Anda semakin terbawa ke dalam kisah G30S/PKI saat itu. Gesture dan ekspresi patung-patung yang ada di dalam museum akan membuat bulu kuduk Anda berdiri. Tampak seperti hidup dan nyata patung-patung tersebut.

Beberapa patung dalam museum tersebut merupakan buah karya dari Edhi Sunarso yang merupakan seorang pemahat handal dan sudah mendapatkan kepercayaan dari Bung Karno. Edhi pun juga tidak asal memahat diorama-diorama tersebut. Hal itu sudah melalui dari berbagai riset lapangan yang dipimpin oleh ahli sejarah yaitu Nugroho Notosusanto.

Jika Anda sulit memahami arti dari diorama-diorama tersebut, Anda tak perlu khawatir, karena di sana tentunya akan selalu ditemani oleh beberapa pemandu yang sudah ditugaskan. Selain itu, Anda juga bisa membaca beberapa teks panduan yang selalu terpampang di setiap diorama dalam etalase. Sehingga Anda tidak bingung lagi, apa arti dari dioraqma-diorama tersebut. Sama halnya diorama-diorama tersebut, beberapa teks panduan tersebut ditulis bukan asal ditulis, melainkan merupakan teks yang menyajikan seluruh rangkaian peristiwa dengan acuannya yaitu literature sejarah di sekolah-sekolah.

Gerwani bersama PKI

Anda dapat melihat keterlibatan para anggota Gerwani dalam pemberontakan G30S ini pada diorama. Diorama tersebut adalah diorama Peristiwa Bandar Betsi di Pematangsiantar, Sumatera Utara, 14 Mei 1965. Dalam diorama itu, telah digambarkan bahwa Gerwani bersama Buruh Tani Indonesia dan Pemuda Rakyat telah berhasil menguasai tanah air di beberapa tempat tanah air Indonesia. Saat itu, para Gerwani berhasil mengambil dan menguasai beberapa tanah dengan cara membawa masa untuk mengeroyok dan mengganyang para anggota TNI yang sedang menjaga tanah.

Bahkan pada beberapa diorama tersebut, mereka telah digambarkan dengan memukuli para anggota TNI dengan benda tumpul dan juga menusuk-nusukan ke tubuh anggota TNI dengan senjata tajam. “Prajurit itu terlentang di tanah. Seketika itu juga kepalanya dicangkul oleh seorang anggota BTI. Akibat penganiayaan itu, Pelda Sujono tewas di tempat.” – tulisan pada salah satu diorama –

Para Pengunjung Museum

Jika dilihat dan ditotal secara rata-rata, jumlah pengjung Museum Lubang Buaya ini bisa mencapai 10 sampai 15 ribu orang per tahunnya. Dan rata-rata pengunjung adalah para siswa. Karena pada dasarnya beberapa sekolah sudah bekerja sama dengan museum ini untuk selalu mengirimkan rombongan siswanya ke museum tersebut. Hal ini karena kunjungan museum termasuk dalam kurikulum pendidikan yang mereka terapkan. Sehingga mereka dapat mengerti sejarah Indonesia sebenarnya secara detil.

Bahkan museum ini bukan hanya sebagai kunjungan para siswa, banyak para mahasiswa jurusan sejarah yang sering berkunjung ke museum tersebut untuk melakukan riset dalam penelitian mereka. “Jadi, museum ini fungsinya lebih banyak digunakan sebagai edukasi sejarah.”  – Yutharyani – pemandu Museum Lubang Buaya.

Walaupun di setiap diorama selalu ada teks panduan sebagai penjelasan tentang diorama, ternyata masih banyak yang tetap ingin ditemai oleh pemandu museum Lubang Buaya. Hal ini dikarenakan kebanyakan mereka beralasan karena ingin mendengar cerita dari pemandu secara langsung agar lebih jelas. Bahkan ada juga yang mengaku bahwa kalau mereka jalan sendiri melewati lorong museum, mereka selalu merasakan aura-aura mistis.

Itulah beberapa ulasan mengenai sejarah lubang buaya yang perlu Anda ketahui sebagai pengetahuan sejarah di Indonesia. Sejarah Lubang Buaya ini sebenarnya juga masih ada yang berpendapat bahwa ada yang ditutupi dan simpang siur.

The post Sejarah Lubang Buaya (G30S/PKI) Paling Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Perang Banjar Singkat Lengkap Melawan Belanda /indonesia/sejarah-perang-banjar Mon, 05 Nov 2018 03:41:06 +0000 /?p=1510 Perang Banjar merupakan perang untuk melawan kolonial Belanda yang dimulai pada tahun 1859 hingga 1906.  Perang ini termasuk dalam masa penjajahan Belanda di Indonesia. Nama lainnya adalah Perang Kalimantan Selatan…

The post Sejarah Perang Banjar Singkat Lengkap Melawan Belanda appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Perang Banjar merupakan perang untuk melawan kolonial Belanda yang dimulai pada tahun 1859 hingga 1906.  Perang ini termasuk dalam masa penjajahan Belanda di Indonesia. Nama lainnya adalah Perang Kalimantan Selatan atau Perang Banjar-Barito karena letaknya Kesultanan Banjar. Wilayah perang ini meliputi Kalimantan Selatan dan Tengah. Konflik ini dimulai ketika Belanda memonopoli perdagangan di Kesultanan Banjar. Ternyata Belanda menginginkan hal lebih yaitu ikut campur di urusan kerajaan yang tentu membuat situasi kerajaan bertambah kalut. Perang ini berakhir dengan kemenangan Belanda.

Kedatangan Belanda di Tanah Banjar

Pada abad keenam belas, Belanda atas nama East United India Company sudah datang dan menjalin kontrak di Pulau Kalimantan. Tepatnya pada tahun 1606. Pada tahun 1635, kontrak pertama perdagangan lada ditandatangani bersama dengan Kesultanan Banjar. Waktu itu, lada merupakan produk mewah di Eropa dan tentunya menjadi alasan utama Belanda berada di tempat ini. Beberapa dekade berikutnya sudah muncul peperangan kecil dan bentrokan senjata karena kontrak lada yang tidak dipenuhi. Yang paling serius adalah insiden pembunuhan 64 orang Belanda dan 21 orang Jepang di Kota Waring pada tahun 1638.

Pada abad kesembilan belas, Herman Willem Daendels selaku Gubernur Hindia Belanda, memutuskan untuk meninggalkan Banjarmasin atas pertimbangan tidak ekonomis. Kemudian Inggris mengambil alih Kalimantan sebagai akibat dari Perang Napoleon pada tahun 1811.  Namun, pada Desember 1816, kewenangan Kalimantan kembali dari Inggris ke Belanda. Belanda menandatangi kontrak baru dengan Sultan. Pada Januari 1817, bendera Sultan diganti dengan bendera Belanda. Perlahan, kekuasaan Sultan digantikan oleh Hindia Belanda. Di tahun-tahun berikutnya, timbul pemberontakan kecil dan ada kontrak tidak adil yang ditandatangani.

Sejarah Perang Banjar

Sejarah Perang BanjarSultan Tahmidillah I memiliki tiga orang anak yang bisa menggantikan kedudukannya sebagai sultan yaitu Pangeran Amir, Pangeran Abdullah dan Pangerah Rahmat. Muncullah Pangeran Nata yang merupakan saudara Sultan Tahmidillah I. Antagonis ini membunuh Pangeran Abdullah dan Pangeran Rahmat atas bantuan Belanda. Hanya Pangeran Amir yang selamat. Belanda lalu mengangat Pangeran Nata menjadi Sultah Tahmidillah II.

Pangeran Amir yang selamat tentu tidak menerima Sultan Tahmidillah II menjadi Sultan Banjar. Konflik pun meletus selama beberapa tahun. Namun dengan mudahnya Sultan Tahmidillah II dan Belanda mengalahkan Pangeran Amir. Pangeran Amir ditangkap dan dibuang ke Ceylon atau Sri Lanka. Tapi kemenangan atas Pangeran Amir ini tidaklah gratis. Sultan Tahmidillah II harus membayar daerah Kotawaringin, Bulungan, Pasir dan Kutai kepada Belanda.

Pangeran Antasari adalah putra dari Pangeran Amir yang lahir di tahun 1809. Pangeran Antasari kecil sudah membenci kehidupan istana yang  penuh politik, intrik dan pengaruh kekuasaan kolonial Belanda. Dia lebih sering hidup di masyarakat biasa, bermain bersama rakyat biasa, hidup bertani dan berdagang serta mempelajari agama Islam pada para ulama.

Agama Islam sangat berpengaruh ke kehidupan Pangeran Antasari. Tak heran Pangeran Antasari memiliki akhlak yang baik. Seperti jujur, ikhlas dan pemurah. Tak hanya itu, Pangeran Antasari juga sangat tabah dalam menghadapi cobaan dan memiliki pandangan yang cukup luas dan jauh sehingga dia sangat disukai oleh rakyat. Sehingga Pangeran Antasari menjadi pemimpin yang baik bagi rakyat Kalimantan Selatan.

Kondisi Kesultanan cukup memprihatinkan, tidak stabil dan kacau. Sultan Tahmidillah II wafat dan diganti oleh Sultan Sulaiman yang hanya dua tahun memerintah. Lalu Sultan Adam yang melanjutkan pemerintahan. Wilayah Kesultanan Banjar sekarang tinggal sedikit yaitu Banjarmasin, Hulusungai dan Martapura. Wilayah yang dimiliki sebelumnya sudah diambil oleh Belanda karena suatu perjanjian.

Perjanjian yang ditandatangani tahun 1826 itu cukup merugikan Kesultanan Banjar. Isinya yaitu Kesultanan Banjar tidak bisa membuka hubungan diplomasi dengan negara selain Belanda. Pengecilan wilayah Kesultanan Banjar karena beberapa bagian wilayah menjadi milik dan diawasi oleh Belanda. Tokoh yang memangku jabatan Mangkubumi pun harus disetujui oleh pemerintah Belanda. Padang perburuan yang menjadi tradisi dan penuh dengan menjangan pun harus diserahkan ke Belanda.

Seperti Padang Bajingah, Padang Pacakan, Padang Simupuran, Padang Ujung Karangan dan Padang Atirak. Penduduk sekitar dilarang berburu di menjangan itu. Pajak penjualan intan pun didapat oleh Belanda dengan jumlah sepuluh persen dari harga intan dan harga pembeliannya juga diatur oleh Belanda. Satu-satunya yang terlihat baik adalah Belanda melindungi Kesultanan Banjar apabila diserang oleh musuh. Baik musuh dari dalam negeri maupun luar negeri. Kelihatannya Belanda melindungi kedaulatan Kesultanan Banjar. Tapi justru musuh Kesultanan Banjar adalah Belanda sendiri.

Perjanjian yang tidak seimbang ini tentu dipengaruhi oleh tindakan pendahulu Sultan Adam yaitu Pangeran Nata. Pangeran Nata yang dibantu oleh Belanda untuk merebut kekuasaan bagaikan bersekutu dengan setan. Akibatnya, Pangeran Nata harus membalas budi Belanda dengan perjanjian yang sangat menguntungkan Belanda baik dari jangka pendek maupun jangka panjang.

Perang Banjar pada 28 April 1859

Setelah Sultan Adam mangkat, Pangeran Tamjidillah diangkat oleh Sultan Banjar. Padahal rakyat Banjar ingin agar Pangeran Hidayatullah yang menjadi sultan karena dia adalah putra dari Sultan Adam. Tapi Belanda tetap memaksa agar Pangeran Tamjidillah tetap menjadi Sultan dan Pangeran Hidayatullah hanya sebagai Mangkubumi. Penindasan dan perlakuan Belanda yang seenaknya sendiri pada rakyat Kesultanan banjar membuat rakyat marah.

Pemerintah Hindia Belanda mulai waspada akan kemunculan pemberontakan. Penduduk Banjar mulai melawan Belanda dan membawa semangat Perang Agama. Kelemahan Sultan Tamjidillah mulai mengakibatkan kekacauan. Kondisi yang semakin panas membuat Pangeran Antasari tampil menjadi pemimpin rakyat Banjar. Awalnya, Pangeran Antasari menghimpun kekuatan rakyat yang sudah muak pada Belanda. Tak lupa Pangeran Hidayatullah juga diajak yang kini menjadi Mangkubumi. Pangeran Hidayatullah pun setuju.

Pada tanggal 28 April 1859 pecahlah Perang Banjar. Pihak Kesultanan Banjar dipimpin oleh pahlawan nasional yang sangat dikenal yaitu Pangeran Antasari. Pangeran Antasari dibantu oleh Pangeran Hidayatullah, Demang Lehman, Haji Buyasin, Tumenggung Antaluddin, Pangeran Amrullah dan lain-lain. Serangan mengarah ke tambang Nassau Oranje milik belanda dan Benteng Pengaron. Sebagai reaksi, Pemerintah Hindia Belanda melakukan intervensi dan mengutus Kolonel Augustus Johannes Andersen untuk mengambil alih komando militer. Dia dibantu oleh Letnan Kolonel G. M. Verspyck.

Setelah berhasil menguasai dua tempat tersebut, muncullah pertempuran di beberapa tempat lain. Pertempuran Benteng Tabanio di Agustus 1859, Pertempuran Benteng Gunung Lawak pada September 1859, Pertempuran Munggu Tayur pada Desember 1859, Pertempuran Amawang pada Maret 1860. Tumenggung Surapati sukses merusakkan kapal Onrust di Sungai Barito.

Keberpihakan Pangeran Hidayatullah kepada rakyat semakin jelas dan menjadi anti Belanda. Dia menolak tuntutan oleh Belanda agar menyerah. Hingga akhirnya Belanda menghapus Kesultanan Banjar di Juni 1860 dan memerintahkan seorang petinggi Belanda untuk memerintah Kesultanan Banjar.

Perang semakin meluas setelah para kepala daerah dan para ulama juga bergabung dengan pemberontak. Mereka memperkuat tentara Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayatullah melawan penjajah. Sayangnya, pasukan pemberontak kalah oleh persenjataan Belanda yang begitu canggih dan modern. Setelah terus berperang hingga tiga tahun, Pangeran Hidayatullah menyerah ke Belanda  pada tahun 1861 dan dibuang ke daerah Cianjur.

Menyerahnya Pangeran Hidayatullah membuat Pangeran Antasari menjadi satu-satunya pemimpin pemberontakan dan keturunan Kesultanan Banjar. Untuk memperkuat kedudukan sebagai pemimpin tertinggi, Pangeran Antasari meneriakkan slogan, “Hidup untuk Allah dan Mati untuk Allah,” sehingga rakyat, alim ulama dan pejuang mengakui Pangeran Antasari sebagai Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin. Pangeran Antasari tidak bisa menolak dan dia harus mengemban kedudukan yang dipercayakan rakyat dan kaum ulama sepenuhnya. Dia begitu tawakkal kepada Allah. Sekarang Pangeran Antasari bertugas sebagai Kepala Pemerintahan, Komando Tertinggi Perang dan Pemimpin Islam Tertinggi.

Sejarah Perang Banjar semakin mendekati akhir dan kekalahan Kesultanan Banjar sedikit demi sedikit semakin tampak. Pasukan Belanda dipasok berbagai persediaan dan pasukan bantuan dari Batavia. Karena terus terdesak, Pangeran Antasari memindahkan markas komando di Sungai Teweh. Dari sana, Pangeran Antasari dibantu oleh dua putranya seperti Gusti Muhammad Said dan Gusti Muhammad Seman. Selain itu juga dibantu oleh Kiai Demang Lehman dan Tumenggung Surapati. Tapi beberapa hari kemudian Pangeran Antasari wafat lalu dimakamkan di Hulu Teweh.

Meski Pangeran Antasari sudah wafat, pemberontakan pada Belanda masih berlanjut. Sekarang dipimpin oleh dua putranya. Tapi tetap saja perlawanan melemah karena perbedaan kekuatan yang signifikan. Di tahun-tahun akhir perang, Belanda berhasil menangkap dan membunuh beberapa tokoh perjuangan. Contohnya yang tertangkap seperti Tumenggung Aria Pati dan Kiai Demang Lehman. Sedangkan yang gugur yaitu Tumenggung Macan Negara, Tumenggung Naro, Panglima Bukhari dan Rasyid. Menantu Pangeran Antasari, yaitu Pangeran Perbatasari tertangkap di Belanda ketika bertempur di Kalimantan Timur pada tahun 1866. Dia diasingkan ke Tondano di Sulawesi Utara. Panglima Bakumpai juga tertangkap dan digantung pada tahun 1905 di Banjarmasin. Gusti Muhammad Seman juga wafat di Pertempuran Baras Kuning di daerah Barito.

Hasil Akhir dengan Kekalahan Kesultanan Banjar

Sejarah Perang Banjar selesai pada tahun 1906 yang ditandai dengan kekalahan Pangeran Antasari dan Kesultanan Banjarmasin. Korban di pihak Banjar lebih dari enam ribu jiwa. Sementara pihak kolonial kehilangan tiga ribu hingga lima ribu orang dan dua kapal uap yang tenggelam. Pasca perang ini, Belanda semakin menusukkan taring dan kukunya di tanah Kalimantan.

Demikian informasi Sejarah Perang Banjar tentang perjuangan Kesultanan Banjar melawan dominasi Pemerintah Hindia Belanda. Meskipun kalah, Perang Banjar ini memberi kita pelajaran bahwa kegigihan para pahlawan dahulu, tokoh Islam dan ulama dalam memperjuangkan tanahnya. Selain di Banjar, cukup banyak pula perjuangan melawan penjajah di beberapa daerah yang menjadi titik awal perkembangan nasionalisme di Indonesia. Contohnya seperti sejarah Perang Kamang dan sejarah Perang Padri. Kesultanan di Indonesia yang lain juga melawan Belanda seperti sejarah Kerajaan Tidoresejarah Kerajaan Samudra Pasai dan Kerajaan Demak beserta peninggalan kerajaan demak.

The post Sejarah Perang Banjar Singkat Lengkap Melawan Belanda appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Kota Bandung Pasca Kemerdekaan dan Zaman Pra-Kolonial /indonesia/sejarah-kota-bandung Mon, 24 Jul 2017 05:25:34 +0000 /?p=666 Semua orang pasti tahu, kalau kota Bandung ini merupakan salah satu kota Metropolitan terbesar di Jawa Barat, hingga dijadikan ibukota provinsi Jawa Barat. Bahkan kota Bandung ini telah diakui sebagai…

The post Sejarah Kota Bandung Pasca Kemerdekaan dan Zaman Pra-Kolonial appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Semua orang pasti tahu, kalau kota Bandung ini merupakan salah satu kota Metropolitan terbesar di Jawa Barat, hingga dijadikan ibukota provinsi Jawa Barat. Bahkan kota Bandung ini telah diakui sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Selain itu, kota Bandung dikenal sebagai tempat yang sejuk karena terletak di dataran tinggi. Bahkan kota ini merupakan salah satu kota wisata di Indonesia. Selain sebagai tempat wisata, kota ini juga memiliki banyak perguruan tinggi dari negeri hingga swasta, sehingga kota ini mendapat julukan sebagai ‘kota Pelajar’ di Indonesia. (Baca juga: Sejarah Gunung Lawu)

Sejarah Kota Bandung

Setelah mengetahui arti nama dan beberapa julukan kota Bandung, mari kita kembali ke zaman dulu di kota Bandung.

1. Zaman Pra-Kolonial & Kolonial

Sejarah Kota Bandung Zaman Pra-Kolonial & KolonialSebenarnya, waktu kota Bandung berdiri tidak sama dengan waktu berdirinya Kabupaten Bandung. Kota ini di bandung dengan tenggat waktu yang cukup lama setelah berdirinya Kabupaten Bandung. Karena kabupaten Bandung sendiri terbentuk sekitar pertengahan abad ke-17 Masehi yang didirikan oleh Bupati pertama bernama Tumenggung Wiranggunangun. Hingga akhirnya, beliau memerintah kabupaten Bandung sampai pada tahun 1681.

Dulunya, kabupaten Bandung ini beribukota di Krapyak (sekarang Dayeuhkolot). Lokasinya sekitar 11 kilometer ke Selatan dari pusat kota Bandung. Hingga kabupaten Bandung dipimpin oleh bupati ke-6 yang bernama R.A Wiranatakusumah II (1794 – 1829) yang memiliki julukan sebagai ‘Dalem Kaum I’, kekuasaan Nusantara pun beralih dari kompeni menjadi pemerintahan Hindia Belanda yang dipimpin oleh gubernur jenderal pertama yakni Herman Willem Daendels (1808 – 1811). (Baca juga: Sejarah Olahraga di Indonesia)

Di masa pemerintahan Daendels, ia membangun Jalan Raya Pos (Groote Postweg) dari Anyer yang merupakan ujung Baratnya Jawa Barat ke Panarukan yang merupakan ujung Timurnya Jawa Timur. Jarak jalan raya tersebut pun sekitar 1000 km. Dan pembangunan jalan raya tersebut pun dilakukan oleh warga pribumi yang dipimpin oleh bupati daerah masing-masing.

Jalan Raya Pos mulai dibangun pada pertengahan tahun 1808 dengan memperbaiki dan memperlebar jalan. Jalan tersebut dibangun di daerah Bandung khususnya daerah Priangan. Sekarang, jalan tersebut adalah jalan Jenderal Sudirman – Jalan Asia Afrika – Jalan A. Yani yang berlanjut ke Sumedang dan seterusnya.

Baca juga:

Pada tanggal 25 Mei 1810, Daendles meminta Bupati Bandung dan Bupati Parakanmuncang untuk memindahkan ibukota kabupaten ke daerah Cikapundung dan Andawadak atau sekarang adalah Tanjungsari mendekati Jalan Raya Pos. Hal ini dilakukan agar pejabat pemerintahan kolonial mudah medapatkan akses ketika mengunjungi kantor bupati. Selain itu, juga bertujuan agar pembangunan jalan raya dapat berjalan dengan lancar.

Padahal, sebelum Daendles meminta, bupati Bandung sudah memiliki rencana tersebut. Bahkan bupati Bandung sudah menemukan tempat yang cukup baik sebagai tempat pusatnya pemerintahan yaitu berupa lahan kosong yaitu hutan di area tepi barat Sungai Cikapundung dan tepi selatan Jalan Raya Pos. bupati Bandung memiliki rencanan tersebut katena Krapyak merupakan tempat yang kurang strategis sebagai ibukota pemerintahan karena lokasinya yang berada di sisi selatan Bandung dan sering terkena banjir. (Baca juga: Sejarah Jembatan Ampera)

Dengan adanya rencana yang dijalankan, maka pada akhir tahun 1808 atau awal tahun 1809, bupati bersama warganya pindah dari Krapyak menuju ibukota baru yang diawali dinggal di Cikalintu (daerah Cipaganti), lalu dilanjutkan ke Balubur Hilir, hingga pindah lagi ke Kampur Bogor (Kebon Kawung, yang sekarang adalah Gedung Pakuan).

Pada tahun 1896, kota Bandung bukanlah sebuah kota, melainkan hanya sebuah kampung atau desa yang memiliki penduduk kurang lebih 30 ribu penduduk. Dari 30 ribu penduduk itu, diisi oleh penduduk berkebangsaan Eropa sekitar seribu penduduk, dan sisanya mayoritas orang Belanda. (Baca juga: Sejarah Runtuhnya Bani Ummayah)

Dulunya, kota ini hanyalah sebuah desa yang kotor alias kondisi tanahnya masih banyak yang becek penuh lumpur. Hingga Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels di masa pemerintahan Belanda mengeluarkan keputusan tentang ‘pembagunan sarana dan prasarana untuk kawasan ini’ pada tanggal 25 September 1810. Sehingga, di tanggal tersebut, dijadikanlah sebagai tanggal jadinya kota Bandung.

Namun, saat itu kota Bandung belum mendapatkan status resmi sebagai kota. Kota ini resmi berstatus kota pada tanggal 1 April 1906 yang diresmikan oleh Gubernur Jenderal J.B. van Heutsz. Kota ini telah diresmikan dengan luas wilayah 900 ha hingga di tahun 1949 sampai sekarang, kota ini meluas menjadi 8 ribu hektar.

Belum ada kepastian yang jelas, berapa lama kota Bandung dibangun. Namun, yang pasti adalah bahwa kota ini dibandung bukan atas perintah Daendles, melainkan bupati Bandung sendiri. Bahkan pembangunan ini pun dipimpin langsung oleh Bupati di kala itu. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa Bupati R.A Wiranatakusumah II adalah pendiri kota Bandung yang telah diresmikan sebagai ibukota baru Kabupaten Bandung dengan keputusan surat pada tanggal 25 September 1810.

Baca juga:

2. Pasca Kemerdekaan

Sejarah Kota Bandung Pasca KemerdekaanSejarah Kota Bandung selanjutnya adalah pada masa pasca kemerdekaan Indonesia. Pada 24 Maret 1946, terdapat peristiwa ‘Bandung Lautan Api’ yang telah diabadikan dalam lagu ‘Halo-Halo Bandung’. Saat kejadian tersebut, seluruh warga Bandung diungsikan sementara ke daerah lain. (Baca juga: Sejarah Burung Garuda)

  • Peristiwa Bandung Lautan Api

Pada bulan Maret 1946, 200 ribu penduduk Bandung membakar rumah dan hartanya dalam waktu kurang lebih tujuh jam. Setelah mereka membakarnya, mereka berbondong-bondong menuju pegunungan ke arah Selatan. Hingga muncullah lagu ‘Halo – Halo Bandung’ sebagai simbol emosi warga Bandung akan janji terkait kembalinya kota tercinta, yang kini menjadi lautan api.

  • Perobekan Bendera

Perobekan BenderaPasca proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Indonesia belum dapat dinyatakan sepenuhnya merdeka. Karena sejatinya kemerdekaan itu haruslah dicapai sedikit demi sedikit dengan pengorbanan dan perjuangan rakyat. Jepang kalah dan dilucuti senjatanya oleh tentara Inggris yang telah bersekutu dengan tentara NICA dari Belanda. Namun, mereka memperalat Jepang untuk menjajah kembali Indonesia. (Baca juga: Sejarah Alat Musik Angklung)

Pada hari Jumat, 17 Agustus 1945, berita tentang pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan telah beredar hingga ke Bandung melalui Kantor Berita DOMEI, dan keesokan harinya, teks tersebut telah tercetak dan tersebar luas ke pelosok kota – kota lainnya, termasuk kota Bandung. Teks tersebut telah dicetak dengan tinta merah oleh percetakan Siliwangi. Sedangkan di Jalan Braga tepatnya Gedung DENIS (sekarang Gedung Bank Jabar) telah terjadi insiden perobekan bendera Belanda dengan merobek warna biru pada bendera Belanda menjadi warna merah putih yang melambangkan bendera Indonesia. Perobekan tersebut telah dilakukan oleh Mohammad Endang Karmas yang dibantu oleh Moeljono.

Hingga pada tanggal 27 Agustus 1945, telah dibentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan disusul oleh pembentukan Laskar Wanita Indonesia (LASWI) pada tanggal 12 Oktober 1945. Jumlahnya pun mencapai 300 orang yang terdiri dari pasukan tempur, Palang Merah, penyelidik, dan perbekalan. (Baca juga: Sejarah Gitar)

Kejadian semakin ricuh di tanggal 25 November 1945 yang ditandai selain dengan serangan musuh, yaitu serangan banjir besar karena meluapnya sungai Cikapundung. Hingga ratusan korban harus meninggal, dan ribuan penduduk kehilangan tempat tinggalnya. Sehingga, dengan keadaan genting tersebut, musuh memanfaatkannya untuk menyerang warga Bandung.

Pihak Inggris dan Belanda telah menyerang secara bertubi – tubi. 5 Desember 1945, beberapa pesawat terbang Inggris diluncurkan untuk menjatuhkan hujan bom ke daerah Lengkong Besar. Dan pada tanggal 21 desember 1945, bom juga dijatuhkan ke daerah Cibodas. (Baca juga: Sejarah Sepak Bola)

  • Lautan Api Memulai

Ultimatum pun mulai tercetus kepada Tentara Republik Indonesia untuk meninggalkan kota dan rakyatnya, yang melahirkan sebuah politik ‘bumihangus’. Warga Bandung tidak rela jika kotanya dimanfaatkan oleh musuh dan memutuskan untuk mengungsi ke arah selatan bersama para pejuang. Keputusan untuk membumihanguskan Bandung ini telah diambil melalui musyawarah Majelis Persatuan Perjuangan Priangan (MP3) di depan para pejuang pada tanggal 24 Maret 1946. Keputusan tersebut pun diumumkan oleh Abdul Haris Nasution selaku Komandan Divisi III. Beliau memerintahkan kepada seluruh rakyat Bandung untuk segera meninggalkan kota Bandung, hingga warga Bandung menurutinya dan berbondong – bondong meninggalkan kota tercintanya.

Kota Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan warga Bandung dengan tujuan agar para sekutu tidak menyalahgunakan kotanya sebagai perbuatan jahat mereka. Hingga asap hitam mengepul dan menyelimuti kota Bandung, listrik mati, hingga Inggris memulai penyerangannya. Pertempuran antara sekutu dengan pejuang terjadi paling sengit di daerah Desa Dayeuhkolot, bagian selatan kota Bandung. Karena di tempat tersebut terdapat pabrik mesiu yang besar milik para sekutu. TRI pun bermaksud ingin menghancurkan pabrik tersebut, hingga diutuslah Muhammad Toha dan Ramdan untuk menghancurkan pabrik tersebut. Mereka pun berhasil membakar pabrik dengan menggunakan granat tangan lempar. Hingga pabrik meledak dan terbakar, namun naas, kedua pemuda tersebut ikut terbakar bersama pabrik tersebut. Hingga sekarang nama mereka sangat terkenang oleh warga Bandung sebagai pahlawan. Pada saat itu, di waktu yang bersamaan, para staff pemerintahan kota Bandung sebenarnya diminta untuk tetap tinggal di dalam kota, namun demi keselematan mereka, akhirnya mereka pergi keluar kota pada jam 9 malam. Hingga jam 12 malam, Bandung bagian Selatan menjadi kota mati alias tak berpenghuni oleh penduduk dan TRI. Api pun masih merajalela kota tersebut menjadi lautan api.

Rencana membumihanguskan kota Bandung merupakan strategi yang paling tepat pada saat itu. Karena mereka para TRI mengakui kesulitan dan mungkin tidak akan bisa mengalahkan para tentara sekutu dengan jumlah dan kekuatan yang sangat besar. Hingga perlawanan pun dilanjutkan dengan cara geriliya dari luar Bandung. Di saat inilah, lagu ‘Halo – Halo Bandung tercipta oleh warga Bandung.

Halo – Halo Bandung,

Ibukota Periangan…

Sudah, lama Beta,

Tak berjumpa dengannya…

Sekarang, menjadi Lautan Api!

Mari Bung, rebut kembali!

Hingga istilah atau peristiwa ‘Bandung Lautan Api’ menjadi catatan sejarah Nasional yang sangat terkenal hingga sekarang. Bahkan, ada yang masih menanyakan, dari mana asal nama peristiwa ini. Saat itu, almarhum Jenderal Besar A.H. Nasution teringat ketika ia sedang melakukan pertemuan di Regentsweg (sekarang jalan Dewi Sartika) setelah bertemu dengan Sutan Sjahrir di Jakarta. Ia ingin memutuskan suatu tindakan kota Bandung setelah menerima ultimatum Inggris yang berbunyi,

“Jadi saya kembali dari Jakarta, setelah bicara dengan Sjahrir itu. Memang dalam pembicaraan itu di Regentsweg, di pertemuan itu, berbicaralah semua orang. Nah, di situ timbul pendapat dari Rukana, Komandan Polisi Militer di Bandung. Dia berpendapat, ‘Mari kita bikin Bandung Selatan menjadi lautan api!’ yang dia sebut lautan api, tetapi sebenarnya lautan air”. (Baca juga: Sejarah Benua Amerika)

Sehingga istilah ‘Bandung Lautan Api’ ini juga muncul di Harian Suara Merdeka pada tanggal 26 Maret 1946 lalu. Istilah tersebut telah ditulis oleh Atje Bastman seorang wartawan muda yang telah menyaksikan pembarakan Bandung dari bukit Gunung Leukit sekitar Pameungpeuk, kota Garut. Atje melihat kota Bandung nampak merah dari Cicadas hingga Cimindi.

Akhirnya ia dengan semangatnya menuliskan kejadian tersebut dan diberilah judul tulisan tersebut ‘Bandoeng Djadi Laoetan Api’. Karena keterbatasan space judul pada saat itu, maka judul tulisan disingkat menjadi ‘Bandoeng Laoetan Api’. (Baca juga: Sejarah Benua Atlantis)

Letak Kota Bandung

Secara Geografis, kota Bandung terletak di titik koordinat 107° BT dan 6°55” LS. Luas kota Bandung sekitar 16.767 hektar. Lokasinya berada di tengah-tengah provinsi Jawa Barat yang diakui sebagai kota yang merupakan tempat paling strategis terhadap daerah sekitarnya.

Kota Bandung terletak pada ketinggian kurang lebih 768 meter di atas permukaan laut dengan bagian utara lebih tinggi daripada selatan. Di bagian Selatan, ketinggian mencapai 1050 meter di atas permukaan laut sedangkan bagian Selatan mencapai 675 meter di atas permukaan laut. Lokasinya pun berada di antara beberapa pegunungan yang menyebabkan Bandung ini merupakan kota yang berbentuk seperti sebuah cekungan. (Baca juga: Sejarah Hari Valentine)

Di kota Bandung terdapat sungai utama yang bernama sungai Cikapundung dan sungai Citarum sebagai sungai utama yang mengalir ke arah selatan. Sehingga, telah diprediksi bahwa kota Bandung ini merupakan kota yang rawan banjir.

Arti Nama Bandung

Sebelum kita memahami sejarah kota Bandung, ada baiknya kita mengetahui arti dari nama ‘Bandung’ itu sendiri. Ya, nama ‘Bandung’ diambil dari kata ‘bendung’ atau ‘bendungan’. Karena, menurut sejarah masyarakat sekitar, kota ini merupakan telaga yang terbentuk dari bendungan sungai Citarum karena lava Gunung Tangkuban Perahu. (Baca juga: Sejarah Gudeg)

Namun, ada juga yang mempercayai bahwa nama ‘Bandung’ ini diambil dari nama sebuah kendaraan air yang mana kendaraan tersebut terdiri dari dua perahu yang diikat secara berdampingan. Nah, kendaraan tersebut dinamailah ‘Perahu Bandung’ yang konon digunakan oleh Bupati Bandung bernama R.A. Wiranatakusumah II ketika sedang melayar di sungai Citarum saat menggantikan Ibukota lama di Dayeuhkolot. Nama sungai Citarum sendiri memiliki arti yang diambil dari bahasa Sunda yaitu ‘Ci’ yang berarti ‘Cai’ atau ‘Air’.

Baca juga:

Julukan-Julukan Kota Bandung

Adapun beberapa julukan kota Bandung yang memiliki sejarahnya masing-masing di antaranya:

1. Kota Kembang

Pasti kalian sering mendengar kalau kota Bandung merupakan kota ‘Kembang’. Nah, julukan ini diawali dari peristiwa Bestuur van de Vereninging van Suikerplanters yang sebagai Pengurus Besar Perkumpulan Pengusaha Perkebunan Gula di Surabaya pada tahun 1896. Dia memilih kota Bandung sebagai tempat penyelenggaraan kongresnya yang pertama. (Baca juga: Sejarah Candi Kalasan)

Nah, dengan adanya ide tersebut, maka Jacob yang sebagai panitia kongres mendapat mandate dari Meneer Schenk untuk menyediakan beberapa pekerja seks yang disebut sebagai ‘kembang-kembang’ yang berupa ‘noni cantik’ alias perempuan pekerja seks berdarah Indo-Belanda untuk menghibur para pengusaha gula di kala itu. Dan para pengusaha gula tersebut telah mengakui bahwa mereka telah puas dengan pelayanan para pekerja seks tersebut, sehingga mereka mengatakan bahwa kongres diadakan telah mendapat predikat sukses besar. Hingga salah satu pengusaha tersebut terceletuk dengan bahasa Belanda, “De Bloem des Indische Bergsteden’ yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia menjadi “Bunganya kota pegunungan di Hindia Belanda.” Sehingga muncullah julukan kota Bandung sebagai kota ‘Kembang’.

2. Paris Van Java

Banyak orang yang mengira bahwa julukan ‘Paris Van Java’ ini diambil karena kota Bandung memiliki keindahan yang sama dengan kota Paris. Sebenarnya, usut punya usut, julukan tersebut diambil karena di kota Bandung terdapat jalan Braga yang mana jalan tersebut banyak yang menjual produk-produk buatan Paris, terutama produk pakaiannya. Nah, toko yang paling terkenal di sana adalah ‘Modemagazinj au bon Marche’ yang mana tokok tersebut menjual beberapa gaun wanita dengan gaya Paris punya.

Tak hanya toko pakaian, di sana juga terdapat beberapa restoran khas Paris yang salah satunya adalah restoran Maison Bogerijen. Restoran inilah yang dijadikan satu tempat makanan yang sering digunakan oleh para pejabat atau pengusaha Hindia Belanda Eropa saat berkunjung ke kota Bandung.

Baca juga:

3. Kota Belanja

Tak hanya sebagai kota Kembang atau Paris van Java, kota Bandung juga memiliki julukan sebagai kota ‘Belanja’. Hal ini dikarenakan di kota ini terdapat beberapa mall yang tersebar banyak di setiap penjuru tempat. Bahkan di tahun 2007, kota ini sempat dijadikan sebagai pilot project kota terkreatif se-Asia Timur. Oleh sebab itu, banyak para wisatawan yang ingin berlibur di kota ini sebagai ajang berlibur bahkan mencari ilmu pendidikan. (Baca juga: Sejarah Radio)

Tahun – Tahun Penting Bagi Kota Bandung

  • 1488 – Di kota Bandung didirikan sebagai bagian dari kerajaan Pajajaran.
  • 1799 – Kekuasaan beralih dari VOC ke pemerintahan Belanda.
  • 1808 – Herman Willem Daendles diangkat menjadi Gubernur Jenderal setelah VOC angkat kaki.
  • 1809 – Bupati R.A. Wiranatakusumah II memerintahkan pemindahan Ibukota dari Krapyak ke daerah pinggiran sungai Cikapundung (sekarang alun-alun) yang dulunya masih berupa hutan dengan beberapa pemukiman di sebelah Utara.
  • 1810 – Daendles menancapkan tongkat yang bertuliskan “Zorg, dat als ik terug kom hier een stad is gebouwd!” di pinggir sungai Cikapundung. Tulisan itu artinya, “Usahakan, bila aku datang kembali ke sini, sebuah kota telah dibangun!”. Hingga sekarang, tempat itu dijadikan sebagai tempat pusatnya kota Bandung atau sebagai KM 0 Bandung.
  • 25 Mei 1810 – Daendles meminta Bupati Bandung dan Parakanmuncang untuk memindahkan ibukota.
  • 25 September 1810 – Daendles mengangkat Raden Suria sebagai Patih Parakanmuncang. Bersamaan dengan itu, kota Bandung telah resmi berdiri dengan R.A. Wiranatakusumah sebagai ‘The Founding Father’.
  • 24 Maret 1946 – Peristiwa Bandung Lautan Api.
  • 1955 – Konferensi Asia – Afrika di Bandung.
  • 2005 – KTT Asia – Afrika 2005

Daftar Walikota Bandung

  1. A. Maurenbrecher (1906 – 1907)
  2. E. Krijboom (1907 – 1908)
  3. A. van Der Ent (1909 – 1910)
  4. J. Verwijk (1910 – 1912)
  5. C.B. van Vlenier (1912 – 1913) dan B. van Bjiveld (1913 – 1920)
  6. Coops (1920 – 1921)
  7. A. Reitsma (1921 – 1928)
  8. Coops (1928-1934)
  9. J.E.A. van Volsogen Kuhr (1934-1936)
  10. J.M. Wesselink (1936-1942)
  11. Beets (1942-1945)
  12. A. Atmadinata (1945-1946)
  13. Ukar Bratakusumah (1946-1949)
  14. Enoch (1949-1956)
  15. Priatna Kusumah (1956-1966)
  16. Didi Djukardi (1966-1968)
  17. Hidayat Sukarmadidjaja (1968-1971)
  18. Otje Djundjunan (1971-1976)
  19. Utju Djoenaedi (1976-1978)
  20. Husein Wangsaatmadja (1978-1983)
  21. Ateng Wahyudi (1983-1993)
  22. Wahyu Hamidjaja (1993-1998)
  23. Aa Tarmana (1998-2004)
  24. Dada Rosada, SH, MSi (2004-2008)
  25. Dada Rosada, SH, MSi (2008-2013)
  26. Ridwan Kamil (2013-2018)

Itulah sejarah kota Bandung yang mungkin masih banyak orang yang belum mengetahui. Dari nama julukan, hingga istilah ‘Bandung Lautan Api’ yang seringkali diucapkan olah banyak orang. Mari cintai sejarah, agar kamu dapat memahami bagaimana peradaban terbentuk.

The post Sejarah Kota Bandung Pasca Kemerdekaan dan Zaman Pra-Kolonial appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Perkembangan Nasionalisme Indonesia dan Latar Belakangnya /indonesia/kemerdekaan/pasca-kemerdekaan/perkembangan-nasionalisme-indonesia Wed, 23 Nov 2016 10:06:05 +0000 /?p=380 Bangsa Barat mulai menjajah Indonesia mulai abad XVII, kemudian Indonesia seperti halnya bangsa pada umumnya yang menginginkan kebebasan dari kezaliman para penjajah tersebut membuat Indonesia bergerak maju untuk lahir sebagai…

The post Perkembangan Nasionalisme Indonesia dan Latar Belakangnya appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Bangsa Barat mulai menjajah Indonesia mulai abad XVII, kemudian Indonesia seperti halnya bangsa pada umumnya yang menginginkan kebebasan dari kezaliman para penjajah tersebut membuat Indonesia bergerak maju untuk lahir sebagai bangsa baru yang dimulai dengan tumbuhnya rasa nasionalisme di seluruh penjuru Indonesia.

Latar Belakang 

Kesadaran nasionalisme bangsa Indonesia merupakan hasil dari para orang-orang terpelajar dan intelektual yang menjadi kunci utama dalam gerakan nasionalisme Indonesia, mereka para kaum terpelajar tersebut merupakan hasil dari sistem yang pendidikan yang diadakan oleh pemerintahan kolonial Belanda. Gerakan-gerakan yang dilakukan untuk mencapai kemerdekaan tidak lagi dilakukan dengan senjata melainkan organisasi modern.

Para bangsawan yang terdidik merupakan motor dari pada ide-ide cemerlang masa pergerakan nasionalisme, sebab kaum bangsawanlah yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi yang dengannya mereka dapat berbaur dengan cara berpikir pemerintah kolonial. Mereka mengetahui bahwasanya organisasi-organisasi para kolonial memeliki susunan yang kokoh dan rapi serta tidak mungkin bagi bangsa Indonesia untuk menghadapi mereka secara tradisional seperti sebelumnya.

Munculnya nasionalisme bangsa Indonesia ini dimotori oleh beberapa faktor. Secara garis besar faktor-faktor tersebut terbagi kepada dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Adapun faktor internal adalah sebagai berikut:

  • Penindasan serta kezaliman yang dilakukan oleh pemerintahan kolonial pada bangsa Indonesia membuat tali persaudaraan menjadi semakin kuat atas dasar senasib dan sependeritaan. Hal itu disebabkan oleh kekuasaan kolonial yang meliputi seluruh Nusantara menjadi kesatuan politik, pemerintahan, dan hukum.
  • Adanya kelompok intelektual yang membuat ideologi dan beragam gerakan yang digunakan dalam melawan kolonialisme Barat, hal-hal tersebut mereka pelajari dari sistem pendidikan barat yang mereka lantuni dalam memahami beragam konsep Barat.
  • Masa-masa keemasan yang diraih oleh kerajaan-kerajaan terdahulu seperti sejarah kerajaan mataram kuno, sejarah kerajaan sriwijaya, dan sejarah kerajaan majapahit yang menjadi sebuah motivasi tersendiri bagi bangsa Indonesia untuk berjuang menghadapi kolonialisme Barat guna meningkatkan motivasi dan rasa percaya diri bangsa.

Adapun faktor eksternal adalah sebagai berikut:

  • Pada tahun 1905 Jepang menang atas Rusia dalam peperangan, sehingga menaikkan rasa percaya diri bahwa bangsa berwarna mampu mengalahkan bangsa kulit putih
  • Terbentuknya negara-negara baru yang merupakan hasil dari munculnya nasionalisme di daerah Asia dan Afrika
  • Beberapa prinsip Woodrow Wilson yang terdapat dalam Wilson 14 points. Semua hal tersebut dapat diserap oleh kaum terpelajar Indonesia saat menuntut ilmu di luar negeri.

Fase – Fase Perkembangan 

Nasionalisme di Indonesia muncul dan berkembang melalui beberapa fase berikut.

       1. Masa Perintis

Masa perintis merupakan langkah awal nasionalisme yang diawali dengan terbentuknya organisasi-organisasi pergerakan nasional. Tanggal 20 Mei 1908 merupakan pergerakan awal yang ditandai dengan lahirnya pergerakan Budi Utomo. Kemudian hari kelahiran Budi Utomo dijadikan sebagai suatu peringatan yang dikenal dengan Hari Kebangkitan Nasional.

Artikel terkait :

       2. Masa Penegas

Masa penegas adalah masa dikuatkannya jiwa kebangsaan pada seluruh rakyat Indonesia, penegasan tersebut dibuktikan dengan adanya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Isi sumpah pemuda yang meliputi satu bangsa bersatu tanah air, satu bangsa, serta satu bahasa yakni bahasa Indonesia. Ungkapan tersebut telah membakar semangat juang nasionalisme bangsa yang berdiri atas tonggak Bhineka Tunggal Ika, meskipun berbeda-beda namun kita tetap satu.

       3. Masa Percobaan

Dalam masa ini bangsa Indonesia banyak melakukan gebrakan dengan bergabung dengan organisasi yang tujuannya untuk meminta kemerdekaan dari Belanda. Beberapa organisasi bergabung dengan GAPI (Gabungan Politik Indonesia), pada tahun 1938 organisasi ini mengusulkan agar Indonesia berparlemen. Namun sangat disayangkan, tuntutan agar Indonesia merdeka itu belum berhasil.

       4. Masa Pendobrak

Dalam kesempatan ini bangsa Indonesia dengan segenap semangat juang nasionalismenya berhasil menghancurkan jeratan penjajahan dan membawa kemerdekaan bagi Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Oleh karena itu, sikap nasionalisme merupakan dasar terbentuknya negara kesatuan Indonesia modern.

Artikel terkait :

Organisasi – Organisasi Nasionalisme Di Indonesia

Pada pembahasan sebelumnya sudah kita ketahui bahwasanya salah satu faktor kunci dari timbulnya semangat nasionalisme bangsa merupakan hasil dari pada adanya organisasi-organisasi yang muncul karena adanya sifat nasionalisme. Berikut beberapa organisasi yang lahir setelah kesadaran nasional mulai muncul di Indonesia.

  1. Budi Utomo

Pada tanggal 20 Mei 1908 didirikan sebuah organisasi yang diberi nama Budi Utomo oleh para mahasiswa fakultas kedokteran (STOVIA) di Jakarta, mereka adalah Sutomo, Suraji, Gunawan Mangunkusumo. Jika ditinjau dari sejarah Budi Utomo, organisasi Budi Utomo merupakan organisasi yang bergerak di bidang pendidikan. Oleh kerena itu organisasi ini sejak awal sudah menetapkan bidang pendidikan sebagai pusat perhatiannya.

Pada tanggal 3-5 Oktober 1908 diadakan sebuah kongres Budi Utomo, yang mana pada kongres tersebut Tirto Kusumo diangkat menjadi Ketua Pengurus Besar. Dalam kongres tersebut terjadi perpecahan yang mengakibatkan munculnya dua golongan besar, yaitu kelompok pertama dimotori oleh golongan muda yang merupakan minoritas lebih condong menghadapi kolonial melalui jalur politik, sedang kelompok kedua yakni golongan tua lebih memilih melawan kolonial lewat jalur sosiokultural.

  1. Sarekat Islam

Pada tahun 1909 didirikan sebuah organisasi oleh para pedagang muslim yang diprakarsai oleh H. Samanhudi dan R.M Tirtoadisuryo. Organisasi ini memiliki tujuan sebagai pelindung hak-hak pedagang muslim dari aksi monopoli pedagang China. Namun organisasi ini kemudian berkembang ke arah politik ketika dijabat oleh Haji Oemar Said Tjokroaminoto yang kemudian organisasi ini berganti nama menjadi sarekat Islam.

  1. Indische Partij

Pada tahun 1912 didirikanlah sebuah organisasi yang dipelopori oleh Douwes Dekker yang bertujuan untuk menghapuskan kolonialisme serta eksploitasi Belanda kepada bangsa Hindia Belanda yang disebut Indische Partij. Selanjutnya Douwes mengajak Suwardi Suryaningrat dan Cipto mangunkusumo untuk memajukan organisasi. Jika ditinjau dari sejarah Indische Partij, yang merupakan partai pertama yang secara terang-terangan menuntut kemerdekaan Indonesia.

  1. Muhammadiyah

Pada tanggal 18 November 1912 didirikan sebuah organisasi yang dipelopori oleh K.H Ahmad Dahlan di Yogyakarta. Organisasi ini bertujuan untuk memurnikan peribadatan ajaran agama Islam, gebrakan yang dilakukan organisasi ini mendapat pengakuan dari pemerintahan dan sambutan dari rakyat melalui jalur mendirikan sekolah, rumah sakit, dan panti asuhan.

  1. Perhimpunan Indonesia

Pada tahun 1925 didirikan sebuah organisasi yang merupakan perkembangan dari beberapa organisasi yang menyulut semangat mahasiswa, yang kemudian organisasi ini semakin aktif dalam memberantas kolonialisme. Hal tersebut terlihat dari keaktifannya dalam mengikuti Kongres Liga Demokrasi Perdamaian Internasional di Paris pada tahun 1926, kemudian Perhimpunan Indonesia hadir dalam Liga Anti Kolonial di Brussels. Uraian singkat diatas menjelaskan secara singkat sejarah Perhimpunan Indonesia.

  1. Partai Nasional Indonesia

Pada tanggal 4 Juli 1927 didirikan sebuah organisasi yang dipelopori oleh Ir. Soekarno dengan dibantu oleh mahasiswa yang melaksanakan studi di Bandung, organisasi ini semakin marak ketika PKI dilarang pemerintah yang disebut Partai Nasional Indonesia.

Jika ditinjau dari sejarah Partai Nasional Indonesia, organisasi ini berdiri dengan tujuan untuk meraih kemerdekaan Indonesia, oleh sebab itu organisasi ini termasuk organisasi yang radikal. Metode penyampaian dilakukan melalui pertemuan akbar yang mengikutsertakan rakyat sehingga rakyat dapat belajar politik secara langsung dari pemimpin.

Banyak tokoh dari organisasi ini yang ditangkap kemudian dipenjara atau dibuang ke berbagai daerah. Ir. Soekarno melakukan pidato pembelaannya di pengadilan negeri Bandung, pidato beliau berjudul Indonesia Klaagt Aan atau Indonesia Menggugat. Namun pidato tersebut tidak dapat menyelamatkan beliau dari penjara selama 4 tahun.

The post Perkembangan Nasionalisme Indonesia dan Latar Belakangnya appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Pengembalian Irian Barat /indonesia/kemerdekaan/pasca-kemerdekaan/sejarah-pengembalian-irian-barat Mon, 21 Nov 2016 07:17:36 +0000 /?p=355 Perjuangan untuk merebut kembali wilayah Irian Barat dari cengkraman pemerintah Belanda dilakukan dengan berbagai macam jalur. Jalur diplomasi salah satunya di tempuh demi pembebasan wilayah Irian Barat pun mulai dilakukan…

The post Sejarah Pengembalian Irian Barat appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Perjuangan untuk merebut kembali wilayah Irian Barat dari cengkraman pemerintah Belanda dilakukan dengan berbagai macam jalur. Jalur diplomasi salah satunya di tempuh demi pembebasan wilayah Irian Barat pun mulai dilakukan seperti yang dilakukan pemerintah kabinet Natsir juga kabinet-kabinet selanjutnya sellu berupaya membebaskan wilayah Irian Barat. Akan tetapi semua upaya diplomasi selalu berakhir dengan sebuah kegagalan. Hal tersebut disebabkan pemerintah Belanda selalu bersikukuh bahwa Irian Barat merupakan wilayahnya. Belanda bahkan secara terang-terangan menyebutkan Irian Baratsebagai salah satu wilayah kekuasaan kerajaan Belanda pada bulan Agustus 1952.

Pejuangan Pembebasan Irian Barat yang di upayakan oleh pemerintah Indonesia akhirnya berbuah simpati dari masyarakat dunia. Terutama pihak Amerika serikat dengan mengusulkan diadakanya sebuah pertemuan yang membahas tentang hal-hal dalam upaya pengembalian wilayah Irian Barat kembali ke kedaulatan Republik Indonesia. Elsworth Bunker di tunjuk sebagai wakil pihak Amerika Serikat untuk menjadi penengah di dalam pertemuan tersebut. Berikut usulan yang diberikan oleh Elsworth Bunker dalam pertemuan tersebut yang kemudian terkenal dengan sebutan rencana Bunker.

  1. Wilayah pemerintahan Irian Barat yang dikuasai oleh pihak Belanda harus dikembalikan kepada pemerintah Indonesia.
  2. Diadakannya Penentuan Pendapat Rakyat (Perpera).
  3. Pengembalian wilayah Irian Barat harus diselesaikan dalam tempo dua tahun.
  4. Dilakukan masa Peralihan, yakni masa pengambil alihan kekuasaan atas wilayah Irian Barat

Usulan yang diutarakan Elsworth bunker tersebut mendapatkan sambutan yang positif oleh pemerintah Belanda dan juga Indonesia. Meski pemerintah Belanda sebelumnya belum memberikan respon terhadap usulan yang diungkapkan oleh Bunker tersebut, akhirnya karena desakan oleh pihak Amerika Serikat pemerintah Belanda pun menyetujui hal tersebut . Karena Amerika serikat beralasan tak menghendaki jika Belanda hancur karena ada dugaan Indonesia akan dibantu oleh pihak Uni Soviet.

Artikel terkait:

Perjanjian di kota New York

Dilatari oleh perjuangan pemerintah Indonesia untuk mengembalikan wilayah Irian barat ke pangkuan ibu pertiwi dari kekuasaan Belanda. Saat Konferensi Meja Bundar (KMB) yang berlangsung di kota Den Haag, Belanda, didalam keputusannya salah satunya mengenai permasalahan Irian Barat yng akan di tuntaskan dalam waktu satu tahun, namun berselang waktu berjalan hingga tahun 1961 Belanda tak kunjung merealisasikannya. Dan cnderung ingin mengingkari kesepakatan dalam konferansi tersebut.

Akhirnya 15 Agustus 1962 kesepakatan di adakan di kota New york dan diadakan di markas besar PBB. Dari pemerintah Belanda mengutus Dr. Van Roijen sebagai wakilnya dan Adam Malik mewakili pemerintah Indonesisa serta Elsworth Bunker sebagai mediator. Kesepkatan yang dilakukan oleh kedua belah pihak pun berjalan dengan lancar, hal tersebut ditandai dengan ditandatanganinya persetujuan diantara pemerintah Indonesia dan pemerintah Belanda. Perjanjian tersebut kemudian lebih sering disebut dengan persetujuan New York.

Berikut pokok-pokok kesepakatan dalam persetujuan New York, diantaranya.

  1. Setelah perjanjian ditandatangani oleh kedua belah pihak, paling lambat 1 Oktober 1962  pemerintah Belanda harus menyerahkan wilayah Irian Barat kepada PBB melalui United Nations Temporary Execative Auyhority atauUNTEA.
  2. Wilayah Irian Barat sejak 1 Oktober 1962 sampai dikembalikan kepada pemerintah Indonesia pada 1 Mei 1963  berada dibawah tanggung jawab PBB dalam hal ini  UNTEA sebagai pelaksananya.
  3. Pasukan militer milik pemerintah Belanda meninggalkan wilayah Irian Barat sedikit demi sedikit dan tidak di ijinkan melakukan kegiatan yang bermuatan militer lagi dibawah pengawasan otoritas PBB dalam hal ini UNTEA.
  4. Sejak 31 Desember 1962 disebelah bendera PBB akan dikibarkan pula bendera merah putih milik pemerintah Indonesia.
  5. Secara resmi wilayah Irian Barat akan diserahkan oleh PBB pada 1 Mei 1963 kepada pemerintah Indonesia
  6. Sebelum akhir tahun 1969 ,diadakannya Ascertainment of the wishes of the people atau Penentuan Pendapat Rakyat kemudian lebih dikenal dengan PEPERA di Irian Barat.
  7. Pasukan militer Indonesia yang berada di wilayah Irian Barat tetap berada di Irian Barat akan tetapi begabung dengan pasukan milik PBB.

UNTEA merupakan pemerintahan sementara yang dibentuk oleh dewan PBB pada masa peralihan sebelum Irian Barat resmi diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Dan mulai saat itu bendera PBB pun dikibarkan menggantikan bendera Belanda. PBB mengirimkan CEO Jalal Abdoh dari Iran sebagai kepala UNTEA, dan menunjuk E.J. Bonay seorang putra asli Irian Barat untuk menjabat sebagai gubernur. Dan demi memberi jaminan keamanan di wilayah Irian Barat, PBB membuat United Nations Security Forces (UNSF). Dan NSF tersebut kemudian dikepalai oleh seorang berkebangsaan Pakistan bernama Brigadir Jenderal Said Uddin Khan.

Artikel terkait:

Penentuan Pendapat Rakyat atau PEPERA

Penyerahan wilayah Irian Barat yang kepada pemerintahan Indonesia dilakukan di kota Holandia (Kota Baru) pada 1 mei 1963. Untuk menindaklanjuti kesepakatan di dalam Persetujuan New York yang secara resmi telah ditandatangani kedua belah pihak baik pemerintah Belanda maupun pemerintah Indonesia. Maka segeralah dilaksanakan PEPERA sebelum menjelang akhir tahun 1969, dan hal tersebut dilaksanakan melalui tiga proses tahapan, sebagaimana berikut penjelasannya.

  1. Tahapan pertama dimulai dengan mengadakan musyawarah terlebih dahulu mengenai tata laksana PEPERA yang diadakan pada 24 Maret 1969 dengan mengumpulkan dewan- dewan kabupaten yang ada di seluruh Wilayah Irian Barat.
  2. Tahapan kedua diadakannya pemungutan suara guna memilih anggota Dewan Musyawarah PEPERA yang berakhir juni 1969. Dalam pemilihan tersebut telah berhasil mendapatkan 1.206 anggota terpilih, diantaranya 43 anggota wanita serta 983 anggota pria. Para anggota tersebut berasal dari delapan kabupaten di wilayah Irian Barat.
  3. Tahapan terakhir atau yang Ketiga merupakan kegiatan utama yakni PEPERA itu sendiri. Pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan di seluruh kabupaten wilayah Irian Barat, yang bermula di Merauke pada 14 juli 19609 hingga berakhir 4 agustus 1969 di Jayapura.

Setiap kegiatan tersebut turut disaksikan pula oleh delegsi dari PBB yakni DR. Fernando Ortiz Sanz, pemerintah Belanda juga utusan dari Australia. Dari kegiatan PEPERA yang telah diselenggarakan di seluruh wilayah Irian Barat dengan di saksikan oleh utusan-utusan kedua belah pihak serta pihak netral yakni PBB, didapatkan sebuah hasil yang memperlihatkan jika rakyat yang tinggal di wilayah Irian Barat tetap menginginkan berada dan bersatu dibawah kedaulatan pemerintah Republik Indonesia. Dengn hasil tersebut pemerintah Belanda kemudian merelakan serta menerima hasil tersebut.

Ortis Sanz seorang duta besar perwakilan dari PBB membawa hasil dari diselenggarakannya kegiatan PEPERA tersebut yang kemudian dilaporkan serta di serahkan dalam sidang umum dewan keamanan PBB. Pada 19 November 1969 digelar Sidang Umum Dewan Keamanan PBB yang ke- 24. Di dalam sidang tersebut berisi persetujuan mengenai resolusi Belanda, Muangthai, Malaysia, Belgia, Luxemburg juga Indonesia, serta memutuskan untuk menerima hasil keputusan yang telah diambil dalam PEPERA yang semestinya telah sesuai dengaan jiwa dan isi dalam Persetujuan New York.

The post Sejarah Pengembalian Irian Barat appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Sumpah Pemuda -Latar Belakang dan Isinya /indonesia/kemerdekaan/sejarah-sumpah-pemuda Wed, 16 Nov 2016 06:34:38 +0000 /?p=362 Sumpah Pemuda adalah salah satu kejadian penting dalam pergerakan untuk kemerdekaan Indonesia. Sumpah atau ikrar sejumlah pemuda inilah yang menjadi penyemangat bangsa demi cita-cita berdirinya negara Indonesia. Para pemuda di…

The post Sejarah Sumpah Pemuda -Latar Belakang dan Isinya appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sumpah Pemuda adalah salah satu kejadian penting dalam pergerakan untuk kemerdekaan Indonesia. Sumpah atau ikrar sejumlah pemuda inilah yang menjadi penyemangat bangsa demi cita-cita berdirinya negara Indonesia. Para pemuda di masa itu sadar bahwa pergerakan organisasi yang bersifat kedaerahan tidak pernah memberikan hasil berarti untuk kemerdekaan Indonesia karena pergerakan seperti itu sangat mudah dipatahkan oleh penjajah Belanda.

Oleh sebab itulah organisasi-organisasi pemuda ini sepakat untuk melebur menjadi satu dan membuat pergerakan secara serentak untuk melawan penjajah. Dari kesepakatan inilah para pemuda ini sepakat untuk mengadakan kongres pemuda. Kongres ini bertujuan untuk menyatukan organisasi-organisasi yang pada saat itu terpecah belah. Kongres pemuda diadakan sebanyak dua kali, yakni Kongres Pemuda 1 yang berlangsung pada tanggal 30 April – 2 Mei 1926. Sedangkan Kongres Pemuda Kedua diadakan pada tanggal 27 dan 28 Oktober 1928.

Sumpah Pemuda lahir dari Kongres Pemuda Kedua yang diadakan selama dua hari lamanya, tepatnya di tanggal 27 dan 28 Oktober 1928 di Jakarta. Kongres ini diadakan oleh Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI). Anggota PPPI terdiri dari pelajar-pelajar dari seluruh wilayah Indonesia. Ada sejumlah perwakilan dari berbagai organisasi kepemudaan di Indonesia yang menghadiri kongres ini, yakni Jong Java, Jong Batak, Jong Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond dan Jong Ambon. Ada juga pengamat dari perwakilan etnis Tionghoa seperti Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi Djien Kwie.

Baca juga:

Kongres yang diadakan di tanggal 27 dan 28 Oktober 1928 di Jakarta ini bukanlah pertemuan yang pertama yang diadakan oleh para pemuda. Pertemuan pertama justru diadakan pada tahun 1926. Hasil dari pertemuan ini keluar pada tanggal 20 Februari 1927. Di tahun berikutnya, tepatnya di bulan Mei 1928, pertemuan para pemuda ini kembali diadakan dan dilanjutkan lagi dengan pertemuan di tanggal 12 Agustus 1928 yang dihadiri oleh seluruh barisan organisasi pemuda Indonesia. Dari pertemuan tanggal 12 Agustus 1928 inilah yang memutuskan untuk mengadakan kongres di bulan Oktober 1928. Perihal susunan kepanitiaan diambil dari masing-masing perwakilan organisasi kepemudaan.

Keputusan inilah yang mengobarkan semangat para pejuang tanah air untuk memperjuangkan terbentuknya tanah air Indonesia, bangsa Indonesia dan bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.Pada perkumpulan-perkumpulan yang membahas kemerdekaan Indonesia berikutnya, Sumpah Pemuda selalu dijadikan asas bersama. Selain itu, Sumpah Pemuda juga selalu disiarkan di semua surat kabar berbahasa Indonesia dan selalu dibacakan sebagai pembuka rapat perkumpulan-perkumpulan.

Kongres Pemuda 1

Kongres Pemuda yang pertama ini diadakan pada tanggal 30 April hingga 2 Mei 1928. Kongres ini dihadiri oleh perwakilan-perwakilan dari Jong Java, Jong Islamieten Bond, Jong Sumatra Bond Jong Ambon, Sekar Rukun Jong Batak dan para Pemuda Theosofie. Kongres pertama ini mengedepankan tema pentingnya persatuan dan kesatuan para pemuda yang kemudian berdiri dalam satu payung untuk mencapai Indonesia merdeka.

Sejumlah tokoh yang menjadi pembicara dalam kongres ini adalah Sumarto, M. Tabrani, Muh. Yamin, Bahder Johan dan Pinontoan. Meski terbentuk kesepakatan untuk menerima dan mengakui cita-cita persatuan Indonesia, badan untuk mewadahi semua organisasi pemuda saat itu masih gagal terbentuk. Hal ini terjadi karena adanya kesalahpahaman serta beda pendapat antara anggota kongres.

Setelah Kongres Pemuda 1 ini, masih diadakan sejumlah pertemuan lainnya untuk membahas mengenai wadah tunggal organisasi pemuda dari seluruh Indonesia. Keputusan penting hasil dari Kongres Pemuda 1 ini adalah:

  • Semua perkumpulan pemuda harus bersatu dalam organisasi yang bernama Pemuda Indonesia.
  • Perlu segera diadakannya Kongres Pemuda kedua.

Kongres Pemuda 2

Ada tiga rapat yang dihadiri oleh para pemuda di Kongres Pemuda Kedua ini. Rapat pertama bertempat di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng), hari Sabtu, 27 Oktober 1928. Rapat dibuka oleh Ketua PPPI, Soegondo Djojopoespito.

Dalam sambutannya, Soegondo mengatakan bahwa ia sangat mengharapkan kongres ini bisa memperkuat semangat persatuan yang ada di dalam hati para pemuda peserta kongres, dan seluruh Indonesia nantinya. Ia melanjutkan dengan menjelaskan lima factor yang bisa membuat persatuan Indonesia menjadi lebih kuat, yakni sejarah, Bahasa, hukum adat, pendidikan dan kemauan yang kuat.

Rapat kedua bertempat di Gedung Oost-Java Bioscoop di tanggal 28 Oktober 1928. Rapat kedua ini banyak membahas seputar pendidikan. Di hari kedua ini yang jadi pembicara adalah Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro. Kedua pembicara ini memiliki pendapat bahwa anak-anak harus mendapat pendidikan kebangsaan. Selain itu mereka juga mengetengahkan pentingnya keseimbangan antara pendidikan sekolah dan di rumah.

Rapat ketiga, sekaligus menutup kongres mengambil tempat di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106. Di sini Sunario yang menjadi pembicara memberikan penjelasan akan pentingnya nasionalisme dan demokrasi mengiringi gerakan kepanduan. Ramelan yang ikut menjadi pembicara di rapat ketiga ini mengatakan bahwa gerakan kepanduan tidak boleh dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan yang ditanamkan sejak dini pada anak-anak bisa mendidik mereka untuk menjadi disiplin dan mandiri. Kedua hal tersebut sangatlah dibutuhkan dalam perjuangan menuju kemerdekaan.

Artikel lainnya:

Isi Sumpah Pemuda

Yang unik adalah istilah Sumpah Pemuda tidak muncul pada hasil kongres di tanggal 27 dan 28 Oktober 1928 tersebut. Istilah ini justru muncul setelah kongres itu selesai. Ini dia bunyi dari Sumpah Pemuda yang tercatat di prasasti dinding Museum Sumpah Pemuda:

Pertama : Kami Poetra dan Poetri Indonesia, Mengakoe Bertoempah darah Jang Satoe, Tanah Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah yang Satu, Tanah Indonesia).

Kedua : Kami Poetra dan Poetri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia. (Kami Putran dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa yang Satu, Bangsa Indonesia).

Ketiga : Kami Poetra dan Poetri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia. (Kami Putran dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia)

Dari Secarik Kertas

Ketiga kalimat yang menjadi rumusan Kongres Sumpah Pemuda tersebut ditulis oleh Moehammad Yamin di atas secarik kertas yang disodorkan pada Soegdondo saat Sunario sedang berpidato di sesi terakhir kongres.Moehammad Yamin berbisik pada Soegondo bahwa ia mempunyai sebuah formula yang terlihat lebih elegen demi keputusan kongres ini.

Melihat isi dari apa yang dituliskan Moehammad Yamin, Soegondo membubuhkan paraf setuju di secarik kertas tersebut, lalu diteruskan kepada peserta kongres untuk kemudian ikut membubuhkan paraf setuju. Pada awalnya, sumpah tersebut dibacakan Soegondo dan kemudian dijelaskan secara lebih mendetail oleh Moehammad Yamin.

Lagu Indonesia Raya

Di dalam kongres pemuda kedua yang bersejarah ini, berkumandang sebuah lagu yang diciptakan oleh W. R. Soepratman. Lagu tersebut adalah lagu Indonesia Raya, lagu kebangsaan Indonesia yang dikumandangkan pada setiap upacara bendera di sekolah serta acara-acara penting lainnya.

Diperdengarkan untuk pertama kalinya di muka publik di tahun 1928, teks lagu Indonesia Raya juga dipublikasikan pada media cetak surat kabar Sin Po lengkap dengan kalimat dalam surat kabar tersebut yang menyatakan bahwa lagu ini adalah lagu kebangsaan. Meski sempat dilarang oleh pemerintah Kolonial Hindia Belanda pada saat itu, namun para pemuda terus menyanyikan lagu tersebut di setiap ada kesempatan.

Artikel Sejarah Lainnya:

Berkunjung ke Museum Sumpah Pemuda

Informasi lebih banyak mengenai Sumpah Pemuda bisa didapatkan dengan mengunjungi langsung Museum Sumpah Pemuda yang berada di Gedung Sekretariat PPI, Jalan Kramat Raya no. 106, Jakarta Pusat. Museum ini masih menyimpan sejumlah peninggalan-peninggalan dari Kongres Pemuda Kedua yang diadakan tahun 1928 silam. Salah satu contohnya adalah biola asli milik W. R. Soepratman yang digunakan untuk mengumandangkan lagu Indonesia Raya pada saat itu.

Selain biola milik Wage Roedolf Soepratman, ada banyak foto-foto bersejarah yang diambil pada saat Kongres Pemuda Kedua berlangsung. Kongres inilah yang kemudian menjadi tonggak sejarah pergerakan muda-mudi Indonesia menuju Indonesia merdeka.

The post Sejarah Sumpah Pemuda -Latar Belakang dan Isinya appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Wali Songo dan Asal Usulnya /tokoh/sejarah-wali-songo Mon, 14 Nov 2016 07:45:12 +0000 /?p=347 Agama Islam menjadi demikian populer dan besar namanya di Nusantara tak lepas dari peran Wali Songo. Pada umumnya Wali Songo berdakwah dan menyebarkan agama Islam di tanah Jawa di abad…

The post Sejarah Wali Songo dan Asal Usulnya appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Agama Islam menjadi demikian populer dan besar namanya di Nusantara tak lepas dari peran Wali Songo. Pada umumnya Wali Songo berdakwah dan menyebarkan agama Islam di tanah Jawa di abad ke 14. Ada tiga wilayah yang menjadi lokasi para wali untuk menyebarkan dakwahnya di Pulau Jawa, yakni Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban untuk daerah Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah dan Cirebon di Jawa Barat.

Jaman Wali Songo menandakan akhir dari dominasi agama Hindu dan Budha di dalam kebudayaan Nusantara digantikan oleh kebudayaan Islam. Meski banyak tokoh lainnya yang berperan dalam penyebaran agama Islam di Indonesia, khususnya pulau Jawa, Wali Songo adalah simbolnya. Mereka juga memiliki andil yang cukup besar untuk mendirikan sejumlah kerajaan Islam di Jawa.

Arti Wali Songo

Dalam bahasa Jawa, Wali Songo berarti wali yang sembilan, menandakan jumlah para wali yang ada sembilan. Namun ada pendapat lainnya yang mengatakan bahwa songo/sanga adalah turunan dari bahasa Arab tsana yang berarti mulia.

Ada juga yang menyebutkan bahwa Wali Songo adalah sebuah majelis dakwah kreasi dari Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim di tahun 1404. Tak cuma berdakwah, ajaran Wali Songo memberikan dampak untuk sejumlah budaya baru di masyarakat Jawa, seperti kesehatan, bercocok tanam, perdagangan, kebudayaan, seni, kemasyarakatan sampai ke pemerintahan.

Baca juga:

Nama-nama dan Riwayat Para Wali Songo

  1. Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim

Sunan Gresik atau Sunan Thandes adalah keturunan langsung dari Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah keturunan ke-22 dari Rasulullah SAW. Nasab Maulana Malik Ibrahim tercatat dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang merupakan kumpulan catatan dari As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini.

Lahir di Samarkand, Asia Tengah, Sunan Gresik mempunyai tiga orang isteri. Sunan Gresik banyak dianggap sebagai wali yang pertama kali menyebarkan Islam di Pulau Jawa. Selain dakwah, beliau mengajarkan cara baru bercocok tanam untuk mengambil hati masyarakat kebanyakan, yakni mereka yang tersisihkan pada akhir kekuasaan Majapahit.

Krisis ekonomi dan perang saudara saat itu banyak membuat masyarakat Jawa menderita. Sunan Gresik membangun pondokan sebagai tempat menimba ilmu agama di Leran, Gresik untuk memenangkan hati masyarakat. Sebagai pelengkap, ia membangun masjid untuk tempat beribadah. Masjid ini adalah masjid pertama di Pulau Jawa dan masih berdiri hingga sekarang. Nama masjid tersebut adalah Masjid Jami’ Gresik. Sunan Gresik wafat di tahun 1419 dan dimakamkan di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.

  1. Sunan Ampel atau Raden Rahmat

Riwayat mengatakan bahwa Sunan Ampel adalah anak dari Ibrahim Zainuddin Al-Akbar. Ibunya adalah seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir dari Dinasti Ming.

Meski bukan yang pertama menyebarkan Islam di Tanah Air, Sunan Ampel dianggap sesepuh oleh para wali lainnya. Ia memiliki pesantren di Ampel Denta, Surabaya yang menjadi pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa.

Setelah wafat, Sunan Ampel dimakamkan di dekat Masjid Ampel, Surabaya.

  1. Sunan Bonang atau Makhdum Ibrahim

Sunan Bonang adalah putra dari Sunan Ampel. Semasa hidupnya, Sunan Bonang kerap berdakwah melalui kesenian agar bisa menarik masyarakat Jawa untuk memeluk agama Islam. Pernah mendengar lagu Wijil atau Tombo Ati yang dipopulerkan oleh Opick? Kedua lagu tersebut adalah hasil karya Sunan Bonang.

Untuk menambah unsur Islami dalam lagu-lagu yang digubahnya, Sunan Bonang memasukkan rebab dan bonang sebagai pelengkap dari gemelan Jawa. Oleh sebab itulah ia mendapatkan julukan Sunan Bonang.

Sunan Bonang diperkirakan wafat pada tahun 1525 dan dimakamkan di daerah Tuban, Jawa Timur.

  1. Sunan Drajat atau Radem Qasim

Selain Makhdum Ibrahim atau Sunan Bonang, Raden Qasim yang juga putra dari Sunan Ampel dikenang oleh masyarakat di seluruh Tanah Air sebagai Sunan Drajat. Dalam misinya untuk menyebarkan agama Islam di Indonesia, ia menggunakan kegiatan sosial sebagai ujung tombaknya.

Ia mempelopori penyantunan anak-anak yatim dan orang-orang sakit. Selain itu Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat umum. Ia sangat mengedepankan sikap dermawan, kerja keras dan meningkatkan kemakmuran rakyat sebagai pengamalan agama Islam.

Wafat di tahun 1522, Sunan Drajat memiliki banyak peninggalan berarti. Di antaranya adalah Pesantren Sunan Drajat di Desa Drajat, Paciran, Lamongan. Ia juga meninggalkan Gamelan Singomengkok, alat musik yang sering ia mainkan. Kini gamelan tersebut disimpan di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan.

Baca juga:

  1. Sunan Kudus atau Ja’far Shadiq

Berbeda dibandingkan dengan Wali Songo sebelumnya yang pada umumnya langsung menyentuh masyarakat umum untuk menyebarkan agama Islam, Sunan Kudus memiliki andil yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak. Perannya adalah sebagai panglima perang, penasihat untuk Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim.

Target dakwah Sunan Kudus kebanyakan berada di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Peninggalan Sunan Kudus yang terkenal hingga saat ini adalah Masjid Menara Kudus. Masjid ini memiliki keunikan karena arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus banyak dipercaya oleh masyarakat wafat pada tahun 1550.

  1. Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin

Sunan Giri adalah keturunan langsung dari Maulana Ishaq. Selama hidupnya, ia menimba ilmu Islam dari Sunan Ampel dan bersahabat dengan Sunan Bonang. Peran besarnya dalam perkembangan Islam di Pulau Jawa adalah mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik.

Pemerintahan inilah yang selanjutnya memiliki peran sebagai pusat dakwah Islam untuk wilayah Jawa dan Indonesia Timur hingga ke Maluku. Anaknya, Sunan Giri Prapen berhasil menyebarkan Islam hingga ke Lombok dan Bima.

  1. Sunan Kalijaga atau Raden Said

Raden Said atau Sunan Kalijaga adalah anak dari adipati Tuban bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Agama Islam ia pelajari dari Sunan Bonang. Dari Sunan Bonanglah ia belajar menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai alat untuk menyebarkan agama Islam.

Kesenian yang kerap ia gunakan untuk berdakwah adalah wayang kulit dan tembang suluk. Banyak masyarakat yang memercayai bahwa tembak suluk Lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul adalah hasil karya Sunan Kalijaga.

  1. Sunan Muria atau Raden Umar Said

Raden Umar Said atau Sunan Muria adalah anak dari Sunan Kalijaga. Namanya, Muria, diperkirakan oleh masyarakat sekitar Kota Kudus berasal dari nama gunung, yakni Gunung Muria. Gunung Muria itulah tempat di mana kini Sunan Muria dimakamkan.

Gaya dakwah Sunan Muria pada umumnya mengambil metode yang digunakan ayahnya, Sunan Kalijaga, yakni menggunakan kesenian. Namun, Sunan Muria lebih senang tinggal jauh dari hiruk pikuk kota dan tinggal di daerah terpencil untuk menyebarkan agama. Ia juga turut mengajarkan cara bercocok tanam, jual beli dan melaut kepada rakyat jelata.

Artikel Sejarah Lainnya:

  1. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah

Syarif Hidayatullah adalah anak dari Nyai Rara Santang, putri dari raja Pajajaran Raden Manah Rarasa. Ayahnya lain lagi, nama ayah Sunan Gunung Jati adalah Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, tokoh Mesir keturunan Bani Hasym dari Palestina. Sunan Gunung Jati belajar agama dari berbagai negara. Sejak usia 14 tahun, ia sudah belajar agama dari para ulama di Mesir.

Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya seorang wali yang menjadi kepala pemerintahan. Ia mendirikan Kasultanan Cirebon atau dikenal dengan Kasultanan Pakungwati dengan restu dari para ulama lainnya untuk menyusul berdirinya Kesultanan Bintoro Demak. Ia memanfaatkan posisinya untuk menyebarkan agama Islam dari pesisir Cirebon hingga ke pedalaman Pasundan.

Di usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mengundurkan diri dari pemerintahan untuk fokus berdakwah. Tampuk kekuasaan diserahkan pada Pangeran Pasarean. Ia meninggal di tahun 1568 pada usia 120 tahun dan dimakamkan di Gunung Sembung, Gunung Jati.

The post Sejarah Wali Songo dan Asal Usulnya appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Gedung Sate Bandung dari Awal Berdiri /bangunan/sejarah-gedung-sate Mon, 07 Nov 2016 07:19:40 +0000 /?p=325 Buat orang Indonesia yang belum pernah mengunjungi Bandung, mendengar kata Gedung Sate pastinya membayangkan sebuah gedung yang dipenuhi dengan tukang sate sedang berjualan di situ atau sebuah bangunan yang menjadi…

The post Sejarah Gedung Sate Bandung dari Awal Berdiri appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Buat orang Indonesia yang belum pernah mengunjungi Bandung, mendengar kata Gedung Sate pastinya membayangkan sebuah gedung yang dipenuhi dengan tukang sate sedang berjualan di situ atau sebuah bangunan yang menjadi gudang daging sate. Namun ternyata tidak seperti yang kita bayangkan, Gedung Sate adalah sebutan bagi masyarakat Bandung untuk kantor pemerintahan propinsi Jawa Barat.

Gedung Sate memiliki keunikan dari sisi arsitektur dan keindahan tersendiri yang berbeda bila dibandingkan dengan bangunan lainnya di kota Bandung. Selain itu, Gedung Sate memiliki sejarah yang panjang. Berdiri di tanggal 27 Juli 1920 gedung ini dibangun di zaman pemerintahan kolonial Belanda. Meski berusia sudah lebih dari seratus tahun, bangunan ini masih tetap berdiri kokoh dan anggun. Fungsinya sebagai pusat pemerintahan dari jaman Belanda hingga saat ini mungkin menjadi salah satu alasan mengapa gedung ini terjaga kondisinya.

Awal Pendirian

Oleh pemerintahan Belanda dulu, gedung ini disebut dengan Gouvernements Bedrijven atau GB. Dirancang oleh sebuah tim ahli dari Belanda yang terdiri dari Ir. J. Gerber, seorang arsitek muda ternama lulusan Fakultas Teknik Delft Nederland, serta Ir. Eh. De Roo dan Ir. G. Hendriks.

Proses pembangunan langsung ditangani oleh pihak Gemeente van Bandoeng yang diketuai oleh Kol. Pur. VL. Slors yang melibatkan 2000 tenaga kerja yang terdiri dari 150 orang pemahat atau ahli bongpay pengukir batu nisan dan pengukir kayu berkebangsaan China yang berasal dari Konghu atau Kanton. Tak hanya itu, 2000 tenaga kerja itu juga terdiri dari tukang batu dan kuli aduk yang merupakan warga kampung sekitar kota Bandung pada saat itu.

  • Peletakan Batu Pertama

Peletakan batu pertama Gedung Sate dilakukan oleh Johanna Catherina Coops, putri sulung dari Walikota Bandung saat itu, B. Coops dan Petronella Roelofsen, mewakili Gubernur Jendral Batavia J.P. Graaf van Limburg. Pembangunan Gedung Sate memakan waktu 4 tahun dan biaya sekitar 6 juta gulden. Hal inilah yang menjadi dasar penentuan jumlah benda bulat yang ditusuk oleh semacam tusuk sate di bagian puncak gedung. Ada banyak versi dari masyarakat Bandung tentang benda bulat yang ditusuk tiang di puncak Gedung Sate. Ada yang mengatakan bahwa benda bulat tersebut adalah sate, jambu air hingga melati yang berjumlah enam buah.

Baca juga:

Pujian Dunia untuk Gedung Sate

Arsitektur Gedung Sate menuai banyak pujian dari kalangan arsitek dan ahli bangunan ternama di dunia. Hal ini dikarenakan bangunan ini memiliki sentuhan khas bergaya Eropa dari Ir. J. Gerber juga dipadu padankan dengan nuansa arsitektur tradisional nusantara. Masukan dari maestro arsitek Belanda Dr. Hendrik Petrus Berlage lah yang membuat Gedung Sate diwarnai keanggunan khas Candi Borobudur.

  • Dipuji Sebagai Bangunan Terindah

Ruhl dalam bukunya Bandoeng en haar Hoogvlakte1952 bahkan mengatakan bahwa Gedung Sate adalah bangunan terindah di Indonesia. Ketika Dr. Hendrik Petrus Berlage mengunjungi Gedung Sate di bulan April 1923, ia mengatakan sendiri bahwa bangunan tersebut adalah karya arsitektur besar yang berhasil menggabungkan langgam timur dan barat dengan harmonis. Ada banyak arsitek lainnya juga dari Belanda dan Indonesia yang mengagumi kemegahan Gedung Sate.

  • Perkawinan Timur dan Barat

Perpaduan timur dan barat yang ada di Gedung Sate terdapat pada gaya bangunannya yang bertemakan Renaissance Italia, jendelanya yang bergaya Moor Spanyol dan menara gedung yang memiliki gaya atap pura Bali atau pagoda dari Thailand. Pembuatan bagian depan dari Gedung Sate juga diperhitungkan dengan sangat terperinci. Mengikuti sumbu poros utara-selatan, Gedung Sate dibangun menghadap ke arah Gunung Tangkuban Perahu yang berada di sebelah utara dari bangunan ini.

Baca juga:

Di bagian timur dan barat Gedung Sate terdapat dua ruang besar yang mirip gayanya dengan ball room atau ruang dansa ala Eropa. Namun sekarang, ruangan besar yang kini disebut dengan Aula Barat dan Aula Timur itu berfungsi sebagai tempat diadakannya kegiatan resmi oleh pemerintah.

  • Dijadikan Pusat Pemerintahan

Pada awalnya Gedung Sate dibangun sebagai kantor Departemen Lalu Lintas dan Pekerjaan Umum. Namun pada tahun-tahun berikutnya, Gedung Sate sempat menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda karena pemerintah Kolonial Belanda berpendapat Batavia sudah tidak layak lagi menjadi pusat pemerintahan karena perkembangannya yang demikian pesat pada saat itu.

Pertempuran Melawan Sekutu dan Belanda

Di tanggal 3 Desember 1945, Belanda yang belum terima dengan kemerdekaan yang diraih bangsa Indonesia, menghimpun sejumlah kekuatan untuk merebut sejumlah aset dari tangan Indonesia. Salah satu aset yang menjadi target saat itu adalah Gedung Sate. Menunggangi pasukan sekutu dari Inggris, Belanda berusaha melancarkan serangan ke Gedung Sate yang dilindungi oleh sejumlah pemuda Indonesia.

Pertempuran pun tumpah dan berlangsung selama dua jam. Sejumlah korban pun jatuh baik dari pihak pemuda Indonesia yang mempertahankan Gedung Sate dan penyerang. Tujuh pemuda Indonesia diketahui kemudian tewas pada pertempuran tersebut. Untuk mengenang jasa mereka, pemerintah membuatkan sebuah tugu dari batu di halaman belakang Gedung Sate. Namun pada tahun 1970, Menteri Pekerjaan Umum memerintahkan tugu tersebut dipindahkan ke halaman depan Gedung Sate.

  • Penambahan Gedung Baru

Sejak tahun 1980, Gedung Sate lebih dikenal oleh masyarakat sebagai Kantor Gubernur karena fungsinya sebagai pusat kegiatan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Namun sebelum pindah ke Gedung Sate, Kantor Gubernur Jawa Barat berada di Gedung Kerta Mukti di Jalan Braga Bandung.

Indahnya Gedung Sate semakin disempurnakan dengan dibangunnya Gedung Baru hasil karya arsitek Ir. Sudibyo pada tahun 1977. Gedung Baru ini mengambil sedikit gaya arsitektur yang dimiliki oleh Gedung Sate. Bangunan ini diperuntukkan bagi para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Barat untuk melaksanakan kewajiban mereka sebagai Lembaga Legislatif Daerah.

Baca juga:

Gedung Sate Sebagai Objek Wisata

Kini, Gedung Sate menjadi salah satu objek wisata yang wajib dikunjungi oleh para wisatawan yang berkunjung ke Bandung, karena keindahan Gedung Sate bukan hanya terletak pada bangunannya, namun juga pada taman-taman yang berada di lingkungan Gedung Sate. Keindahan taman inilah yang membuat para wisatawan menjadikannya lokasi kegiatan dengan nuansa kekeluargaan, spot yang pas untuk foto keluarga atau pun foto pre-wedding, hingga syuting video klip artis lokal Bandung sampai artis nasional.

  • Tempat Rekreasi dan Olah Raga

Di hari minggu, halaman Gedung Sate kini menjadi pilihan masyarakat Bandung untuk melakukan rekreasi atau pun duduk-duduk sembari menikmati udara segar khas Kota Bandung. Ada juga masyarakat yang menjadikannya halaman Gedung Sate sebagai tempat untuk berolahraga.

Apabila ingin mengunjungi Gedung Sate, anda bisa langsung datang ke Kota Bandung, tepatnya di Jalan Diponegoro no. 22, tepat di pusat kota Bandung dan kondisi jalanan untuk menuju ke sana sangatlah baik. Pada umumnya wisatawan dari luar kota akan mengunjungi Gedung Sate sekaligus dengan Museum Geologi Bandung karena lokasinya yang berdekatan.

  • Berkunjung ke Gedung Sate

Tidak punya kendaraan pribadi atau malas menyewa kendaraan untuk mengunjungi Gedung Sate? Jangan khawatir. Anda masih bisa tetap mengunjungi bangunan ikonik ini dengan naik angkutan umum dari perempatan Jalan Ir. H. Juanda dan Jalan Sulanjana dengan angkutan umum yang menuju Cicaheum dan turun langsung di depan Gedung Sate. Waktu perjalanan hanya makan waktu kurang lebih lima menit tergantung kemacetan.

Gedung Sate terbuka untuk umum pada hari libur dan akhir pekan saja karena pada hari biasa, bangunan dipergunakan untuk Gubernur beserta para staffnya bekerja. Anda harus mendapat izin terlebih dahulu dari staff keamanan untuk bisa masuk ke dalam Gedung Sate. Namun bila hanya mengunjungi tamannya, anda tidak perlu izin khusus.

The post Sejarah Gedung Sate Bandung dari Awal Berdiri appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah PETA (Pembela Tanah Air) – Latar Belakang dan Pembubarannya /organisasi/sejarah-peta-pembela-tanah-air Mon, 07 Nov 2016 03:15:13 +0000 /?p=302 PETA atau Pembela Tanah Air merupakan salah satu organisasi yang berperan penting dalam kemerdekaan bangsa Indonesia. PETA hidup di Masa penjajahan Jepang di Indonesia sejak tahun 1942-1945. Usia PETA memang hanya…

The post Sejarah PETA (Pembela Tanah Air) – Latar Belakang dan Pembubarannya appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
PETA atau Pembela Tanah Air merupakan salah satu organisasi yang berperan penting dalam kemerdekaan bangsa Indonesia. PETA hidup di Masa penjajahan Jepang di Indonesia sejak tahun 1942-1945. Usia PETA memang hanya seumur jagung saja, namun perannya terhadap kemerdekaan Indonesia panjang dan berliku.

Meskipun namanya Pembela Tanah Air, namun tidak semua orang Hindia Belanda diperbolehkan bergabung dengan PETA. Karena berbasis militer, hanya para laki-laki saja yang dapat berjuang bersama PETA. Dibutuhkan latihan fisik yang sama dengan para tentara Jepang untuk menjadi anggota PETA.

Latar Belakang

Sejarah terbentuknya PETA berkaitan erat dengan keinginan Indonesia untuk merdeka. Jepang mengambil untung dari keadaan yang mulai memihak. Belanda kalah perang dari Jepang pada tanggal 8 Maret 1942. Penundukan Belanda ini dilakukan tanpa syarat apapun dengan ditandai menyerahnya Letnan Jenderal Teer Poorten yang sebelumnya ditugasi Ratu Beatrix dari kerajaan Belanda untuk mengakhiri masa penjajahan Belanda di Indonesia.

Jika kita mau lebih teliti lagi menguak fakta sejarah. Jepang yang hanya memerintah sebentar itu sudah sangat menyengsarakan rakyat. Mereka boleh dikatakan sangat licik dan munafik. Dengan mengaku sebagai saudara tua bangsa Indonesia, mereka mendirikan banyak organisasi yang sebenarnya dipersiapkan untuk mendukung kepentingan Jepang.

Organisasi bentukan Jepang di Hindia Belanda ada banyak jenis. Mulai dari keagamaan sampai organisasi militer. Semua organisasi tersebut selalu menggandeng tokoh Indonesia yang berpengaruh agar masyarakat luas percaya organisasi itu didirikan demi kepentingan bangsa Indonesia. Namun tidak semua orang Indonesia yang digandeng Jepang mengkhianati negaranya sendiri. Mereka menuruti Jepang di depan saja, di belakangnya mereka membuat suatu persiapan menuju kemerdekaan.

Baca Juga :

Diiming-imingi melindungi diri dari perang Asia Timur Raya yang akan segera terjadi. Belum lagi disusul perang pasifik dan beberapa perang yang sangat mungkin menjadikan Jepang sebagai target utama membuat para petinggi Jepang harus memutar otak untuk bertahan diri. Mereka pun memanfaatkan penduduk dari negara jajahannya secara halus.

Dengan menyerukan sikap patriotisme yang dibutuhkan untuk setiap jiwa yang ingin merdeka, Jepang terus melancarkan serangan rayuannya kepada masyarakat Hindia Belanda. Secara resmi, Jepang mendirikan PETA (Pembela Tanah Air) pada tanggal 03 Oktober 1942. Keputusan pembentukan PETA diakui Jepang sebagai bentuk tindak lanjut atas surat permohonan pendirian organisasi yang diajukan oleh Gatot Mangkupradja.

Sebenarnya bukan Gatot Mangkupradja saja yang ingin membantu Jepang menyiapkan diri menghadapi perang di perairan Pasifik. Ada banyak orang-orang cerdas di Hindia Belanda yang saat itu ingin menggerakkan masyarakat namun tidak berdaya karena selama Belanda memerintah, perizinan organisasi sangat rumit. Bahkan mungkin nyawa pendiri organisasi dapat terancam jika tetap nekad mengoperasikan organisasinya.

Tujuan

Tujuan utama pendirian PETA memang tidak semata-mata untuk menyiapkan Indonesia merdeka. Para pemuda dan laki-laki dewasa dilatih fisiknya dengan cukup keras. Mereka dipersiapkan sebagai prajurit perang yang akan melengkapi kekurangan armada perang Jepang menghadapi sebuah perang Besar. Dikhawatirkan oleh Jepang, Amerika Serikat mencari sekutu baru hingga kekuatannya berkali lipat lebih besar. Dengan armada Amerika yang kuat dan kecanggihan peralatannya terus diperbaharui, tidak mungkin Jepang dapat bertahan tanpa tambahan prajurit yang siap dikorbankan.

Namun di sisi lain, Jepang mendidik anggota PETA untuk mencintai tanah airnya sendiri. Dikatakannya bahwa latihan yang dilakukan tersebut akan bermanfaat untuk melindungi tanah air Indonesia suatu hari nanti ketika Indonesia terancam diserang negara lain. Masih banyak negara luar yang menginginkan Indonesia menjadi negara koloninya lagi. Tanah yang subur, masyarakat ramah dan masih bodoh menjadikan Indonesia sebagai lahan investasi yang amat menjanjikan.

Keanggotaan

Keanggotaan PETA terdiri dari para pemuda berbagai tingkatan. Rata-rata anggotanya merupakan seorang pelajar yang telah menyadari arti pentingnya kemerdekaan. Oleh karenanya mereka tetap rajin berlatih militer meskipun sudah merencanakan pembalikan gerakan organisasi. Mereka yang berjiwa muda ini sudah mengatur strategi untuk meraih kemerdekaan Indonesia sendiri melalui organisasi PETA.

Para anggota PETA memang disiapkan untuk menjadi tentara Jepang. Sayangnya, pihak Jepang tidak memberikan ketegasan akan status prajuritnya. Saat PETA masih aktif beroperasi, nama-nama seperti Jenderal Besar Soedirman dan Letnan Jenderal Soeharto menjadi nama kenangan yang pernah ikut mewarnai PETA. Mereka tahu posisi mereka hanya ditempatkan sebagai cadangan prajurit saja. Jadi mereka bukan pasukan resmi Jepang yang mendapat juga tunjangan keprajuritan.

Baca juga :

Sama halnya dengan organisasi militer lainnya. Untuk mencapai suatu tujuan besar, tahap yang dilaksanakan harus sudah tersusun rapi dengan rencana yang matang. Termasuk pula struktur organisasi dan keanggotaannya. Tujuan kejelasan ini adalah memudahkan pendistribusian tugas bagi para anggota dan petinggi organisasi. Sehingga organisasi dapat berjalan dengan seimbang. Berikut urutan hirarkis jabatan dalam PETA.

  1. Daidanco : Hanya orang-orang yang memang sebelumnya pernah memiliki pangkatlah yang dapat menduduki posisi komandan batalyon ini. Mereka yaitu para pejabat birokrasi, pemuka agama, para penegak di dunia hukum, dan abdi negara resmi lainnya.
  2. Cudanco : Sedikit lebih rendah dari Daidanco. Cudanco diperbolehkan ditempati oleh para guru dan juru tulis yang memang mendedikasikan hidupnya demi dunia pendidikan yang lebih baik. Mereka boleh memimpin sebuah kompi.
  3. Shodanco : Hanyalah pelajar yang pernah merasakan bangku sekolah menengah tingkat pertama atas saja yang berhak memimpin suatu peleton.
  4. Budanco : Demi menjaga stabilitas organisasi, dibentuklah kelompok paling kecil dalam sebuah organisasi besar. Budanco boleh mengendalikan suatu regu dengan syarat ia pernah duduk di bangku sekolah dasar. Keberadaannya akan memudahkan pengorganisasian dan proses koordinasi.
  5. Giyuhei : Anggota PETA yang belum pernah sekolah boleh saja bergabung. Namun mereka harus rela diberi tugas apa saja karena bergabungnya dia hanya diakui sebagai prajurit sukarela yang berada di hirarki paling bawah struktur organisasi PETA.

Pembubaran PETA

Karena para pemimpin dan anggota PETA memang sejak awal berusaha memperalat organisasi ini agar memerdekakan Hindia Belanda, timbullah beberapa kejadian yang di luar dugaan. Salah satu kejadian yang sangat terkenal dalam sejarah kemerdekaan Indonesia ialah peristiwa pemberontakan PETA di Blitar yang dipimpin oleh Soepriyadi.

Pemberontakan PETA terjadi sebelum Indonesia Merdeka, beda dengan penyebab perlawanan 10 November, penyebab pertempuran Bandung lautan api atau peristiwa Medan Area. Tepatnya, Soepriyadi mengerahkan tentara PETAnya di tanggal 14 Februari 1945 untuk melakukan pemberontakan pada pemerintah Jepang.

Yang tidak disukai oleh sejarah adalah hilangnya Soepriyadi ketika tentaranya tertangkap. Hanya Muradi, koordinator lapangan pemberontakan PETA sajalah yang sampai titik darah penghabisan mengawal tentaranya ke tiang hukuman. Para pemberontak disiksa habis-habisan oleh Kempetai (Polisi Jepang) sembari menunggu pemenggalannya di daerah Ancol, Jakarta pada tanggal 16 Mei 1945.

Baca juga :

Pembubaran PETA dilaksanakan sehari setelah proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Presiden Soekarno menyetujui dibubarkannya PETA karena ingin membuktika pada dunia bahwa Indonesia merdeka di atas kaki sendiri. Sehingga setiap senjata yang dipakai untuk melawan negara mana pun nantinya adalah senjata milik sendiri dengan prajurit dari dalam negeri sendiri. Sama sekali tidak ada pengaruh Jepang dalam setiap usaha kemerdekaan. Karenanya, para Daidanco banyak yang meletakkan senjatanya.

Resminya pembubaran PETA dilakukan secara baik-baik tanpa ada kerusuhan. Pada tanggal 19 Agustus 1945, Letnan Jenderal Nagano Yuichiro yang menjadi panglima terakhir pasukan Jepang di Indonesia memberikan pidato perpisahan. Pidato tersebut sekaligus memutus hubungan PETA yang memperjuangkan kemerdekaan sekaligus membantu mempertahankan Jepang. Dengan begitu, bubarlah PETA dan mandirilah kesatuan militer Indonesia.

Para bekas tentara PETA banyak yang kemudian terjun di dunia militer Indonesia. Beberapa di antaranya menjadi petinggi, dan beberapa di antaranya tidak terlalu dikenal namanya. Namun, dikenal atau tidak mereka telah memberikan sumbangan besar terhadap pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang sekarang dikenal dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

The post Sejarah PETA (Pembela Tanah Air) – Latar Belakang dan Pembubarannya appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Masa Penjajahan Jepang di Indonesia /indonesia/masa-penjajahan-jepang-di-indonesia Wed, 02 Nov 2016 03:26:52 +0000 /?p=269 Tahun 1942, Jepang melakukan penaklukan terhadap Asia Tenggara. Memasuki Nusantara, Jepang memberikan bantuan kepada penduduk, yaitu faksi Sumatera untuk melakukan revolusi dan serangan kepada pemerintah kolonial Belanda. Belanda yang sebelumnya…

The post Masa Penjajahan Jepang di Indonesia appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Tahun 1942, Jepang melakukan penaklukan terhadap Asia Tenggara. Memasuki Nusantara, Jepang memberikan bantuan kepada penduduk, yaitu faksi Sumatera untuk melakukan revolusi dan serangan kepada pemerintah kolonial Belanda. Belanda yang sebelumnya sudah diduduki oleh Nazi Jerman pada awal Perang Dunia II, akhirnya kalah dan memutuskan untuk menyerah. Dengan demikian, pada tahun inilah Jepang mulai melakukan penjajahan di Indonesia. Tiga setengah tahun berikutnya, penjajahan Jepang berakhir, tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945, yaitu hari dibacakannya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan M. Hatta atas nama bangsa Indonesia.

Kekuasaan Jepang di Indonesia

Secara resmi Jepang telah menguasai Indonesia sejak 8 Maret 1942 ketika Panglima Tertinggi Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat di Kalijati, Bandung. Jepang berhasil menduduki Hindia-Belanda dengan tujuan untuk menguasai sumber-sumber alam, terutama minyak bumi, guna mendukung potensi perang Jepang serta mendukung industrinya. Jawa dijadikan sebagai pusat penyediaan seluruh operasi militer di Asia Tenggara, dan Sumatera menjadi sumber minyak utama.

Artikel Terkait:

Jepang tanpa banyak menemui perlawanan berhasil menduduki Indonesia. Bahkan, bangsa  Indonesia menyambut kedatangan bala tentara Jepang dengan perasaan senang dan gembira karena berpikir Jepang telah membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan kolonial Belanda.

Pada awal pergerakannya, pemerintah militer Jepang bersikap baik terhadap bangsa Indonesia dengan mengaku sebagai saudara tua bangsa Indonesia. Tetapi akhirnya sikap baik itu berubah setelah sekian waktu Jepang menduduki Indonesia. Apa yang ditetapkan pemerintah Jepang seolah mendukung kemerdekaan Indonesia. Padahal sebenarnya Jepang berlaku demikian demi kepentingan pemerintahannya yang pada saat itu sedang menghadapi perang. Apalagi setelah Jepang mengetahui harapan yang besar dari Indonesia untuk mencapai kemerdekaan, mereka mulai menciptakan propaganda-propaganda untuk menaruh kepercayaan pada hati bangsa Indonesia. Jepang pun terlihat seolah-olah memihak pada kepentingan bangsa Indonesia.

Untuk memengaruhi masyarakat Indonesia, agar mau membantu Jepang maka Jepang melakukan berbagai cara antara lain sebagai berikut:

  1. Mendera merah putih diizinkan berkibar.
  2. Lagu Indonesia Raya diizinkan untuk dinyanyikan.
  3. Bahasa Indonesia diizinkan digunakan sebagai bahasa pengantar.
  4. Mendirikan berbagai organisasi.

Selain upaya-upaya berlaku manis, Jepang juga membentuk organisasi yang akan memperkuat keyakinan Indonesia bahwa Jepang berada di pihaknya. Organisasi-organisasi tersebut antara lain:

  1. Gerakan Tiga A, merupakan organisasi pertama yang didirikan Jepang pada 29 April 1942 yang dipimpin oleh Mr. Syamsuddin.
  2. Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) atau Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) dibentuk pada 22 November 1943, dibawah pimpinan K.H Hasyim Asy’ari, menjadi organisasi Islam yang didirikan oleh Jepang.
  3. Putera (Pusat Tenaga Rakyat), didirikan pada 1 Maret 1942. Organisasi ini dipimpin oleh empat serangkai, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur.
  4. Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa), didirikan pada 8 Januari 1944. Organisasi ini dipimpin oleh pejabat-pejabat Jepang.

Propoganda terkenal yang diusung Jepang adalah gerakan tiga A. Propoganda gerakan tiga A tersebut yaitu:

  1. Jepang pelindung Asia
  2. Jepang pemimpin Asia
  3. Jepang cahaya Asia

Pada awal gerakan tiga A dikenalkan kepada masyarakat Indonesia, terlihat bahwa pemerintah Jepang menjanjikan kemerdekaan bagi Indonesia. Tetapi gerakan Tiga A hanya bertahan sementara. Penyebabnya adalah kurangnya simpati masyarakat Indonesia terhadap gerakan itu. Sebagai gantinya, pemerintah Jepang menawarkan kerja sama yang menarik, yaitu membebaskan pemimpin-pemimpin Indonesia yang ditahan Belanda, seperti Ir. Soekarno, Drs. Moch. Hatta, Sutan Syahrir dan lain-lain.

Pengalaman dari penjajahan Jepang di Indonesia sangat beragam, tergantung di mana penduduk itu tinggal dan bagaimana status sosial orang tersebut. Jika tinggal di daerah yang berkepentingan dalam perang, akan mendapat siksaan, yang wanita akan dijadikan budak seks, penahanan liar atau sembarangan, memberikan hukuman mati, hingga kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda adalah sasaran utama dalam penguasaan Jepang.

Sebagai negara imperialis baru, Jepang membutuhkan bahan-bahan mentah untuk memenuhi kebutuhan industrinya dan pasar bagi barang-barang industrinya. Mereka dapat memenuhi industri dengan mengolah tanah atau daerah jajahan itu. Demikianlah jelasnya tujuan kedatangan bala tentara Jepang ke Indonesia. Mereka ingin menanamkan kekuasaannya, dengan kata lain untuk menjajah Indonesia.

Jepang semakin jelas menjajah Indonesia setelah sumber-sumber ekonomi dikontrol secara ketat oleh pasukan Jepang. Pengontrolan ini dilakukan untuk kepentingan perang dan kemajuan industri Jepang. Cara-cara yang mereka lakukan adalah:

  1. Mengadakan romusha. Tidak sedikit para pemuda yang ditangkap dan dijadikan romusha. Romusha adalah tenaga kerja paksa yang diambil dari para pemuda dan petani untuk bekerja paksa pada proyek-proyek yang dikembangkan pemerintah pendudukan Jepang. Banyak rakyat kita yang meninggal ketika menjalankan romusha, karena umumnya mereka menderita kelaparan dan berbagai penyakit.
  2. Para petani diawasi secara ketat dan hasil-hasil pertanian harus diserahkan kepada pemerintah Balatentara Jepang.
  3. Hewan peliharaan penduduk dirampas secara paksa untuk dipotong guna memenuhi kebutuhan konsumsi perang.

Selain itu, Jepang memberlakukan sistem kerja paksa atau romusha untuk membangun jalan, jembatan, dan lapangan udara. Mereka tidak hanya dipekerjakan di dalam negeri tetapi juga dikirim ke Malaysia, Vietnam, Myanmar, dan Thailand. Mereka bekerja tanpa upah dan tanpa makanan yang cukup. Meskipun Jepang hanya berkuasa selama tiga setengah tahun di Indonesia, namun beban penderitaan yang dirasakan penduduk Indonesia seperti dijajah ratusan tahun.

Artikel Terkait:

Pada tahun 1943, Jepang memerlukan tambahan tentara untuk membantunya melawan kekuatan Amerika dan sekutunya karena tentara Jepang sendiri mulai terdesak. Hal tersebut mendorong Jepang untuk memberikan latihan kemiliteran. Jepang berharap organisasi kemiliteran yang telah dibentuk akan dapat membantu Jepang melawan sekutu. Organisasi kemiliteran yang dibentuk Jepang, di antaranya sebagai berikut.

  1. Seinendan (Barisan Pemuda), beranggotakan pemuda berusia antara 14-22 tahun.
  2. Keibodan (Barisan Pembantu Polisi), beranggotakan pemuda berusia 26-35 tahun.
  3. Heiho (Pembantu Prajurit Jepang), anggota Heiho ditempatkan dalam kesatuan tentara Jepang sehingga bannyak dikerahkan ke medan perang.
  4. Pembela Tanah Air (PETA), dibentuk pada 3 Oktober 1943. Calon perwira PETA mendapatkan pelatihan di Bogor. Tujuan didirikannya PETA adalah untuk mempertahankan wilayah masing-masing.
  5. Fujinkai (Barisan Perhimpunan Wanita), Suishintai (Barisan Pelopor), Jibakutai (Barisan Berani Mati),
  6. Seinentai (Barisan Murid Sekolah dasar), Gakukotai (Barisan Murid Sekolah dan Lanjutan), dan Hizbullah (Organisasi pemuda-pemuda Islam yang dididik militer).

Menyerahnya Jepang Kepada Sekutu

Amerika Serikat membalas serangan Jepang dengan menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima, Jepang pada 6 Agustus 1945. Berikutnya, pada 9 Agustus 1945, Amerika Serikat melakukan pengeboman lanjutan di kota Nagasaki, Jepang. Jepang mengabarkan bahwa pasukannya berada di ambang kekalahan. Jepang kemudian berjanji akan segera menghadiahkan kemerdekaan kepada Indonesia.

Pada 15 Agustus 1945, Jepang menyatakan menyerah kepada Sekutu. Setelah mendengar kabar menyerahnya Jepang, golongan muda Indonesia segera mendesak golongan tua untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Para pejuang kemerdekaan Indonesia telah melakukan persidangan-persidangan BPUPKI (badan bentukan Jepang untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia), hanya pernyataan proklamasi saja yang belum dilakukan.

Bahkan, pada 16 Agustus 1945, PPKI (panitia yang melanjutkan tugas BPUPKI) menggagalkan persidangan karena adanya desakan dari golongan muda untuk segera memerdekakan Indonesia. Tanggal 17 Agustus 1945, setelah melewati peristiwa-peristiwa bersejarah demi mencapai kemerdekaan, akhirnya Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Dengan demikian berakhirlah penjajahan Jepang di Indonesia.

The post Masa Penjajahan Jepang di Indonesia appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>