perang kemerdekaan – Sejarah Lengkap Sejarahwan Sat, 18 Jan 2020 04:27:15 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=5.3.2 Sejarah Perang Aceh Melawan Belanda /indonesia/kemerdekaan/sejarah-perang-aceh-melawan-belanda-2 Sat, 18 Jan 2020 04:27:14 +0000 /?p=5476 Perang Aceh adalah salah satu dari banyaknya perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan Belanda yang terjadi jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Perang Aceh yang terjadi pada tahun 1873 – 1904 adalah perang…

The post Sejarah Perang Aceh Melawan Belanda appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Perang Aceh adalah salah satu dari banyaknya perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan Belanda yang terjadi jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Perang Aceh yang terjadi pada tahun 1873 – 1904 adalah perang antara Kesultanan Aceh melawan Belanda.

Pernyataan perang Belanda terhadap Aceh terjadi pada 26 Maret 1873 dan mulai menembakkan meriam dari kapal perang Citadel van Antwerpen ke daratan Aceh. Sejarah perang Aceh menjadi peperangan yang paling lama dan besar yang pernah dilakukan bangsa Indonesia.

Bahkan setelah Kesultanan Aceh menyatakan menyerah pada 1904, perlawanan secara gerilya dan acak masih dilakukan oleh rakyat Aceh sehingga total waktu peperangan sebenarnya memakan waktu 69 tahun sejak 1873 – 1942.

Konon dalam sejarah perang Aceh menelan korban hingga 100 ribu orang dari kedua pihak sejak penyerbuan Belanda di Pantai Ceureumen pada April 1873.

Pada penyerbuan yang dipimpin oleh Johan Harmen Rudolf Kohler yang langsung menguasai Masjid Raya Baiturrahman tersebut, konon sekitar 37.500 orang dari pihak Belanda tewas, 70.000 orang dari Aceh tewas dan 500.000 orang mengalami luka – luka.

Perjanjian Belanda dan Inggris Raya

Pada tahun 1824 Belanda dan Britania Raya mengadakan perjanjian London mengenai batas – batas kekuasaan di Asia Tenggara mengacu pada garis lintang Singapura. Kedua negara tersebut mengakui kedaulatan Aceh dalam perjanjian.

Namun pada 1858 Sultan Ismail menyerahkan wilayah Deli, Langkat, Asahan dan Serdang kepada Belanda. Padahal semua daerah tersebut telah menjadi wilayah kekuasaan Aceh sejak Sultan Iskandar Muda berkuasa.

Aceh kemudian menuduh Belanda tidak menepati janji sehingga menenggelamkan kapal – kapal Belanda yang lewat perairan wilayah Aceh. Perairan Aceh menjadi sangat penting untuk lalu lintas perdagangan sejak dibukanya Terusan Suez oleh Ferdinand de Lesseps.

Kemudian perjanjian London 1871 kembali disepakati antara Inggris dan Belanda. Isi perjanjian tersebut bahwa Britania tidak keberatan pada tindakan Belanda untuk memperluas dominasinya di Sumatera dan membatalkan perjanjian tahun 1824.

Belanda harus menjaga keamanan lalu lintas di Selat Malaka, dan mengizinkan Britania bebas untuk berdagang di Siak, juga menyerahkan wilayah Guyana Barat kepada Britania. Aceh kemudian menjalin hubungan diplomatik dengan konsul Amerika Serikat, Kerajaan Italia, dan Kesultanan Usmaniyah di Singapura, dan mengirim utusan ke Turki Utsmani pada 1871.

Kegiatan diplomatik Aceh tersebut justru dijadikan alasan bagi Belanda untuk melakukan penyerangan ke Aceh. Walaupun Presiden Dewan Hindia Frederik Nicolaas Nieuwenhuijzen datang ke Aceh dengan membawa dua kapal perang, Sultan Mahmud Syah menolak menghentikan usaha diplomatiknya sehingga memicu pernyataan perang yang pada akhirnya menjadi penyebab perang Aceh dari Nieuwenhuijzen.

Terjadinya Perang Aceh

Perang Aceh terjadi dalam beberapa fase sepanjang puluhan tahun tersebut seperti berikut ini:

  • Perang Aceh Pertama (1873 – 1874)

Perang ini dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Mahmud Syah, melawan Belanda yang berada di bawah kepemimpinan Mayr Jenderal Kohler. Mereka dapat mengalahkan Kohler dan 3000 orang prajuritnya, bahkan Kohler tewas pada 14 April 1873. Perang lalu berkecamuk di mana – mana sepuluh hari setelahnya.

Perang paling besar terjadi untuk merebut kembali Masjid Raya Baiturrahman bersama bantuan dari beberapa kelompok pasukan dari Peukan Aceh, Lambhuk, Lampu’uk, Peukan Bada, Lambada, Krueng Raya. Pasukan Belanda lalu dipimpin oleh Mayor Jenderal Van Swieten.

  • Perang Aceh Kedua (1874 – 1880)

Sejarah perang Aceh memasuki babak kedua dimana Belanda dibawah pimpinan Jenderal Jan van Swieten berhasil menduduki Keraton Sultan pada 26 Januari 1874. Keraton dijadikan sebagai pusat pertahanan Belanda, untungnya sebelum itu Sultan dan keluarganya sudah melarikan diri ke Lheungbata.

KNIL mengumumkan perang kedua pada 20 November 1873 sesudah kegagalan pada perang pertama. Belanda pada saat itu sedang mencoba menguasai seluruh Indonesia, bergerak pada November 1873 – April 1874. Pada bulan Januari 1874 Belanda berpikir bahwa mereka sudah menang perang sehingga mengumumkan pembubaran Kesultanan Aceh.

Namun pihak Aceh masih melawan, walaupun Sultan Mahmud Syah dan pengikutnya telah melarikan diri ke bukit dan Sultan meninggal akibat kolera pada 26 Januari 1874. Para ulama Aceh membentuk pasukan Jihad dipimpin Teuku Cik Di Tiro, sedangkan rakyat membentuk pasukan besar dibawah pimpinan Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien.

Ketiganya kemudian diangkat sebagai pahlawan nasional dari Aceh. Tuanku Muhammad Daud Syah yang masih belia kemudian diumumkan sebagai Sultan Ibrahim Mansyur Syah (1874 – 1903) dalam sejarah Kesultanan Aceh Darussalam.

Perang Aceh Ketiga (1881 – 1899)

Dalam sejarah perang Aceh ketiga, perang dilanjutkan melalui cara gerilya berupa perang fisabilillah. Perang gerilya berlangsung hingga 1903, yang dipimpin Teuku Umar, Panglima Polim dan Sultan Aceh. Teuku Umar terus memimpin serangan ke pos – pos Belanda hingga dapat menguasai Meulaboh pada 1882.

Belanda sampai menggunakan pasukan khusus bernama Korps Marechaussee te Voet, tentara kerajaan Hindia Belanda. Mereka bukan tentara Belanda asli melainkan para serdadu bayaran Indonesia yang berasal dari Jawa serta Maluku yang sudah dilatih oleh Belanda.

Penyerbuan terus dilakukan ke daerah – daerah kekuasaan Belanda. Pada tahun 1899 pasukan Aceh diserang mendadak oleh pihak Van der Dussen di Meulaboh dan Teuku Umar gugur. Cut Nyak Dhien kemudian melanjutkan perjuangan sebagai komandan gerilya, seperti penyebab peristiwa Aceh 1990 dan bangunan bersejarah di Aceh.

Siasat Curang Belanda

Dr. Christiaan Snouck Hurgronje diutus oleh Belanda untuk menyusup ke masyarakat Aceh dan menyamar selama 2 tahun. Sebelumnya ia diharuskan mempelajari tentang Islam selama beberapa waktu sehingga fasih berbahasa Arab. Hasil pengamatannya ia gunakan untuk memberi rekomendasi kepada pasukan Belanda mengenai bagaimana cara mengalahkan rakyat Aceh.

Ia mengusulkan kepada Gubernur Militer Belanda Joannes Benedictus van Heutsz (1898 – 1904) agar Sultan dan pengikutnya yang berkedudukan di Keumala diabaikan dulu dan memfokuskan siasat dengan menyerang kaum ulama.

Ia juga mengatakan agar jangan berunding dengan para pemimpin gerilya, mendirikan pangkalan di Aceh Raya, dan menunjukkan niat baik dengan mendirikan mushala, langgar, masjid, memperbaiki sistem pengairan, dan membantu pekerjaan sosial rakyat Aceh. Usulan ini diterima oleh Van Heutz yang mengangkat Snouck sebagai penasihatnya.

Van Heutz meniru taktik perang rakyat Aceh secara gerilya dan pasukan Marechaussee pimpinan Hans Christoffel hingga mereka menguasai pegunungan dan hutan rimba raya Aceh selagi mencari para gerilyawan Aceh. Berikutnya Belanda menculik salah satu anggota keluarga pejuang Aceh, seperti penculikan permaisuri Sultan dan Tengku Putroe pada 1902.

Putera Sultan Tuanku Ibrahim ditawan oleh Van der Maaten hingga Sultan menyerah pada 5 Januari 1902. Belanda juga menangkap putra Panglima Polim, Cut Po Radeu, dan beberapa keluarga terdekat Panglima Polim sampai menyerah pada Desember 1903. Setelah itu, banyak para pemimpin rakyat yang ikut menyerah.

Taktik Belanda yang paling kejam dalam sejarah perang Aceh terjadi ketika dilakukan pembunuhan rakyat Aceh yang dipimpin Gotfried Coenraad Ernst van Daalen, pengganti Van Heutz. Terjadi pembunuhan terhadap 2.922 orang di Kuta Reh dengan rincian 1.773 lelaki dan 1.149 wanita.

Cut Nyak Dhien juga berhasil ditangkap dan diasingkan ke Sumedang. Van Heutz sebelumnya telah menyiapkan traktat pendek yang harus ditandatangani oleh para pemimpin Aceh yang menyerah.

Dalam perjanjian tersebut, Sultan Aceh mengakui bahwa daerahnya menjadi bagian dari Hindia Belanda, tidak akan mengadakan hubungan dengan kekuasaan lain di luar negeri, mematuhi seluruh perintah Belanda. Sultan Muhammad Dawood Syah kemudian diasingkan ke Batavia dan meninggal 6 Februari 1939, dimakamkan di TPU Utan Kayu, Rawamangun, Jakarta Timur.

Sejarah perang Aceh melawan Belanda menurut sejumlah sumber berlangsung hingga tahun 1904, yaitu hingga runtuhnya sejarah kerajaan Aceh. Namun berbagai perlawanan masih tetap dilakukan rakyat Aceh secara kelompok dan perorangan hingga menjelang kedatangan Jepang ke Indonesia.

The post Sejarah Perang Aceh Melawan Belanda appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
7 Makna Perjanjian Renville Bagi Indonesia dan Isinya /indonesia/kemerdekaan/pasca-kemerdekaan/__trashed Thu, 14 Nov 2019 06:38:24 +0000 /?p=5445 Sejarah Perjanjian Renville dilakukan antara Indonesia dan Belanda pada tanggal 17 Januari 1948 di atas geladak kapal perang Amerika Serikat USS Renville yang digunakan sebagai lokasi netral. Kapal tersebut berlabuh…

The post 7 Makna Perjanjian Renville Bagi Indonesia dan Isinya appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Perjanjian Renville dilakukan antara Indonesia dan Belanda pada tanggal 17 Januari 1948 di atas geladak kapal perang Amerika Serikat USS Renville yang digunakan sebagai lokasi netral. Kapal tersebut berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Perundingan dimulai pada tanggal 8 Desember 1947 dengan mediasi oleh Komisi Tiga Negara (KTN), Committee of Good Offices for Indonesia yang beranggotakan Amerika Serikat, Belgia dan Australia. Perjanjian Renville diadakan untuk menyelesaikan perselisihan setelah perjanjian Linggarjati di tahun 1946, yang berisi batas antara wilayah Indonesia dengan Belanda yang dinamakan Garis van Mook.

Tanggal 1 Agustus 1947 dikeluarkan resolusi gencatan senjata antara Belanda dan Indonesia oleh Dewan Keamanan PBB. Pada 5 Agustus, Gubernur Jenderal Belanda Van Mook memerintahkan gencatan senjata. Kemudian pada 25 Agustus DK PBB kembali mengeluarkan resolusi berdasarkan usulan AS bahwa DK akan menyelesaikan konflik yang terjadi antara Indonesia dan Belanda secara damai dengan pembentukan KTN. Tanggal 29 Agustus, Belanda mengumumkan garis Van Mook yang menjadi pembatas wilayah Indonesia dan Belanda. Wilayah RI menjadi hanya sepertiga Pulau Jawa dan kebanyakan pulau di Sumatera tetapi tidak mendapatkan wilayah utama penghasil bahan makanan. Belanda juga melakukan blokade untuk mencegah masuknya persenjataan, makanan dan pakaian ke wilayah Indonesia.

Isi Perjanjian Renville

Situasi yang memanas antara Indonesia dan Belanda setelah Belanda melanggar perjanjian Linggarjati menjadi latar belakang perjanjian Renville. Dampak agresi militer Belanda 1 yang dilakukan untuk tidak mengakui tujuan perjanjian Linggarjati tersebut telah membawa kemarahan Indonesia dan dunia luar termasuk sekutu Belanda sekalipun yaitu AS dan Inggris. Australia dan India kemudian mengusulkan pembahasan situasi di Indonesia dalam rapat DK PBB. Kemudian pada tanggal 1 Agustus 1947, DK PBB mendesak gencatan senjata.

Walaupun pemerintah RI dan Belanda sudah bersepakat pada 17 Agustus 1947 untuk menghentikan gencatan senjata sebelum perundingan Renville, tetapi masih terjadi pertempuran antara tentara Belanda dengan laskar rakyat yang bukan TNI, bahkan sesekali pasukan TNI juga terlibat seperti dalam peristiwa Karawang dan Bekasi. Isi perjanjian Renville yaitu:

  • Belanda hanya mengakui Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Sumatra sebagai wilayah Republik Indonesia.
  • Sebuah garis demarkasi disetujui untuk memisahkan wilayah Indonesia dan daerah pendudukan bagian Belanda.
  • TNI harus ditarik mundur dari daerah – daerah basisnya di wilayah pendudukan Jawa Barat dan Jawa Timur.

Makna Perundingan Renville Bagi Rakyat Indonesia

Delegasi Indonesia dalam perundingan diwakili oleh Perdana Menteri Amir Syarifuddin Harahap dan wakilnya Dr. Johannes Leimena, Ali Sastroamijoyo, H. Agus Salim, Dr. Coatik Len, dan Nasrun. Sedangkan kerajaan Belanda dipimpin Kolonel KNIL Abdulkadir Widjojoatmodjo, Mr. H. A.L. Van Vredenburg, Dr. P.J. Koets, dan Mr. Dr. Chr. Soumokil. Sementara AS yang menjadi mediator sebagai anggota PBB dipimpin oleh Frank Porter Graham, Paul van Zeeland, dan Richard Kirby. Perundingan Renville telah membawa berbagai akibat bagi kehidupan rakyat Indonesia, dan makna perjanjian Renville tersebut terjadi dalam beberapa situasi berikut ini.

1. Indonesia tidak lagi menjadi negara kesatuan

Makna perjanjian Renville bagi Indonesia adalah bahwa bentuk negara terpaksa berubah menjadi perserikatan. Padahal awalnya Indonesia memproklamirkan diri sebagai negara kesatuan dengan Presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan, namun karena isi perundingan maka Indonesia menjadi terpecah dan terbagi menjadi beberapa negara bagian dalam Republik Indonesia Serikat (RIS). RIS adalah bagian dari negara persemakmuran Belanda , dan perubahan bentuk pemerintahan ini adalah syarat yang diajukan oleh Belanda agar mau mengakui kedaulatan Indonesia. Tetapi hal ini berarti Indonesia tidak sepenuhnya berdaulat karena masih berada di bawah pemerintahan kerajaan Belanda.

2. Perubahan sistem pemerintahan dan konstitusi

Tidak hanya bentuk negara yang berubah, namun makna perjanjian Renville juga membuat Indonesia harus merubah berbagai sistem pemerintahan dan konstitusi. Sistem presidensial yang sebelumnya dianut harus berubah ke sistem parlementer, yang artinya presiden hanya menjadi kepala negara dan bukan lagi kepala pemerintahan. Seorang perdana menteri akan memimpin pemerintahan dalam sistem parlementer. Maka Soekarno kembali terpilih sebagai Presiden dan Amir Syarifuddin sebagai Perdana Menteri. Amir Syarifuddin sebelumnya sudah memimpin kabinet peralihan setelah kegagalan kabinet Syahrir yang terjadi setelah perjanjian Linggarjati. Setelah itu terbentuk kabinet Amir Syarifuddin II.

3. Rakyat bereaksi keras pada perubahan kabinet

Kabinet yang baru terbentuk dianggap memiliki kebijakan yang pro Belanda dan memberatkan rakyat sehingga banyak partai politik yang memprotes kebijakan pemerintahan baru. Mereka bahkan menarik wakil – wakilnya dari dalam kabinet. Rakyat menganggap Amir Syarifuddin telah menjual Indonesia kepada Belanda. Pada akhirnya, kabinet tidak bertahan lama dan dibubarkan. Mandat diserahkan kembali kepada Presiden oleh Amir Syarifuddin pada 23 Januari 1948.

4. Berkurangnya wilayah RI

Makna dari perjanjian Renville semakin memperkecil wilayah kekuasaan pemerintah Indonesia, lebih kecil daripada yang sebelumnya disepakati dalam perjanjian Linggarjati. Ini adalah contoh kerugian  perjanjian Linggarjati. Jika sebelumnya wilayah Indonesia meliputi Jawa, Sumatera dan Madura, setelah Renville justru berkurang menjadi sebagian Sumatera, Jawa Tengah dan Madura. Indonesia harus melepaskan wilayah yang diduduki Belanda pada agresi militer Belanda I.

5. Belanda memblokade ekonomi Indonesia

Makna perjanjian Renville mendatangkan kesulitan baru bagi rakyat Indonesia karena Belanda mengekang kondisi perekonomian. Pendudukan Belanda di Jawa Barat misalnya sangat berdampak bagi kegiatan perekonomian Indonesia. Selain itu, Belanda menekan bidang ekonomi agar para pejuang kesulitan untuk melawan dan menyerah kepada mereka. Kondisi itu diperparah karena Indonesia masih berada dalam kekuasaan Belanda selama masa peralihan menjadi RIS. Di Jawa, kekuasaan Indonesia yang menyusut sebanyak hampir sepertiga dan di Sumatera banyak wilayah pertanian paling subur direbut Belanda sehingga pemerintah Indonesia kekurangan hasil panen beras hingga berpuluh – puluh kuintal yang tercantum dalam memorandum PBB nomor S/649.

6. Kekuatan militer Indonesia melemah

Kekuatan pasukan Indonesia yang melemah adalah satu lagi makna perjanjian Renville yang sangat merugikan. Indonesia harus menarik pasukannya dari wilayah yang menjadi bagian Belanda, dan dari daerah yang dihuni penduduk sipil. Namun pasukan Indonesia tidak menyerah begitu saja dan diam – diam masih melakukan gerilya. Pada bulan Februari 1948, Divisi Siliwangi hijrah ke Jawa Tengah dan dijuluki Pasukan Hijrah oleh masyarakat kota Yogyakarta. Perjalanan mereka dikenal dengan nama Long March Siliwangi, suatu perjalanan yang jauh dan melelahkan bagi para tentara Siliwangi.

7. Pembentukan negara boneka

Makna perjanjian Renville sukses membuat wilayah Indonesia yang tadinya merupakan negara kesatuan menjadi terpecah belah. Belanda membentuk negara persemakmuran dengan nama BFO atau Bijeenkomst voor Federal Overlag. Beberapa anggotanya adalah Negara Madura, Negara Borneo Barat, Negara Sumatera Timur, dan Negara Jawa Timur. Mereka juga lebih berpihak kepada Belanda daripada kepada Indonesia, karena itu dijuluki negara boneka Belanda.

Makna dari perjanjian Renville hingga sekarang tercatat sebagai perjanjian yang paling tidak membawa keuntungan bagi Indonesia. Perekonomian yang semakin kritis, kejatuhan kabinet Sjahrir, juga pemberontakan Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo terjadi setelah perjanjian tersebut. Kartoswiryo dan pasukannya menolak hasil perundingan dan menolak keluar dari Jawa Barat yang sudah menjadi wilayah Belanda, dan mendirikan DI/TII sebagai negara baru berideologi Islam. Belanda bahkan masih mengingkari perjanjian dengan agresi militer Belanda 2. Berbagai perundingan masih dijalani Indonesia sebelum benar – benar mendapatkan kedaulatan sebagai negara yang merdeka sepenuhnya.

The post 7 Makna Perjanjian Renville Bagi Indonesia dan Isinya appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Kemerdekaan Argentina Dari Penjajahan Spanyol /dunia/negara/sejarah-kemerdekaan-argentina Thu, 21 Feb 2019 02:46:20 +0000 /?p=2686 Argentina pada awalnya ditinggali oleh banyak suku, gelombang pertama yang besar tiba ketika kerajaan Inca diinvasi pada 1480. Perang kemerdekaan Argentina terjadi pada kurun waktu 1810 – 1818 oleh patriot…

The post Sejarah Kemerdekaan Argentina Dari Penjajahan Spanyol appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Argentina pada awalnya ditinggali oleh banyak suku, gelombang pertama yang besar tiba ketika kerajaan Inca diinvasi pada 1480. Perang kemerdekaan Argentina terjadi pada kurun waktu 1810 – 1818 oleh patriot Argentina yang dipimpin oleh Manuel Belgrano, Juan Jose Castelli dan Jose de San Martin melawan pasukan yang royal pada tahta Spanyol. Pada 9 Juli 1816 sebuah pertemuan diadakan di San Miguel de Tucuman.

Tujuan pertemuan tersebut untuk mendeklarasikan kemerdekaan penuh dengan ketentuan pada konstitusi nasional. Wilayah Argentina modern merupakan bagian dari Viceroyalty of the Rio de la Plata kerajaan Spanyol. Pada saat perang kemerdekaan Argentina, Uruguay, Paraguay dan Bolivia juga mulai mendorong keinginan mereka untuk otonomi selama konflik berlangsung dan menjadi negara merdeka setelahnya.

Latar Belakang Kemerdekaan Argentina

Ketika bangsa Spanyol pertama tiba di Argentina pada awal tahun 1500an, area tersebut diisi oleh banyak kelompok asli yang berbeda, dengan masing – masing bahasa dan budayanya sendiri. Di bagian barat laut Argentina, populasi lokal telah ditaklukkan oleh pasukan Inca dan mendirikan kerajaan mereka sendiri pada 1480. Setelah penaklukkan Spanyol, area Amerika dibagi menjadi dua bagian yang mewakili langsung Raja Spanyol, yaitu Viceroyalty Of New Spain yang didirikan pertama setelah kejatuhan Aztec pada 1521.

Wilayah ini termasuk koloni Spanyol di Amerika Utara, Kuba, Puerto Rico, Filipina, sebagian besar Amerika Tengah. Wilayah kedua adalah Viceroyalty of Peru yang didirikan setelah kejatuhan kerajaan Inca pada 1534, termasuk Panama dan hampir semua bagian Amerika Selatan dengan sebagian kecil berupa Brazil dikuasai Portugis. Argentina yang kita kenal sekarang adalah bagian dari Viceroyalty of Peru yang beribukota di Lima.

Pada abad ke 18 Spanyol memisahkan Viceroyalty of Peru menjadi dua bagian baru yaitu New Granada dan Rio de la Plata. Viceroyalty of Rio de la Plata didirikan pada 1776 dengan ibukota Buenos Aires, mencakup Argentina modern, Uruguay, Bolivia dan sebagian Brazil. Dalam struktur politik yang disusun Spanyol, kebanyakan orang yang dipilih monarki untuk menduduki posisi penting disebut peninsulares yaitu orang – orang yang lahir di Spanyol, yang membuat marah para Criollos yaitu orang Eropa yang lahir di Amerika Latin. Persaingan ini bersama dengan ide revolusi Amerika dan Perancis serta larangan untuk berdagang dengan negara dan koloni asing, menyalakan api pada hasrat para criollos untuk perubahan sosial.

Kesempatan itu datang pada 1806 ketika tentara Inggris menyerang dan menguasai Buenos Aires. Seorang Viceroy Spanyol yang juga seorang peninsular bernama Rafael de Sobremonte lari dari kota membawa harta rakyat selama pertempuran, menyusul hukum pada 1778 yang menyatakan bahwa harta tersebut harus diamankan dan para viceroy harus menghindari penangkapan selama invasi sehingga mereka tidak dapat dipaksa untuk menyerah. Walaupun hukum ini berlaku, Sobremonte tetap dianggap pengecut. Selama ketidakhadirannya, Santiago de Liniers dapat membebaskan Buenos Aires dari pihak Inggris menggunakan milisi criollo. The Audiencia of Buenos Aires melarang Sobremonte untuk kembali dan menunjuk Liniers sebagai Viceroy interim. Karena takut akan invasi lanjutan maka semua rakyat Buenos Aires termasuk criollo dan para budak dipersenjatai. Ketika Inggris menyerang lagi pada 1807, militer memaksa mereka menyerah.

Invasi Napoleon ke Spanyol

Setelah memenangkan dua pertempuran militer, Linier menjadi pahlawan revolusi dalam sejarah kemerdekaan Argentina. Akan tetapi situasi berubah. Jauh di Eropa, Kaisar Perancis Napoleon Bonaparte menginvasi Spanyol pada 1808 sehingga Raja Spanyol Ferdinand VII turun tahta pada 6 Mei di tahun yang sama. Linier adalah orang Perancis, walaupun ia telah mengabdi pada militer Spanyol selama bertahun – tahun. Nama aslinya adalah Jacques de Linier. Karena itu sebagian orang berpendapat bahwa dengan invasi Napoleon ke Spanyol, maka seorang Perancis tidak memiliki hak untuk menjadi seorang Viceroy di teritori Spanyol.

Seorang peninsular bernama Martin de Alzaga bersama sekelompok peninsular lain dan sebagian kecil criollos memimpin pemberontakan dan mencoba memaksa Linier keluar dari kantornya. Milisi  criollos kemudian mengepung lokasi kejadian dan memaksa para pemberontak untuk mundur. Sebagai hasil dari pemberontakan  yang gagal, milisi pemberontak peninsular dilucuti dan meningkatkan kekuatan dari pasukan criollos. Ketahui juga mengenai makna proklamasi kemerdekaan Indonesia, dan siapa tokoh proklamator Kemerdekaan Indonesia.

Dalam usaha untuk meredakan ketegangan antara peninsular dan criollos, Junta of Seville yang dibentuk di Spanyol setelah invasi Napoleon mengirim Seorang peninsular bernama Baltasar Hidalgo de Cisneros untuk menggantikan Linier sebagai Viceroy of Rio de la Plata pada tahun 1809. Linier tidak memberikan perlawanan apapun. Seiring waktu berlalu, pasukan Perancis semakin mendapatkan kekuasaan atas Spanyol dan akhirnya menguasai Seville pada 1 Februari 1810. Junta of Seville pindah ke Cadiz dan membubarkan diri. Di Buenos Aires, sekelompok pengacara criollo dan pejabat militer segera membuat sebuah pertemuan dewan pada 22 Mei untuk membahas tentang masa depan viceroyalty. Cisneros kemudian ditunjuk sebagai Presiden dari Junta, tetapi mendapat banyak tentangan dari rakyat yang marah diluar gedung dewan yang sekarang dikenal sebagai Plaza de Mayo. Cisneros dipaksa untuk mengundurkan diri.

Pembentukan Primera Junta

Pada 25 Mei 1810, pemerintah independen pertama Argentina bernama Primera Junta dibentuk. Tugas awalnya adalah untuk mengatur viceroyalty atas nama Raja Spanyol yang dimakzulkan, Ferdinand VII namun Spanyol tidak akan pernah mendapatkan kontrol atas negara tersebut lagi. Primera Junta dibentuk oleh perwakilan dari Buenos Aires yang mengirim kabar ke kota – kota lain dalam wilayah koloni untuk mengirimkan perwakilan. Ketahui juga sejarah kemerdekaan India, sejarah kemerdekaan singapura, sejarah kemerdekaan sarawak dan sejarah kemerdekaan korea selatan.

Tetapi kota – kota utama lainnya menolak untuk mengakui Junta yang baru dalam sejarah kemerdekaan Argentina dan terjadi konflik bersenjata antara pemerintah baru dan para loyalis mahkota Spanyol pada 1810. Setelah berperang selama bertahun – tahun dalam beragam front, pada 9 Juli 1816 Kongres Tucuman akhirnya menyatakan kemerdekaan United Provinces of the Rio de la Plata dari Spanyol. Saat ini Argentina merayakan kemerdekaannya walaupun Perang Kemerdekaan Argentina belum mencapai kesimpulan sampai tahun 1818.

Ada dua orang figur penting dalam sejarah kemerdekaan Argentina yaitu Jose de San Martin yang merupakan seorang pahlawan nasional dan Manuel Belgrano, seorang tokoh criollos penting di Buenos Aires. Walaupun sudah menyatakan kemerdekaan, masih ada perang sipil di Argentina selama bertahun – tahun. Mereka pada akhirnya membuat sebuah undang – undang pada 1853 dan pemerintah nasional yang formal pada 1861.

Sejarah kemerdekaan Argentina dirayakan setiap tanggal 25 Mei setiap tahunnya dimana rakyat terus berpartisipasi dalam segala kegiatan untuk memperingatinya. Minggu sebelumnya dikenal sebagai Minggu Mei yang diperingati sebagai peristiwa sejak 18 -25 Mei 1810 ketika serangkaian kejadian politik memicu Revolusi Mei dan pada akhirnya membantu Argentina mendapatkan kemerdekaan dari Spanyol.

Pada awal 1900 an, Argentina berkembang dan menjadi salah satu negara paling kaya di dunia. Walaupun begitu, kemudian muncul masalah ketika kalangan pekerja bawah yang merasa tidak diperlakukan dengan adil dan tidak mempunyai hak bersuara. Keberadaan Juan Domingo Peron kemudian muncul sebagai pentolan gerakan populis yang disebut Peronism. Pada tahun 1946 Peron kemudian terpilih menjadi presiden.

The post Sejarah Kemerdekaan Argentina Dari Penjajahan Spanyol appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Perang Padri Singkat Secara Lengkap /indonesia/sejarah-perang-padri Mon, 01 Oct 2018 10:13:08 +0000 /?p=1371 Perang Padri merupakan perang yang pernah terjadi di Provinsi Sumatera Barat dan sekelilingnya mulau tahun 1803 hingga 1838. Khususnya di wilayah Kerajaan Pagaruyung. Awalnya perang ini terjadi karena perbedaan prinsip…

The post Sejarah Perang Padri Singkat Secara Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Perang Padri merupakan perang yang pernah terjadi di Provinsi Sumatera Barat dan sekelilingnya mulau tahun 1803 hingga 1838. Khususnya di wilayah Kerajaan Pagaruyung. Awalnya perang ini terjadi karena perbedaan prinsip tentang agama tapi lama-lama menjadi perjuangan melawan penjajah. Sejarah penting ini memang terjadi ketika masa penjajahan Belanda di Indonesia. Penjajahan Belanda di Indonesia juga tak terlepas dari sejarah berdirinya VOC. Sebelum Perang Padri, ada sejarah perang kamang yang termasuk perang melawan penjajah.

Sejarah Perang Padri

sejarah perang padriPerang Padri ini tidak beda jauh dengan perang saudara. Maksudnya perang saudara antar sesama penduduk Sumatera Barat. Diawali dengan timbulnya perbedaan pendapat antara sekelompok ahli agama islam yang disebut dengan Kaum Padri dengan Kaum Adat di wilayah Kerajaan Pagaruyung dan sekitarnya. Kaum Padri menilai bahwa kebiasaan Kaum Adat yang berlawanan dengan syariat islam. Kebiasaan yang berlawanan seperti judi, sabung ayam, penggunaan obat terlarang, konsumsi miras dan penggunaan hukum matriarkat untuk pembagian warisan. Padahal sebelumnya Kaum Adat sudah menyatakan diri memeluk islam dan berkata akan meninggalkan kebiasaan yang berlawanan dengan syariat islam. Tingkah Kaum Adat ini membuat Kaum Padri marah sehingga meletuslah perang saudara di tahun 1803. Perang saudara antar sesama Mandailing dan Minang. Pemimpin Kaum Padri adalah Harimau Nan Salapan sementara Kaum Adat dipimpin Sultan Arifin Muningsyah.

Tapi pada tahun 1833, Perang Padri berubah dari perang saudara menjadi perang melawan penjajah. Awal mulanya karena Kaum Adat yang terdesak malah memohon bantuan pada Belanda di tahun 1821. Sayangnya, keterlibatan Belanda membuat keadaan semakin kacau dan ruwet. Belanda malah terlalu mencampuri Kaum Adat. Daripada menghadapi dua musuh yang sama yaitu Kaum Padri dan Belanda, Kaum Adat mulai melawan Belanda dan bergabung dengan Kaum Padri. Akhirnya etnis Minang dan Mandailing bersatu untuk mengalahkan penjajah bersama-sama.

Perang Padri adalah peperangan melawan penjajah yang mengorbankan banyak hal. Mulai waktu yang cukup lama, harta benda dan banyak jiwa. Hasil akhir dari peperangan ini akhirnya dimenangkan oleh Belanda. Dampak lainnya seperti runtuhnya Kerajaan Pagaruyung, menurunnya ekonomi masyarakat Minang dan membuat orang-orang berpindah dari area konflik.

Sebab Terjadinya Sejarah Perang Padri

Latar belakang Perang Padri sebenarnya diawali oleh keinginan Kaum Padri yang ingin memperbaiki moral masyarakat Minangkabau. Haji Sumanik, Haji Miskin dan Haji Piobang waktu itu pulang dari Mekkah dan ingin memperbaiki syariat islam masyarakat Minangkabau. Datanglah Tuanku Nan Renceh yang memiliki keinginan yang sama dengan tiga haji itu dan mendukungnya. Niat mulia mereka menarik banyak orang. Termasuk tokoh dan ulama Minangkabau yang bernama Harimau Nan Salapan. Sejarah islam di Indonesia juga berperan penting di Sumatera Barat.

Harimau Nan Salapan dan Tuanku Lintau datang ke istana Pagaruyung untuk bertemu Sultan Arifin Muningsyah dan Kaum Adat untuk menjauhi kebiasaan yang berlawan dengan syariat Islam. Perundingan dilakukan tetapi Kaum Adat dan Kaum Padri sulit mencapai kesepakatan. Bersamaan dengan itu, beberapa nagari di bawah Kerajaan Pagaruyung mulai kacau. Hingga pada tahun 1815, Tuanku Pasaman memimpin Kaum Padri menyerang Koto Tangah yang termasuk wilayah Kerajaan Pagaruyung. Sultan Arifin Muningsyah terpaksa melarikan diri dari ibu kota. Dalam catatannya, Thomas Stamford Raffles yang mengunjungi Kerajaan Pagaruyung tahun 1818 hanya melihat puing-puing Istana Pagaruyung yang hangus.

Strategi-Strategi yang Digunakan Kaum Adat dan Belanda

Strategi Kaum Adat dan Kerajaan Pagaruyung : Meminta Bantuan Belanda

Kaum Adat mulai kewalahan menghadapi Kaum Padri. Kaum Padri terus melaju menyerang Kaum Adat. Kekalahan demi kekalahan diderita Kaum Adat. Sultan Arifin Muningsyah pun entah dimana. Semuanya memburuk bagi Kaum Adat. Mereka pun berunding untuk menyelesaikan masalah ini. Hingga akhirnya didapat sebuah solusi yaitu meminta bantuan Belanda.

Sultan Tangkal Alam Bagagar memimpin Kaum Adat untuk berunding dengan Belanda. Meskipun aslinya Sultan Tangkal Alam Bagagar tidak berhak mengatasnamakan Kerajaan Pagaruyung, tapi mereka tetap memaksa juga untuk menandatangani perjanjian. Karena perjanjian ini, Belanda menganggap Kerajaan Pagaruyung menyerah ke Pemerintah Hindia Belanda. Waktu itu Padang di pimpin oleh Residen James du Puy. Atas saran residen, Sultan Tangkal Alam Bagagar diangkat oleh Belanda menjadi Regent Tanah Datar. Kesempatan aliansi ini terlalu sayang untuk dilewatkan karena Belanda juga sangat tertarik pada Minangkabau karena cocok ditanami kopi. Kopi merupakan salah satu komoditas perdagangan penting bagi Belanda di Eropa.

Belanda yang diundang Kaum Adat untuk mencampuri urusan Sumatera Barat pun mulai beraksi. Mereka menyerang daerah Sulit Air dan Simawang yang dipimpin oleh Kapten Dienema dan Kapten Goffinet. Lalu Letkol Raaff membantu dua kapten itu dan berhasil mengusir Kaum Padri keluar Pagaruyung. Lalu Belanda membangun benteng Fort Van Der Capellen di daerah Batusangkar.

Strategi Kaum Padri : Regroup dan Gerilya

Setelah kalah dari Belanda, Kaum Padri mulai menyusun dan mengevaluasi kembali kekuatannya di Lintau. Kaum Padri menghalau serangan Raaff di Tanjung Alam dan Luhak Agam. Lalu di Baso, Kaum Padri berhasil membuat Kapten Goffinet terluka parah hingga meninggal. Dipimpin Tuanku Nan Renceh, Kaum Padri berhasil menekan terus hingga Belanda kembali ke Batusangkar. Perang Padri adalah salah satu contoh Perang gerilya Indonesia.

Aliansi Belanda dan Kaum Adat tidak dilindungi dewi fortuna. Pada April 1823, Belanda menambah kekuatannya. Raaff menyerang Lintau lagi tapi pertahanan Kaum Padri terlalu gigih untuk Belanda. Sehingga Belanda terpaksa pulang lagi ke Batu Sangkar. Atas permintaan Belanda, Sultan Arifin Muningsyah pulang lagi ke Pagaruyung. Pada tahun 1844 Raaff meninggal karena demam dan Sultan Arifin wafat pada tahun 1825. Tahun 1825, Belanda yang dimpimpin Laemlin berhasil menduduki Biaro, Kapau, Ampang Gadang dan Koto Tuo. Tapi akhirnya Laemlin akhirnya meninggal di Padang karena luka-luka perang yang parah.

Strategi Belanda : Gencatan Senjata

Belanda menempuh cara lain yaitu dengan berunding. Karena sudah pusing menghadapi Kaum Padri yang merepotkan dan kuat. Selain itu juga sudah mengeluarkan dana yang sangat banyak untuk menghadapi perang di Eropa dan melawan Diponegoro. Dengan nama Perjanjian Masang, Belanda mengajak Tuanku Imam Bonjol untuk melakukan gencatan senjata.

Selama masa gencatan senjata, kubu Padri mulai bekerja. Tuanku Imam Bonjol memulihkan pasukan dan merangkul Kaum Adat. Akhirnya, lahirlah konsensus bersama yang berusaha menegakkan ajaran Islam dan Al-Quran di tanah Minangkabau. Bahasa Padangnya bernama “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.”

Strategi Belanda : Menguasai Titik Vital

Belanda mulai berperang lagi setelah gencatan senjata yang dipimpin oleh Letkol Elout. Kali ini Belanda lebih siap daripada sebelumnya. Karena semua sudah dipersenjatai kembali, Diponegoro telah dikalahkan dan dana sudah cair. Belanda melanggar perjanjian dan mulai menyerang Lintau dan Pandai Sikek. Wilayah ini menghasilkan senjata api dan mesiu. Lalu membangun Fort de Kock di Bukittinggi. Setelah itu menaklukkan Luhak Tanah Datar pada tahun 1831.

Letkol Elout mendapat bantuan dari Sentot Prawirodirjo. Sentot merupakan panglima Diponegoro yang kelihatannya membelot dan memihak pada Hindia Belanda. Tapi tingkah Sentot di Lintau terlihat mencurigakan. Ternyata Sentot aslinya malah membantu Kaum Padri. Akhirnya Sentot malah dibuang di Bengkulu lalu meninggal di sana.

Belanda lalu menyerang lagi dan kini dibantu oleh Letkol Vermeulen. Jumlah infantri yang datang cukup besar. Mereka menyerang Luhak Limo Puluah, Luhak Agam dan Kamang. Kaum Padri mulai kalah dan hancur. Hingga Kaum Padri harus mundur ke daerah Bonjol. Beberapa Kaum Padri juga mencoba menyerang pertahanan Belanda di Padang Mantinggi dan membuat Belanda kewalahan.

Strategi Kaum Padri dan Kaum Adat : Bersatu Kita Teguh

Kesadaran Kaum Adat dan Kaum Padri untuk bersatu sebenarnya sudah sadar dari dulu. Mereka sama-sama sepakat bahwa semua semakin memburuk untuk Minangkabau sejak Belanda ikut campur. Pada tahun 1833, muncullah kompromi di antara dua kaum ini. Tiba-tiba, di tanggal 11 Januari 1833, ada serangan mendadak kubu-kubu pertahanan Belanda. Kecurigaan orang Belanda mengarah ke Sultan Tangkal Alam Bagagar. Belanda lalu menangkapnya atas tuduhan pengkhianatan. Tentu saja Sultan Tangkal menyangkal. Tapi petinggi tetap membuangnya ke Batavia.

Di titik ini inilah Belanda sadar bahwa kini Kaum Padri dan Kaum Adat sudah bersatu. Setelah penangkan Sultan Tangkal Alam Bagagar, Belanda membuat pengumuman yang bernama Plakat Panjang. Pengumuman ini menyatakan bahwa Belanda tidak berniat untuk menguasai Minangkabau, tapi hanya untuk berdagang. Pribumi tidak harus membayar pajak dan tetap di bawah pimpinan penghulu.

Strategi Belanda : Penyerangan Bonjol

Sejarah Perang Padri yang begitu lama ini membuat para petinggi Belanda sebal dan memutuskan solusi akhir untuk menyerang Benteng Bonjol. Tapi serangan pada tahun 1833 gagal karena taktik gerilya Kaum Padri. Belanda tidak menyerah. Semua pembangunan infrastruktur kini juga diarahkan ke Bonjol pada tahun 1834. Pada tahun 1835, serangan lebih besar diarahkan ke Bonjol. Semua sumber daya, infantri dan alat berat hanya memiliki satu tujuan. Yaitu kejatuhan Benteng Bonjol. Benteng Bonjol dikepung hingga jatuh pada tanggal 16 Agustus 1837. Tapi Tuanku Imam Bonjol berhasil selamat dari kepungan ini.

Takdir Akhir Tuanku Imam Bonjol

Aliansi Kaum Padri dan Kaum Adat sudah melemah dan lelah. Sambil terus berlari dan bersembunyi, Tuanku Imam Bonjol terus berusaha mengkonsolidasi pasukan Sumatera Barat. Memang wajar karena mereka terus-menerus berperang hingga mencapat batas. Hingga akhirnya, Tuanku Imam Bonjol menyerahkan di ke Belanda. Beliau ditangkap dan dibuang ke berbagai tempat. Mulai dari Cianjur, Ambon dan Minahasa. Akhirnya beliau meninggal di tempat pengasingannya.

Akhir Perang Padri

Akhir yang buruk untuk semua etnis Minangkabau. Tuanku Imam Bonjol berhasil ditangkap dan Belanda berhasil menguasai Benteng Bonjol pada tahun 1837. Perang masih terus berlanjut hingga pertahanan terakhir Kaum Padri, di Rokan Hulu, dikalahkan oleh Belanda pada tahun 28 Desember 1838. Tuanku Tambusai yang waktu itu memimpin Rokan Hulu terpaksa mundur dan pindah ke Negeri Sembilan yang terletak di Semenanjung Malaya. Semua perlawanan rakyat Minangkabau berhasil ditumpas oleh Belanda. Padangse Bovenlanden di bawah kendali Hindia Belanda dan Kerajaan Pagaruyung akhirnya menjadi bagian Pax Netherlandica

Demikian informasi tentang sejarah Perang Padri. Mulai dari latar belakang, penyebab, proses terjadi dan akhir ceritanya. Semoga informasi ini bisa menambah wawasan sejarah pembaca sekaligus menghormati perjuangan leluhur kita khususnya masyarakat Sumatera Barat dalam melawan kolonialisme.

The post Sejarah Perang Padri Singkat Secara Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Perang Gerilya Indonesia -Awal Mula Sebagai Taktik /indonesia/kemerdekaan/pasca-kemerdekaan/perang-gerilya-indonesia Tue, 22 Nov 2016 09:30:20 +0000 /?p=368 Gerilya merupakan salah satu dari sekian banyak strategi perang yang telah dikenal luas terutama dikalangan militer, hal tersbut karena strategi perang gerilya telah digunakan selama perang merebut kemerdekaan di Indonesia…

The post Perang Gerilya Indonesia -Awal Mula Sebagai Taktik appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>

Gerilya merupakan salah satu dari sekian banyak strategi perang yang telah dikenal luas terutama dikalangan militer, hal tersbut karena strategi perang gerilya telah digunakan selama perang merebut kemerdekaan di Indonesia yang terjadi pada tahun 1950-an. A.H. Nasution mantan panglima TNI-AD menuliskannya dalam buku bertajuk “Pokok-pokok Gerilya”. Strategi perang gerilya sangat efektif untuk menipu, mengecoh dan juga melakukan serangan tak terduga pada lawan yang tak menguasai medan pertempuran.

Latar Belakang

14 Desember 1948 pasukan Belanda yang berada  di Indonesia, di terutama di Pulau Jawa melancarkan agresi militer 2 dengan sandi Operation Kraai. Serangan militer tersebut dirancang oleh Kepala Staf Angkatan Darat Belanda di Indonesia,  yakni Jenderal Simon Spoor. Serangan militer tersebut merupakan Aksi Polisional (Politionele Acties) merupakan sebuah upaya melumpuhkan aksi-aksi perlawanan bangsa Indonesia yang terus berlangsung dimulainya Perjanjian Linggarjati di Istana Merdeka Jakarta  pada 15 Desember  1946. Yang kemudian berlanjut disepakatinya perjanjian damai di atas kapan USS Renville, seperti yang sering diingat dalam sejarah perjanjian Renville.

Operation Kraai  yang dilancarkan militer Belanda di pulau Jawa dan Sumatra  memiliki tujuan untuk melumpuhkan dan menghancurkan semangat militer Indonesia serta menawan para pemimpin bangsa. Yogyakarta sebagai ibukota negara yang juga menjadi markas Tentara Kemanan Rakyat (TKR) menjadi sasaran utama penyerbuan tersebut. Serangan yang terjadi menggunakan  operasi yang bersifat cepat dan sulit diperhitungkan oleh tentara Indonesia, operasi tersebut dikenal dengan blitzkrieg yaitu serangan dalam tempo kilat dengan meminimalisir korban pada pihak penyerang.

Serbuan di Yogyakarta diutamakan di Pangkalan Udara Andir, Bandung yang dikomandani oleh Jenderal Meyer. Kekuatan pasukan militer Belanda yang menyerbu Yogyakarta waktu itu terdiri dari.

  1. 800-900 pasukan Para Komando dengan dukungan
  2. 23 pesawat transpor Douglas DC,
  3. Pesawat pembom B-25 Mitchell,
  4. Pesawat tempur P-51 dan Mustang, serta
  5. P-40 Kittyhawk.

Serbuan udara dimulai pagi hari pukul 05.45, serangan pertama Lapangan Udara Maguwo. Kondisi BKR Udara saat penyerangan tersebut terjadi, belum memiliki sumber daya manusia maupun peralatan terbang. Sebab Badan Keamanan Rakyat (BKR) Udara baru saja dibentuk  pada 5 Oktober 1945 yang dikomandoi oleh Komodor Udara Suryadarma. Saat serbuan udara oleh pesawat tempur  Militaire Luchtvaart (ML)-KNIL berlangsung, di pangkalan tersebut hanya ada beberapa pesawat Zero bekas Jepang dan sekitar 150 pasukan dalam keadaan yang tidak siap untuk tempur. Sebab hanya ada beberapa senjata saja yang dimiliki, yakni senapan biasa dan senapan antiserangan udara kaliber 12.7 mm.

Seluruh pesawat MI-KNIL  terbang dari Lanud Andir, untuk mengelabui bangsa Indonesia semua pesawat tersebut terbang di atas Lautan Samudra Hindia. Kemudian menuju pangkalan udara Maguwo, menyerbu pangkalan udara dengan bom serta tembakan. Serbuan yang terjadi sekitar 25 menit tersebut, lantas melumpuhkan pertahanan bangsa Indonesia yang berada di pangkalan Maguwo. Pada pukul 06: 45, Belanda mulai menerjunkan pasukannya ,  untuk mengambil alih pangkalan udara Maguwo dan Yogyakarta secara keseluruhan.

Artikel terkait:

Awal Mula

Serangan pasukan militer Belanda pada pangkalan udara Maguwo yang kemudian berlanjut dengan serangan darat tersebut, segera diketahui oleh Jenderal Sudirman. Menanggapi serangan Belanda tersebut, kemudian dikeluarkan Perintah Siasat yang bertujuan supaya pasukan BKR melakukan serangan balik melalui gerilya. Jenderal Sudirman pun meminta presiden, wapres, dan para staf untuk segera meninggalkan ibukota Yogyakarta, namun usulan tersebut ditolak. Kemudian dibuatlah rapat terbatas kabinet sempat diadakan guna menentukan langkah bangsa Indonesia selanjutnya. Berikut hasil dari rapat tersebut.

  1. Ditunjuknya Menteri Kemakmuran Syafrudin Prawiranegara untuk membentuk pemerintahan darurat (PDRI) di Bukittinggi Sumatera.
  2. Presiden maupun wakil beserta staf  berada didalam kota demi tetap dapat berhubungan dengan KTN yang berresiko ditahan pihak Belanda.
  3. Pemimpin militer mengmankan diri keluar kota dan menyusun strategi serta membentuk wilayah komando di Jawa serta Sumatra.

19 desember 1948, Belanda melumpuhkan ibukota Yogyakarta, lantas tak perlu waktu lama para pemimpin pun diterbangkan keluar jawa untuk diasingkan. Presiden Soekarno diasingkan ke Prapat lalu kemudian ke Bangka. Dan wakil presiden Hatta langsung diterbangkan ke pulau Bangka. Belanda kemudian mengabarkan jatuhnya ibukota Yogyakarta melaui pidato di radio keseluruh penjuru dunia, dan mengatakan bahwa pemerintah RI sudah tidak ada  lagi serta perlawanan dari TNI tak berpengaruh apapun.

Meskipun fisik Jenderal Sudirman melemah yang diakibatkan penyakit TBCnya, namun tetap saja memutuskan untuk meninggalkan Kota Yogyakarta untuk bergerilya. Pada 22 Desember 1948, Kolonel A.H. Nasution kemudian mengumumkan berdirinya Pemerintah militer di jawa. Kapten  Tjokropranolo seorang anggota staf Sekretariat Markas Panglima Besar, segera menghubungi Penasehat Politik Panglima Besar, Harsono Tjokroaminoto, mantan Menteri Muda Pertahanan masa Kabinet Sjahrir III (1946-1947).

Pasukan yang semula hijrah akibat dari perjanjian Renville kemudian dibangkitkan kembali untuk melakukan wingate (menyusup dibarisan musuh). Seperti pasukan Siliwangi yang mulai pergerakan dari wilayah Jawa Tengah menuju wilayah kantong gerilya yang telah sebelumnya telah disiapkan di Jawa Barat. Perjalanan tersebut kemudian dikenal dengan sebutan Long March Siliwangi. Perjalanan gerilya tersebut amat jauh, sungai diseberangi, gunung, lembah, demi sbuah tujuan untuk kemerdekan segla aral melintang tak jadi halangan.

Diluar kota pasukan TNI kemudian membentuk kantong-kantong pertahanan yang disebut Wehrkreise. Setelah pasukan TNI berhasil melakukan konsolidasi dengan pasukan-pasukan diwilayah-wilayah, yang kemudian melakukan gerilya terhadap pihak Belanda. Sasaran utama penyerangan dari pasukan Indonesia yakni memutus garis komunikasi, sebagaimana berikut:

  1. Pemutusan kawat sambungan telepon milik Belanda
  2. Merusak jalur kereta Api
  3. Penyerbuan mendadak pada konvoi-konvoi pasukan Belanda

Serangan dari pasukan Indonesia yang mulai teroganisir tersebut mulai membuat milter Belanda kewalahan. Serangan gerilya yang dijalankan memiliki tujuan agar memecah konsentrasi militer Belanda yang akhirnya memusatkan kekuatan pada pos-pos kecil untuk saling berhubungan karena alat komunikasi telah di rusak oleh pasukan gerilya. Hal tersebut menjadikan wilayah pos tersebut menjadi medan perang yang luas dan menguntungkan pasukan gerilya, karena lebih menguasai keadaan dan kondisi alam.

Perang gerilya merupakan salah satu strategi perang yang tidak tertulis dan secara resmi tidak terikat didalam peraturan perang. Perang yang di gunakan bangsa Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda dengan perang pada umumnya. Berikut diantaranya.

  1. Perang terbuka dihindari
  2. Serangan dilakukan dengan cepat dan tidak terduga serta tak terlihat
  3. Menggunakan lingkungan disekitar untuk melakukan kamuflase (penyamaran), seperti hutan dan situasi malam yang gelap
  4. Melakukan penyamaran menjadi orang biasa agar  tidak mencolok dan tetap mengawasi pergerakan musuh tanpa disadari

Keadaan mulai berbalik arah, yang dulunya pasukan Indonesia hanya bertindak mempertahankan diri (defensif). Kini mulai lebih berani melakukan penyerangan (ofensif), serngan yang tadinya hanya pada pos-pos jaga kecil dan juga konvoi militer Belanda, selanjutnya pasukan Indonesia lebih berani melakukan serangan pada kota-kota besar yang diduduki oleh militer Belanda. Serangan yang merupakan salah satu puncak dari serangan gerilya tersebut adalah serangan yang dilakukan untuk merebut kota Yogyakarta pada 1 Maret 1949. Serangan tersebut hingga sekarang dikenal dengan serangan umum satu maret.

Serangan yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Suharto, dalam serangan tersebut pasukan militer Indonesia berhasil menguasai dam mengambil alih ibukota dari tangan militer Belanda hanya dengan waktu enam jam. Selain merebut kembali ibukota, serangan tersebut juga membuktikan pada pemerintah dunia bahwa negara republik Indonesia msih ada dan militernya masih bisa melakukan perlawanan.

Artikel terkait:

Akhir Perang 

Agresi militer yang dilancarkan oleh militer Belanda kemudian dikethui Dewan keamanan PBB yang bermarkas di Paris. 24 januari 1949 diadakan sidang Dewan Keamanan PBB, dalam sidang tersebut dikeluarkanlah resolusi yang didukung pemerintah Amrika Serikat. Berikut isinya:

  1. Hentikan segera pertikaian
  2. Bebaskan segera Presiden beserta pemimpin lainnya yang ditawan sejak 19 Desember 1948
  3. Memberikan perintah pada Komisi Tiga Negara untuk memberikan laporan tentang suasana di Indonesia sejak peristiwa 19 Desember 1948

Tekanan bukan hanya berasal dari DK PBB namun juga dari masyarakat Internasional lainnya. Dan bahkan negara federasi buatan Belanda pun tak mendukung aksi tersebut. Pihak Amerika serikat pun memberikan ancaman pada pihak Belanda akan menghentikan dukungannya terhadap Marshal Plan Belanda. Hingga tercetuslah sebuah perundingan Roem-Roijen, yang dilakukan demi menghentikan pertikaian senjata diantara kedua belah pihak, yaitu Belanda dan Indonesia.

The post Perang Gerilya Indonesia -Awal Mula Sebagai Taktik appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>