hindu budha – Sejarah Lengkap Sejarahwan Tue, 07 Aug 2018 07:05:05 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=5.5.5 Sejarah Candi Plaosan Jawa Tengah Lengkap /bangunan/sejarah-candi-plaosan Tue, 07 Aug 2018 07:04:53 +0000 /?p=882 Candi Plaosan dikenal juga sebagai Kompleks Plaosan, merupakan salah satu Candi Buddha di Indonesia, berjarak kurang lebih 1,5 km dari Candi Prambanan. Komplek Sejarah Candi Plaosan merupakan salah satu Candi di…

The post Sejarah Candi Plaosan Jawa Tengah Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Candi Plaosan dikenal juga sebagai Kompleks Plaosan, merupakan salah satu Candi Buddha di Indonesia, berjarak kurang lebih 1,5 km dari Candi Prambanan. Komplek Sejarah Candi Plaosan merupakan salah satu Candi di Klaten dan terbagi menjadi dua, yaitu Candi Plaosan Lor (Lor = Utara) dan Candi Klaosan Kidul (Kidul = Selatan). Pahatan yang ada di Kompleks Candi ini sangat halus dan rinci seperti pahatan yang ada di Candi Borobudur, Sejarah Candi Sewu dan Candi Sari.

Secara keseluruhan Komplek Candi Plaosan dikelilingi oleh parit yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran 440 meter X 270 meter. Dengan lebar parit 10 meter dan kedalaman 2,5 meter. Diluar dari parit, terdapat pagar keliling yang berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 460 meter X 290 meter, dimana penemuan ini menunjukkan bahwa kompleks Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul merupakan bagian dari sebuah kompleks percandian.

Apabila, diperhatikan secara teliti, Candi Plaosan memiliki keistimewaan tersendiri. Walaupun Candi Plaosan merupakan Candi Buddha, tetapi secara arsitektur bangunan ini memiliki campuran dengan Candi Hindu di indonesia. Latar belakang Rakai Pikatan dan sang istri, Pramordhawardani yang berbeda agama, menjadi dasar keistimewaan arsitektur candi ini.

Sejarah Candi Plaosan

Sejarah Candi PlaosanSejarah atau latar belakang dari terbangunnya Sejarah Candi Plaosan, dimulai ketika Rakai Pikatan memutuskan untuk menikah dengan Pramordhawardani. Walaupun hubungan percintaan mereka menimbulkan banyak keresahan dan penolakan, karena perbedaan agama yang mereka anut, dimana Rakai Pikatan berasal dari Dinasti Sanjaya yang menganut agama Hindu, sedangkan Pramordhawardani berasal dari Dinasti Syailendra yang menganut agama Budha.

Keputusan mereka untuk menikah yang di dasari oleh rasa cinta dengan mengesampingkan perbedaan keyakinan yang dimiliki. Rakai Pikatan yang membangun Candi sebagai lambang rasa cinta-nya kepada sang istri. Serta, keputusan Rakai Pikatan untuk memberikan kebebasan kepada sang istri untuk menganut agama yang berbeda. Membuat Candi Plaosan sebagai bukti nyata bahwa kekuatan cinta dapat menjadi alat untuk menyatukan perbedaan, serta menjadi simbol toleransi umat beragama.

Tidak hanya itu saja, pahatan relief yang ada di candi dapat di interpretasi-kan sebagai perasaan cinta antara Rakai Pikatan dengan istrinya, Pramordhawardani. Relief candi yang menggambarkan laki-laki merupakan bentuk kekaguman Pramordhawardani terhadap sang suami, dan relief yang menggambarkan perempuan sebagai bentuk luapan cinta Rakai Pikatan terhadap sang istri.

Cerita asmara kedua insan ini menjadi mitos tersendiri untuk pasangan yang mengunjungi Candi Plaosan. Mitos yang beredar menyatakan, pasangan yang datang ke Candi Plaosan, niscaya hubungan mereka akan langgeng. Mitos ini, berbalik 180 derajat dengan Candi Prambanan, yang menyatakan apabila pasangan mengunjungi Candi Prambanan, maka hubungan keduanya akan menjadi retak.

Pembangunan Candi Plaosan

Pembangunan Sejarah Candi Plaosan ini diperkirakan pada awal abad ke-9 M pada masa pemerintahaan Rakai Pikatan dari Kerajaan Mataram Hindu. Adapun perkiraan / pernyataan tersebut menghadirkan dua pendapat berbeda dari para ahli  :

  1. J.G. De Casparis, filolog Belanda, mendukung pernyataan tersebut, dengan berpegang pada isi Prasasti Cri Kahulunan (842 M). Disebutkan, bahwa Candi Plaosan Lor dibangun oleh Ratu Sri Kahulunan dengan dukungan suaminya. De Casparis berpendapat bahwa Sri Kahulunan adalah gelar Pramordhawardani, putri Raja Samarattungga dari Dinasti Syailendra. Di mana sang putri yang memeluk agama Buddha, menikah dengan Rakai Pikatan yang memeluk agama Hindu.
  2. Anggraeni, sejarawan, menyatakan bahwa Candi ini dibangun sebelum masa pemerintahan Rakai Pikatan. Dimana Sri Kahulunan adalah ibu Rakai Garung yang memerintah Mataram sebelum Rakai Pikatan. Menurutnya, masa pemerintahan Rakai Pikatan yang tergolong singkat tidak memungkinkan untuk membangun Candi sebesar Candi Plaosan, melainkan Candi Perwara.

Penemuan prasasti di Kompleks Candi Plaosan Kidul pada bulan Oktober 2003, yang diperkirakan berasal dari abad ke-9 M, seakan-akan mendukung pernyataan De Casparis mengenai awal pembangunan Candi Plaosan. Prasasti yang terbuat dari lempengan emas berukuran 18,5 cm X 2,2 cm, berisi tulisan dalam bahasa Sanskerta, dan ditulis dalam huruf Jawa Kuno. Isi dari prasasti belum dapat diketahui, tetapi Tjahjono Prasdjo, Epigraf, menguatkan pernyataan bahwa Candi Plaosan dibangun pada masa pemerintahan Rakai Pikatan.

Candi Plaosan Lor

Di depan pintu masuk Candi Plaosan Lor terdapat dua pasang arca Dwarapala yang saling berhadapan, sepasang terletak di pintu masuk utara dan sepasang lagi di pintu masuk selatan. Tinggi arca ini sama seperti manusia sesungguhnya, berada dalam posisi duduk di atas kaki kanan yang terlipat dengan kaki kiri ditekuk di depan tubuh. Tangan kanan memegang gada, sedangkan tangan kiri tertumpang di atas lutut kiri

Pada pelataran utara terdapat teras batu berbentuk persegi, yang diduga sebagai tempat untuk meletakkan sesajian, dan dikelilingi oleh deretan umpak batu. Konon, di teras tersebut terdapat bangunan dari kayu dan di atas umpak batu terdapat sebuah arca Dhyani Buddha. Di pelataran utara, juga terdapat 6 (enam) buah stupa besar. Teras batu yang serupa dan berukuran lebih kecil dapat ditemukan di sebelah selatan kompleks Candi Plaosan Lor.

Pada kompleks ini terdapat dua bangunan Candi Utama yang bertingkat dua. Kedua bangunan menghadap ke barat dan masing-masing dikelilingi oleh pagar batu. Pagar atau dinding batu yang memagari candi utama dikelilingi oleh candi perwara yang semula berjumlah 174, dan terdiri atas :

  • 58 candi kecil
  • 116 bangunan berbentuk stupa

Adapun 7 (Tujuh) buah candi berbaris di masing-masing sisi utara dan selatan setiap candi utama, 19 candi berbaris di sebelah timur atau pun di belakang dari kedua candi utama. Ada pula 17 candi lainnya yang berbaris di depan kedua candi utama. Di setiap sudut dari barisan candi perwara masih terdapat sebuah candi kecil yang dikelilingi oleh dua barisan umpak batu yang diselingi dengan sebuah candi kecil di setiap sudutnya.

Sisi barat dari pagar batu yang mengelilingi bangunan utama terdapat sebuah gerbang berupa gapura paduraksa, dengan atap yang dihiasi deretan mahkota kecil, puncak dari atap gapura berbentuk persegi dengan mahkota kecil diatasnya. Bangunan candi utama memiliki ketinggian sekitar 60 cm tanpa selasar yang mengelilingi tubuhnya. Tangga yang menuju pintu dilengkapi dengan pipi tangga yang berhiaskan kepala naga di pangkalnya. Bingkai pintu dihiasi pahatan bermotif bunga dan sulur. Di atas ambang pintu terdapat hiasan kepala Kala tanpa rahang bawah

Sepanjang dinding luar pada kedua candi utama dihiasi oleh relief bergambarkan laki-laki dan perempuan yang sedang berdiri dengan ukuran yang mendekati ukuran manusia sesungguhnya. Relief pada dinding candi utama di sebelah selatan menggambarkan laki-laki dan candi utama di utara menggambarkan seorang perempuan. Bagian dalam dari kedua bangunan utama terbadi menjadi 6 ruangan, tiga ruangan terletak di bawah, dan tiga ruangan lainnya terletak di tingkat / lantai dua. Lantai yang membatasi kedua tingkat ini sudah tidak ada, namun pada dinding masih dapat dilihat bekas pemasangan lantai tersebut.

Pada ruang tengah terdapat 3 (tiga) arca Buddha yang duduk berderet di atas padadmasana dan menghadap ke arah pintu. Pada dinding kiri dan kanan ruangan terdapat relung yang tampaknya merupakan tempat meletakkan penerangan. Relung ini terletak di antara relief Kuwera dan Hariti, serti di sisi kiri dan kanan dekat pintu masuk utama, terdapat pintu yang menghubungkan ke ruangan samping.

Candi Plaosan Kidul

Kompleks Candi  Plaosan Kidul ditemukan oleh Ijzerman, arkeolog Belanda pada tahun 1909, ketika ia menemukan 16 candi kecil dalam keadaan yang sudah rusak. Kompleks ini terletak di selatan Candi Plaosan Lor, dan terpisah dengan jalan raya.

Di kompleks ini, candi utamanya sudah menjadi reruntuhan yang masih berdiri hanyalah beberapa candi perwara. Bulan Mei 2003, penggalian dan pemugaran untuk komplek ini sedang dilaksanakan, karena itu tidak banyak informasi yang dapat digali mengenai Candi Plaosan Kidul, karena candi ini masih dalam tahap pemugaran.

Kegiatan di Candi Plaosan

  1. Festival Candi Kembar

Festival yang pertama kali digelar pada Tahun 2016, dan di adakan di sekitar Candi Plaosan, Desa Bugisan, Prambanan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengangkat seni budaya dan produk unggulan di sekitar Candi Plaosan atau candi kembar, dikarenakan mempunyai dua candi utama yang sama persis satu dengan lainnya.

Festival ini diikuti oleh kelompok seni budaya dari Prambanan dan sekitarnya. Festival ini meruapakan bagian dari peluncuran desa wisata bugisan, sebagai kampung budaya candi plaosan, dengan tujuan menarik wisatawan dengan berbagai potensi seni budaya local, sepeti karawitan, gojeg esung, jathilan, srandul, wayang kulit dan sebgainya akan ditampilkan di festival tersebut.

2. Berburu Sunset

Tidak hanya festival Candi Kembar yang terkenal di Candi Plaosan. Ada kegiatan wisata baru, yaitu berburu Sunset. Banyak pengunjung yang datang menata kamera dan tripod di depan badan Candi. Mereka ingin mendokumentasikan keindahan pemandangan matahari terbenam, dengan latar dua candi kembar Plaosan, dengan langit yang berganti warna. Keindahan Sunset ini bisa dilihat di sekitar bulan Agustus hingga September, dikarenakan letak Matahari yang tepat berada di tengah candi.

untuk mendukung kegiatan ini, tersedia pendopo yang disebut Paseban Candi Kembar yang menjadi tempat bersantai menikmati pemandangan sembari makan dan minum. Pendopo ini dibangun di atas tanah desa untuk tujuan wisata. Pendopo ini dibangun Maret 2016 dan diresmikan April 2017.

3. Kuliner

Untuk mendukung Candi Plaosan sebagai tujuan wisata. Di kawasan ini sudah tersedia banyak warung makan yang menyediakan beragam pilihan kuliner, dari jajanan atau cemilan ringan hingga makanan berat dan beragam pilihan minuman. Harga yang ditawarkan pun cukup terjangkau. Jika belum puas, kuliner lain juga banya bertebaran di sekitar kawasan wisata, salah satunya yang cukup terkenal Prambanan Gallery Resto.

Untuk kalian yang ingin mengunjungi Sejarah Candi Plaosan ini, bisa datang ke Jl. Candi Plaosan, Bugisan, Kec. Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah 57454. Berjarak kurang lebih 1,5 km dari Candi Prambanan. Jam operasional Candi : Senin-Minggu 06.00 – 17.00 WIB.

The post Sejarah Candi Plaosan Jawa Tengah Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
15 Peninggalan Kerajaan Singasari dan Penjelasannya (#Terlengkap) /indonesia/kerajaan/peninggalan-kerajaan-singasari Mon, 24 Jul 2017 10:12:31 +0000 /?p=673 Kerajaan Singasari merupakan kerajaan yang berasal dari Jawa Timur dam didirikan oleh Ken Arok di tahun 1222 yang merupakan salah satu Kerajaan Hindu Budha di tanah air berada di sebelah…

The post 15 Peninggalan Kerajaan Singasari dan Penjelasannya (#Terlengkap) appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Kerajaan Singasari merupakan kerajaan yang berasal dari Jawa Timur dam didirikan oleh Ken Arok di tahun 1222 yang merupakan salah satu Kerajaan Hindu Budha di tanah air berada di sebelah timur Gunung Kawi, Malang, Jawa Timur dengan beberapa bukti tentang peninggalan dari Kerajaan ini. Untuk lebih lengkapnya tentang peninggalan dari Kerajaan Singasari bisa dilihat pada ulasan berikut ini.

Artikel terkait:

Peninggalan Kerajaan Singasari

Sejarah dari Kerajaan Singasari ini bisa dibilang cukup singkat sebab sengketa yang terjadi di dalam Kerajaan tentang perebutan kekuasaan seringkali terjadi. Saat Kerajaan Singasari ini tengah sibuk untuk mengirim angkatan perang ke wilayah luar Jawa, pada akhirnya keajaan ini mengalami kemunduran dimana pada tahun 1292 timbul pemberontakan Jayakatwang, Bupati Gelang Gelang, sepupu, ipar dan besan Kertanegara itu sendiri. Pada serangan tersebut, Kertanegara tewas terbunuh yang menyebabkan Kerajaan Singasari mengalami keruntuhan dan Jayakatwang diangkat menjadi raja lalu membangun ibu kota baru di wilayah Kediri sehingga Kerajaan Singasari pun berakhir.

1. Candi Singosari

Peninggalan Kerajaan SingasariCandi Singasari ada di sebuah Desa bernama Desa Candi Renggi, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang yang juga dikenal dengan nama Candi Menara dan Candi Cungkup yang mengartikan Candi ini merupakan candi tertinggi pada masanya. Menurut perkiraan, candi ini dibangun pada tahun 1300 M sebagai cara untuk menghormati Raja Kertanegara. Candi Singasari adalah Candi Syiwa yang dibangun pada bagian tengah halaman dengan beberapa arca Syiwa di sekeliling taman tersebut. Candi ini dibangun di atas batur kaki dengan tinggi 1.5 M tanpa dilengkapi dengan relief di sekitar kakinya.  Sementara pintu masuk menuju candi menghadap ke arah selatan yang ada di depan bilik kecil.

Pintu masuk candi tersebut nampak sederhana dan pada bagian atas pintu dilengkapi dengan pahatan  Kepala Kala sederhana yang membuat timbulnya dugaan jika candi tersebut belum selesai dibangun. Pada bagian kiri, kanan bilik pintu dan juga bagian belakang ada relung sebagai tempat arca yang juga terlihat sederhana. Ukuran dari relung tersebut lebih besar dan ditambahkan dengan bilik penampil serta hiasan kepala kala pada bagian atasnya. Pada ruang utama candi ini juga terdapat Yoni yang pada bagian atasnya sudah terlihat sedikit rusak dan pada kaki Yoni juga tidak dilengkapi dengan hiasan. Candi ini terlihat seperti susun dua sebab di bagian bawah atap candi memiliki bentuk persegi seperti sebuah ruang kecil dengan relung di setiap sisi.

Relung itu pada awalnya diisi oleh arca, akan tetapi sekarang sudah kosong dan di setiap pintu relung juga terdapat kepala kala lengkap dengan pahatan berbeda dengan pintu lainnya. Puncak atap candi memiliki bentuk meru bersusun yang semakin kecil keatasnya dan pada puncak atap sudah sedikit runtuh. Candi Singasari ini sudah mengalami pemugaran oleh pemerintah Belanda tahun 1930 yang bisa terlihat dari pahat catatan di kaki candi tersebut. Pemugaran ini belum dilakukan secara menyeluruh, sebab di sekeliling candi masih ada tumpukan batu yang tidak dikembalikan ke tempat awal. Di halaman candi ada beberapa arca yang sudah rusak sebagian dan belum selesai dibangun seperti arca Syiwa dengan banyak posisi serta ukuran, Durga dan juga lembu Nandini.

Artikel terkait:

2. Candi Jago

Peninggalan Kerajaan SingasariNama candi Jago berasal dari kata Jajaghu yang diambil dari Kitab Negarakertagama da juga Pararaton. Candi ini dibangun saat jaman Kerajaan Singhasari abad ke-13. Jajaghu yang mengartikan keagungan ini adalah istilah yang dipakai untuk mengatakan sebuah tempat yang suci. Candi Jago ini ada di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Candi ini hanya tersisa sebagian saja dan menurut cerita ini dikarenakan candi tersambar petir. Pada candi ini terlihat relief Kunjarakarna dan juga Pancatantra yang keseluruhan bangunan candi dibangun dengan material batu andhesit. Adityawarman menempatkan Arca Manjusri di Candi Jago ini yang kini disimpan di Museum Nasional.

Candi Jagi disusun dengan teras punden berundak dengan total panjang 23.71 M, lebar 14 M dan ketinggian 9.97 M. Yang tertinggal dari candi ini hanya bagian kaki dan sebagian badan. Badan candi ini disangga dengan 3 teras yang pada bagian teras pertama agak menjorok dan badan candi ada di teras ketiga. Atap dan sebagian candi sudah terlihat terbuka dan bentuk atap aslinya sendiri belum diketahui, akan tetapi banyak yang menduga bentuk atap adalah Pagoda atau seperti Meru.

Ada pahatan relief pada bagian dinding luar kaki candi yang merupakan cerita Khresnayana, Arjunawiwaha, Parthayana, Kunjarakharna, Anglingdharma dan juga Fabel. Dibagian sudut kiri arah barat laut terlukis cerita binatang seperti tantri yang terdiri dari beberapa buah panel. Untuk bagian dinding depan candi terdapat fabel 2 kura-kura menggigit tangkai kayu yang diterbangkan dengan seekor angsa. Saat di tengah perjalanan, kura-kura ditertawakan segerombol serigala dan mereka mendengar kura-kura membalas dengan kata-kata sehingga mulutnya terlihat terbuka. Kura-kura jatuh karena melepas gigitan kayu dan menjadi makanan serigala dan ini bermakna agar jangan mundur saat sedang berusaha hanya karena dihina oleh orang lain.

Pada bagian timur laut terdapat rangkaian cerita Buddha yang menceritakan Yaksa Kunjarakarna yang pergi menuju dewa tertinggi yakni Sang Wairocana untuk belajar ajaran Buddha. Sementara salah satu patung yang dulunya ada di candi Jago ini merupakan lambang dari Dewi Bhrkuti dan di teras ketiga terdapat cerita Arjunawaiwaha dengan riwayat pernikahan Arjuna dengan Dewi Suprabha sebagai hadiah dari Bhatara Guru sesudah Arjuna berhasil mengalahkan raksasa Niwatakawaca. Candi Jago ini sudah mengalami pemugaran dari perintah Raja Kertangeara di tahun 1268 M sampai 1280 M yang dilakukan untuk menghormati Raja Singasari ke-4 ayahnya yakni Sri Jaya Wisnuwardhana yang wafat di tahun 1268. Setelah itu, candi Jago juga dipugar kembali pada tahun 1343 M dengan perintah dari Raja Adityawarman dari Melayu yang masih berhubungan darah dengan Raja Hayam Wuruk dan Adityawarman juga mendirikan candi tambahan dan membangunnya di Arca Manjusri.

Artikel terkait:

3. Candi Sumberawan

Peninggalan Kerajaan SingasariPeninggalan Kerajaan Singasari selanjutnya adalah candi sumberawan. Candi Sumberawan ini berbentuk stupa yang ada di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Candi Sumberawan terbuat dari material batu andhesit dengan panjang 6.25 M, lebar 6.25 M serta tingi 5.23 M yang dibangun pada ketinggian 650 M dari permukaan laut di kaki bukit Gunung Arjuna. Candi ini ditemukan pada tahun 1904 dan diteliti pada tahun 1935 oleh peneliti Dinas Purbakala. Candi ini mengalami pemugaran tahun 1937 jaman Hindia Belanda di bagian kaki candi, sementara sisanya di rekonstruksi dengan seadanya. Candi Sumberawan menjadi satu-satunya stupa yang ada di daerah Jawa Timur dengan bentuk bujur sangkar dan tidak dilengkapi dengan tangga serta tidak ada relief. Candi ini memiliki kaki dan juga badan dengan bentuk stupa. Di batur candi yang tinggi ada selasar dan kaki candi terlihat dari keempat buah sisinya. Pada bagian atas kaki terdapat stupa yang terdiri dari lapik bujur sangkar serta lapik segi delapan dan bantalan Padma, sementara untuk bagian atas memiliki bentuk stupa atau genta yang pada bagian puncaknya sudah hilang.

Karena candi ini tidak dilengkapi dengan tangga seperti pada candi lain yang dibagian dalamnya biasanya digunakan sebagai tempat menyimpan berbagai benda, maka candi ini hanya berbentuk stupa namun tidak berfungsi seperti stupa pada umumnya yang menurut perkiraan memang dibangun hanya sebagai tempat pemujaan saja. Ahli purbakala menduga jika Candi Sumberawan dulu memiliki nama Kasurangganan yang merupakan nama terkenal di dalam Kitab Negarakertagama. Candi ini sudah dikunjungi oleh Hayam Wuruk di tahun 1359 M saat ia melakukan perjalanan.

Artikel terkait:

4. Arca Dwarapala

Peninggalan Kerajaan SingasariArca Dwarapala adalah sebuah patung penjaga gerbang dalam ajaran Siwa dan juga Buddha dengan bentuk manusia terlihat seperti monster. Dwarapala diletakkan pada bagian luar candi, kuil atau bangunan lainnya sebagai pelindung dari tempat suci. Dwarapala digambarkan sebagai sesosok  makhluk seram dan jumlahnya bisa satu, sepasang atau terdiri dari beberapa kelompok. Dua arca Dwarapala ini dikelilingi dengan pagar besi yang ada di pinggir jalan dan terpisah dari jalan tersebut. Letaknya berada di kanan dan kiri jalan utama Desa Candi renggo. Pada arca di sebelah kiri dibangun di atas pedestal buatan tahun 1982 sebab arca tersebut tenggelam sebatas perut menghadap ke utara.

Arca ini dibangun dengan material batu monolitik dengan tinggi 3.70 M yang menjadi pintu gerbang dari Kerajaan Singasari. Kedua arca ini terlihat seperti sama sehingga dikatakan kembar namun posisi tangan saja yang berbeda. Arca yang ada di selatan bagian tangan kiri ada diatas kaki kiri dan tangan kanan memegang gada telungkup. Sedangkan arca di utara, bagian tangan kiri memegang gada telungkup dan tangan kanan seperti sedang memperingatkan dengan jari tengah dan telunjuk mengacung keatas sementara 3 jari lainnya rapat dengan telapak tangan. Ornamen yang ada di 2 arca tersebut terlihat seram dan penuh dengan kekerasan. Pada bagian kepala memakai ikat kepala dengan hiasan tengkorak. Pada bagian telinga memakai anting bentuk tengkorak serta untaian manik-manik dengan nama Kapala Kundala. Sedangkan pada hiasan kelat bahu bernama Sarpa Keyura yakni kelat bahu berbentuk ular.

Artikel terkait:

5. Prasasti Singasari

Prasasti ini didirikan tahun 1351 M yang ditemukan di Singasari, Kabupaten Malang, Jawa Timur dan untuk saat ini telah di simpan pada museum Gajah dengan tulisan aksara Jawa. Prasasti ini ditulis sebagai pengingat pembangunan Caitya atau candi pemakaman yang dilakukan Mahapatih Gajah Mada. Bagian pertama prasasti adalah pentarikhan tanggal mendetail seperti letak benda angkasa dan bagian kedua menceritakan isis prasasti yakni pariwara pembangunan Caitya.

Artikel terkait:

6. Candi Jawi

Peninggalan Kerajaan SingasariCandi Jawi dengan nama asli Jajawa dibangun sekitar abad ke-13 ini adalah peninggalan sejarah Hindu Buddha Kerajaan Singhasari yang ada di kaki Gunung Welirang, Desa Candi Wates, kecamatan Prigen, Pasuruan, Jawa Timur. Candi ini diduga sebagai tempat pemujaan atau peribadatan Buddha, akan tetapi ini merupakan pedharmaan atau tempat menyimpan abu dari raja terakhir Singhasari yakni Kertanegara. Abu ini sebagian juga disimpan pada Candi Singasari dan kedua candi ini berhubungan dengan Candi Jago tempat ibadah Raja Kertanegara. Di dalam Negarakertagama pupuh 56 dikatakan jika Candi Jawi didirikan atas perintah raja terakhir Kerajaan Singasari yakni Kertanegara sebagai tempat ibadah umat Siwa-Buddha.

Candi ini berada di area 40 x 60 meter persegi yang dikelilingi pagar bata 2 meter dan dikelilingi parit berhias buang teratai dengan bentuk candi berkaki Siwa dan pundak Buddha. Tinggi candi ini 24.5 meter dengan panjang 14.2 meter serta lebar 9.5 meter. Bentuknya tinggi dan ramping dengan atap berbentuk perpaduan stupa dan kubus bersusun meruncing ke arah puncak. Bagian pintu menghadap ke arah timur dengan posisi membelakangi Gunung Penanggungan. Pada bagian dinding terdapat relief yang belum bisa dibaca hingga sekarang sebab pahatan terlalu tipis dan belum didukung dengan informasi cukup. Pada salah satu fragmen menceritakan keberadaan Candi Jawi dan beberapa bangunan lain di sekeliling candi yang mengatakan jika ada candi Perwara sebanyak 3 buah, akan tetapi 3 buah candi tersebut saat ini sudah rata dengan tanah.

Artikel terkait:

7. Prasasti Wurare

Prasasti WurarePeninggalan Kerajaan Singasari selanjutnya adalah prasasti wurare. Ini merupakan prasasti dengan isi peringatan penobatan arca Mahaksobhaya pada sebuah daerah bernama Wurare sehingga parasasti ini disebut dengan Prasasti Wuware. Prasasti ditulis dengan bahasa Sansekerta 1211 [21 November 1289]. Arca ini merupakan penghormatan untuk Raja Kertanegara yang oleh keturunannya dianggap sudah mencapai derajat Jina atau Buddha Agung.

Sementara tulisan prasasti ada di atas lapik arca Buddha dengan melingkar dibagian bawah. Prasasti ini berbentuk 19 bait sajak dan diantaranya mengisahkan tentang pendeta sakti Arrya Bharad yang sudah membelah tanah Jawa menjadi 2 kerajaan dengan air ajaib yang ada pada kendinya sehingga menjadi Janggala dan Pangjalu. Ini dilaksanakan untuk menghindari terjadinya perang saudara 2 pangeran yang memperebutkan kekuasaan.

8. Candi Kidal

Candi KidalCandi Kidal merupakan warisan dari Kerajaan Singasari yang dibangun sebagai penghormatan untuk Anusapati, Raja kedua Singasari yang sudah memerintah selama 20 tahun dari 1227 sampai dengan 1248. Anusapati tewas dibunuh olah Panji Tohjaya saat perebutan kekuasaan Singasari dan diyakini sebagai kutukan Mpu Gandring. Candi ini sangat kental dengan budaya Jawa Timur dan sudah dipugar pada tahun 1990. Candi ini menceritakan cerita Garudeya, cerita mitologi Hindu dengan pesan moral pembebasan untuk para budak dan masih terjaga utuh hingga sekarang.

Pada penggalan pupuh di dalam Kitab Negarakertagama, yakni sebuah kakawin dengan banyak informasi mengenai kerajaan Majapahit dan juga Singosari menceritakan tentang Raja Singosari 2 yakni Anusapati dan tempat dharma di Candi Kidal. Candi kidal dibuat dengan batu andhesit dan berdimensi geometris vertikal. Pada bagian kaki candi terlihat tinggi dan tangga masuk keatas berbentuk kecil dan tidak terlihat seperti tangga sebenarnya. Bagian badan candi terlihat lebih kecil dibandingkan dengan luas kaki sehingga candi ini terlihat ramping. Pada kaki dan juga badan candi terdapat hiasan berupa medallion dan sabuk melingkar di bagian badan candi

Bagian atap candi terdiri dari 3 tingkat seperti ratna yang merupakan ciri khas dari candi Hindu atau stupa yang merupakan ciri khas dari candi Buddha. Pada setiap tingkat mempunyai ruang sedikit luas dan ditambahkan hiasan yang konon ceritanya pada bagian sudut tingkatan atap terdapat berlian kecil. Kepala Kala di pahat pada bagian atas pitnu masuk serta bilik candi. Kala adalah bagian dari Dewa Siwa yang dikenal sebagai penajga bangunan suci. Hiasan ini terlihat seram dengan mata melotot dan mulut terbuka memperlihatkan 2 taring besar dan bengkok dan taring ini adalah ciri khas dari corak candi Jawa Timur. Pada bagian sudut kiri dan kanan ada jari tangan dengan sikap atau mudra seperti mengancam. Sisa pondasi dari sekeliling tembok berhasil di gali saat pemugaran tahun 1990-an dan terdapat tangga masuk menuju kompleks candi pada bagian barat melewati tembok. Akan tetapi tidak bisa dipastikan apakah ini merupakan bentuk asli atau tidak.

Artikel terkait:

9. Prasasti Manjusri

Prasasti ManjusriPeninggalan Kerajaan Singasari yang selanjutnya adalah prasasti manjusri. Ini merupakan manuskrip yang di pahat di bagian belakang Arca Manjusri 1343 dan ditempatkan pada candi Jago namun sekarang sudah di simpan pada Museum Nasional. Dari tafsiran Bosch pada tulisan prasasti ini menceritakan kemungkinan Adityawarman membangun candi tambahan pada lapangan candi Jago. Namun tidak ada bangunan sisa di bagian samping candi Jago. Karakter dari Manjusri dianggap sebagai personafikasi dari kebijaksanaan transenden yang menceritakan ia duduk diatas tahta berhias teratai dan pada bagian tangan kiri memegang buku sebuah naskah daun palem dan tangan kanan memegang pedang yang berarti melawan kegelapan. Pada bagian dada melingkar sebuah tali dan dikelilingi 4 Dewa yang merupakan replika diri sendiri.

Prasasti ini dipahat dengan aksara Jawa Kuno dan juga bahasa Sansekerta. Prasasti terdiri dari 2 bagian yakni bagian pertama diatas Boddhisattwa dengan 3 baris tulisan dna bagian kedua dipahat di belakang arca dengan 7 baris tulisan. Isi dari prasasti ini adalah mengenai penempatan arca Mañjuśrī oleh Adityawarman pada tempat pendarmaan Jina tahun Śaka 1265.

Peninggalan bersejarah lainnya :

  1. Prasasti Mula Malurung
  2. Arca Prajnaparamita
  3. Mandala Amoghapasa
  4. Prasasti Kudadu
  5. Pemandian Suci
  6. Arca Genesha

Raja Raja Kerajaan Singasari

Silsilah dari Kerajaan Singasari ini hadir dalam 2 versi yakni Pararaton dari Prasasti Kudadu dan juga Negarakretagama. Berikut ini adalah beberapa raja yang memerintah pada masa Kerajaan Singasari

  • Ken Arok

Memerintah dari tahun 1222 sampai 1227 Masehi yang merupakan pendiri Kerajaan Singasari dan diberikan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi. Ken Arok tewas terbunuh pada tahun 1227 Masehi oleh suruhan dari Anusapati, anak tiri Ken Arok dan ia dikebumikan di Kegenengan di bangunan Siwa Buddha.

  • Anusapati

Memerintah dari rahun 1227 sampai 1248 Masehi yang memerintah dalam jangka waktu lumayan lama namun tidak banyak melakukan perkembangan untuk kerajaan karena sering menyabung ayam. Tohjoyo lalu mengundang Anusapati ke Gedong Jiwa untuk pesta sabung ayam dan saat acara berlangsung, secara tiba-tiba, Tohjoyo menusuk Anusapati dengan keris yang dibuat oleh Empu Gandring dan Anusapati didharmakan pada Candi Kidal.

  • Tohjoyo

Memerintah tahun 1248 Masehi sesudah Anusapati meninggal. Pemerintahan tidak berlangsung lama, sebab anak Anusapati yakni Ranggawuni ingin membalas kematian sang ayah dan ia dibantu oleh Mahesa Cempaka serta pengikutnya sehingga akhirnya bisa menjatuhkan Tohjoyo dan memegang Kerajaan tersebut.

  • Ranggawuni

Memerintah dari tahun 1249 sampai 1268 Masehi dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardana yang di dapat dari Mahesa Cempaka, anak Mahesa Wongateleng yang memang dipersiapkan untuk mempimpin Kerajaan Singasari sebagai penerus atau pengganti dari Ranggawuni. Pada pemerintahan ini menghasilkan kedamaian sampai tahun 1254 Masehi, Kertanegara yang merupakan anak dari Wisnuwardana diangkat menjadi seorang raja muda dan Wisnu Wardana menutup usia dan didharmakan di Jajaghu tahun 1268 Masehi.

  • Kertanegara

Memerintah dari tahun 1268 sampai 1292 Masehi yang menjadi raja terakhir Kerajaan Singasari sekaligus menjadi raja terbesar sebab impiannya yang ingin membuat nusantara bersatu. Ia diberi gelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara dan ia memerintah dengan dibantu oleh 3 mahamentri yakni mahamentri I Hino, mahamentri I Halu serta mahamentri I Sirikan. Beberapa Wide juga ikut dijadikan bupati di daerah Sumenep, Madura serta diberikan gelar Aria Wijaya. Kertanegara didharmakan sebagai Siwa Buddha pada Candi Singasari dan arca-nya terkenal dengan nama Joko Dolog di Taman Simpang, Surabaya.

Demikian ulasan lengkap yang bisa kami berikan mengenai Peninggalan Kerajaan Singasari atau Singhasari yang kami harap bisa menambah pengetahuan dan wawasan mengenai sejarah di Indonesia, terima kasih.

The post 15 Peninggalan Kerajaan Singasari dan Penjelasannya (#Terlengkap) appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
10 Peninggalan Kerajaan Majapahit Beserta Gambarnya (#Paling Lengkap) /indonesia/kerajaan/peninggalan-kerajaan-majapahit Thu, 06 Jul 2017 05:35:14 +0000 /?p=718 Peninggalan Kerajaan Majapahit adalah Kerajaan besar yang berkembang di Nusantara dan menurut perkiraan berdiri pada tahun 1293 dan mengalami keruntuhan di abad ke-15 Masehi. Kerajaan Majapahit ini memberikan banyak sekali…

The post 10 Peninggalan Kerajaan Majapahit Beserta Gambarnya (#Paling Lengkap) appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Peninggalan Kerajaan Majapahit adalah Kerajaan besar yang berkembang di Nusantara dan menurut perkiraan berdiri pada tahun 1293 dan mengalami keruntuhan di abad ke-15 Masehi. Kerajaan Majapahit ini memberikan banyak sekali peninggalan sejarah yang masih bisa kita lihat hingga sekarang. Kerajaan Majapahit mencapai masa keemasan saat pemerintahan Raja Hayam Wuruk yang memimpin dari tahun 1350 sampai dengan 1389 Masehi. Kerajaan ini menjadi kerajaan Hindu Budha terakhir di Nusantara.

Peninggalan Kerajaan Majapahit

Berikut beberapa peninggalan bersejarah dari kerajaan Majapahit yang masih ada hingga sekarang.

1. Candi Sukuh

Peninggalan Kerajaan MajapahitCandi Sukuh terletak di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah, 36 km dari Surakarta atau 20 km dari Kota Karanganyar.Menurut perkiraan, Candi Sukuh ini dibangun pada tahun 1437 Masehi dan masuk kedalam jenis candi Hindu dengan bentuk piramid. Struktur bangunan Candi Sukuh memiliki bentuk yang unik dan berbeda dengan candi peninggalan Kerajaan Majapahit yang lain dan di sekitar reruntuhan Candi Sukuh ini juga terdapat banyak objek Lingga dan Yoni yang melambangkan seksualitas dengan beberapa relief serta patung yang memperlihatkan organ intim dari manusia. Candi ini ditemukan pada tahun 1815 oleh residen Surakarta bernama Johnson yang ditugaskan oleh Thomas Stanford Raffles untuk mengumpulkan data dari bukunya yakni “The History of Java”. Kemudian pada tahun 1842, candi ini juga sudah diteliti oleh Arekolog dari Belanda bernama Van der Vlies dan kemudian dipugar pada tahun 1928. Candi Sukuh kemudian diusulkan menjadi salah satu situs warisan dunia pada tahun 1995.

Desain sederhana dari candi ini membuat seorang arkeolog asal Belanda yakni W.F. Stutterheim di tahun 1930 memberikan argumentasinya yakni pemahat dari Candi Sukuh ini bukanlah dari seorang tukang batu namun seorang tukang kayu desa dan bukan dari kalangan keraton. Candi ini juga dibuat dengan terburu-buru yang tampak dari kurang rapihnya bangunan candi tersebut dan argumen terakhirnya adalah keadaan politik di masa tersebut yakni saat menjelang runtuhnya Kerajaan Majapahit membuat candi tersebut tidak bisa dibuat dengan mewah dan indah. Saat masuk ke pintu utama dan melewati gapura besar, maka bentuk arsitektur khas tidak disusun secara tegak lurus akan tetapi berbentuk sedikit miring trapesium lengkap dengan atap pada bagian atasnya. Sedangkan warna bebatuan di candi ini berwarna sedikit merah sebab memakai bebatuan andesit.

Artikel terkait:

Pada teras pertama terdapat sebuah gapura utama yang lengkap dengan sengkala memet dan tertulis dalam bahasa Jawa yaitu gapura buta aban wong dengan arti raksasa gapura memangsa manusia dengan makna masing-masing9, 5, 3, 1 yang jika dibalik maka diperoleh tahun 1359 [saka] atau 1437 Masehi. Angka ini kemudian diduga menjadi tahun berdirinya Candi Sukuh. Di bagian sisi candi juga terdapat sengkala memet dengan bentuk gajah memakai sorban yang sedang mengigit seekor ular dan dianggap sebagai lambang bunyi gapura buta anahut buntut atau raksasa gapura mengigit ekor. Pada bagian teras kedua, gapuranya sudah dalam keadaan yang rusak dan pada bagian sisi kanan dan kiri gapura ada patung penjaga atau dwarpala kaan tetapi juga sudah rusak dan tidak berbentuk lagi. Gapura ini juga sudah hilang bagian atapnya dan tidak dilengkapi dengan patung pada terasnya. Pada gapura ini ada sebuah candrasangkala yang ditulis dalam bahasa Jawa berbunyi gajah wiku anahut buntut dengan arti gajah pendeta menggigit ekor dan terdapat makna 8, 7, 3, 1 yang jika dibalik maka dihasilkan tahun 1378 Saka atau 1456 Masehi.

Pada bagian teras ketiga ada pelataran berukuran besar dengan candi induk serta beberapa buah panel yang dilengkapi dengan relief di bagian kiri dan patung di bagian kanan. Pada bagian atas candi utama di tengah ada sebuah bujur sangkar seperti tempat untuk meletakkan sesaji dan terdapat juga bekas kemenyan, hio serta dupa yang dibakar dan masih sering juga digunakan untuk sembahyang. Sedangkan pada bagian kiri candi induk ada serangkaian panel lengkap dengan relief yang bercerita tentan mitologi utama dari Candi Suku, Kidung Sudamala.

Artikel terkait:

2. Candi Cetho

Peninggalan Kerajaan MajapahitCandi Cethi terletak di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Karanganyar, Jawa Tengah. Menurut perkiraan para sejarawan, Candi Cetho ini berasal dari akhir keruntuhan Kerajaan Majapahit di sekitar abad ke-15 Masehi dan candi ini baru ditemukan pada tahun 1842 karena tulisan dari seorang arkeolog Belanda yakni Van de Vlies. Candi Cetho dibangun dengan menggunakan corak Hindu yang seringkali dipakai warga serta peziarah Hindu untuk tempat pemujaan. Tempat ini juga sering dijadikan tempat untuk bertapa untuk masyarakat Kejawen asli Jawa. Penggalian pertama dilakukan pada tahun 1928 untuk rekonstruksi oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda dan dari penelitian ditemukan jika usia candi tersebut hampir sama dengan Candi Sukuh yang lokasinya tidak jauh dari candi ini, akan tetapi terdapat perbedaan sebab candi ini dibuat di kompleks yang berundak. Secara keseluruhan, Candi Cetho ini mempunyai 13 buah teras dan juga banyak anak tangga yang juga dilengkapi dengan banyak archa serta punden di sepanjang tangga tersebut. Diatas candi ini terdapat Puri yang disebut dengan Puri Saraswati.

Candi Cetho ini ditemukan dalam keadaan reruntuhan dengan 14 teras atau punden bertingkat dengan bentuk memanjang dari barat menuju ke timur dan sekarang hanya tersisa 13 teras saja. Pemugaran sudah dilakukan pada kesembilan buah teras dan struktur teras yang berundak ini diduga merupakan kultur asli Nusantara Hinduisme yang semakin diperkuat dengan aspek ikonografi. Relief yang terdapat pada candi ini berbentuk tubuh manusia seperti wayang kulit dengan muka menghadap samping namun tubuh yang menghadap ke ara depan. Pemugaran juga dilakukan di akhir tahun 1970 yang dilakukan sepihak oleh Sudjono Humardani, asisten pribadi dari Suharto dan ia mengubah begitu banyak struktur dari candi tersebut.

Pemugaran ini kemudian banyak mendapatkan krtikan dari pada arkeolog sebab pemugaran pada situs purbakala tidak dapat dilakukan tanpa dipelajari dengan mendalam, selain itu ada beberapa objek hasil dari pemugaran yang sudah dianggap tidak asli yakni gapura mewah dan meagh di bagian depan kompleks, bangunan kayu tempat bertapa, patung yang dinisbatkan sebagai Brawijaya V, Sabdapalon, Nayagenggong dan phallus sera kubus di pucak punden

Artikel terkait:

3. Candi Pari

Peninggalan Kerajaan MajapahitCandi Pari terletak di Desa Candi Pari, Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Menurut perkiraan, Candi ini dibangun saat masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk tahun 1350 sampai dengan 1389 Masehi. Candi ini terletak di 2 km arah Barat Laut semburan pusat lumpur panas Lapindo Brantas. Candi Pari ini juga dibangun dengan batu bata berbentuk persegi empat seperti pura yang ada di Bali dan candi ini dibangun menghadap ke arah Barat. Diperkirakan, Candi Pari ini dibangun pada tahun 1371 Masehi dan dari J.Knebel yang ditulis dalam laporannya, Candi Pari dan juga Candi Sumur, dibangun untuk mengenang sekaligus memperingati hilangnya adik angkat dan juga seorang sahabat dari salah satu putra Prabu brawijaya yang menolak untuk tinggal di Keraton Kerajaan Majapahit. Diatas pintu Candi Pari ini dulunya terdapat batu tua dan apabila dilihat dari arsitektur sangat dipengaruhi dengan budaya Campa yakni kebudayaan dari Vietnam. Ini bisa terjadi karena dulu Indonesia menjalin hubungan dagang dengan Vietnam dan disaat yang bersamaan juga, perekonomian Vietnam hancur sehingga sebagian orang mengungsi ke Jawa Timur.

4. Candi Jabung

Peninggalan Kerajaan MajapahitCandi Jabung terletak di Desa Jabung, Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Candi ini terbuat dari bata merah yang disusun yang masih bertahan setelah sekian tahun. Di saat lawatan berkeliling Jawa Timur tahun 1359, Raja Hayam Wuruk dikatakan pernah singgah pada Candi Jabung tersebut. Candi ini merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit dengan bercorak bangunan Hindu, sedangkan struktur bangunannya terlihat hampir serupa dengan Candi Bahal dari peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Sumatera Utara.

Arsitektur Candi Jabung dibangun pada permukaan tanah dengan ukuran 35 meter x 40 meter dan pemugaran sudah dilakukan di tahun 1983 sampai 1987 sehingga penataan lingkungan bertambah 20.042 meter yang terletak di ketinggian 8 meter dari permukaan laut. Candi Jabung memiliki dua bangunan utama yang berukuran besar dan kecil yang umumnya disebut dengan Candi Sudut. Sedangkan material yang digunakan adalah bata merah kualitas bagus lengkap dengan ukiran berbentuk relief. Candi Jabung memiliki panjang 13.13 meter, lebar 9.60 meter dan ketinggian mencapai 16.20 meter menghadap ke arah Barat dan pada bagian sisi barat agak menjorok ke depan yang merupakan bekas susunan tangga memasuki candi.

Pada bagian Barat Daya halaman candi terdapat candi kecil yang berguna sebagai pelengkap Candi Jabung. Candi menara ini dibangun dengan material batu bata dengan ukuran 2.55 meter serta tinggi 6 meter. Arsitektur Candi Jabung terdiri dari bagian batur, kaki, tubuh dan juga atap dengan bentuk tubuh bulat yang berdiri diatas kaki candi bertingkat 3 bentuk persegi. Sementara bagian atapnya berbentuk stupa namun sudah runtuh di bagian puncak dan pada atap tersebut dilengkapi dengan motif suluran. Pada bagian bilik candi ada lapik arca yang berdasarkan dari inskripsi pada gawang pintu masuk Candi Jabung didirikan pada tahun 1276 Saka atau 1354 Masehi.

Artikel terkait:

5. Gapura Wringin Lawang

Peninggalan Kerajaan MajapahitGapura Wringin Lawang terletak di Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Candi ini juga terbuat dari bata merah seperti Candi Jabung dengan tinggi mencapai 15.5 meter berukuran 13 x 11 meter dan menurut perkiraan dibangun pada abad ke-14 Masehi.

Jika dilihat, gaya arsitektur dari Gapura Wringin Lawang ini hampir serupa dengan Candi Bentar dan banyak pada ahli berpendapat jika bangunan ini adalah pintu gerbang masuk ke kediaman Mahapatih Gajah Mada dan juga pintu masuk ke berbagai bangunan penting Ibu kota Majapahit.

6. Gapura Bajang Ratu

Peninggalan Kerajaan MajapahitGapura Bajang Ratu terletak di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur dan menurut perkiraan dibangun pada abad ke-14 Masehi. Di dalam Kitab Negarakertagama, gapura ini dikatakan berguna untuk pintu masuk ke bangunan suci yang memperingati wafatnya Raja Jayanegara. Menurut perkiraan, Gapura ini menjadi gapura terbesar di sepanjang masa Kerajaan Majapahit. Sebelum Raja Jayanegara wafat, bangunan tersebut dipakai sebagai pintu belakang Kerajaan Majapahit yang juga didukung dengan relief Sri Tanjung dengan sayap gapura melambangkan pelepasan. Struktur bangunan dari Gapura Bajang Ratu ini berbentuk vertikal dengan 3 bagian yakni kaki, badan dan juga atap, apabila dilihat dari atas, candi ini berbentuk segi empat dengan panjang 11.5 x 10.5 meter dan ketinggian mencapai 16.5 meter dan lorong 1.4 meter. Pada bagian kaki candi terdapat bingkai bawah dan juga atas dan badan kaki serta terdapat juga relief Sri Tajung. Pada masa itu, relief dipercaya sebagai penangkal dari bahaya, sementara di bagian sayap kanan terdapat relief Ramayana.

Struktur Bangunan Bajang Ratu – Dari buku Drs. I.G Bagus L Arnawa, bentuk gapura atau candi adalah bangunan pintu gerbang jenis paduraksa atau gapura beratap dan fisik keseluruhan candi dibuat dengan material batu bata merah kecuali untuk area lantai tangga serta pintu bawah dan atas yang dibuat menggunakan batu andesit. Secara vertikal, bangunan ini memiliki 3 bagian yakni kaki, tubuh dan juga atap serta dilengkapi dengan sayap dan pagar tembok pada kedua sisinya. Kaki gapura ini memiliki panjang 2.48 meter dan strukturnya terdiri dari bingkai bawah, badan kaki serta bingkai atas. Bingkai ini juga terdiri dari susunan pelipit rata serta berbingkai dengan bentuk genta dan pada bagian sudut kakinya terdapat hiasan berbentuk sederhana kecuali di sudut kiri depan yang dilengkapi dengan relief menceritakan Sri Tanjung.

Sementara untuk bagian tubuh diatas pintu juga terdapat relief hiasan kala dan hiasan suluran, sedangkan untuk bagian atap juag dilengkapi dengan relief berhias rumit yakni kepala kala diapit dengan singa, relief matahari, naga berkaki, relief bermata satu atau monocle cyclops dan juga kepala garuda. Relief ini dalam kepercayaan budata Majapahit untuk pelindung dan penolak bahaya, sedangkan pada sayap kanan terdapat relief yang menceritakan kisah Ramayana serta pahatan hewan bertelinga panjang.

Artikel terkait:

7. Candi Brahu

Peninggalan Kerajaan MajapahitCandi Brahu terletak di kawasan situs arkeologi Trowulan di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Prasasti ini dibuat oleh Mpu Sendok dan berguna sebagai tempat pembakaran jenazah dari raja-raja Majapahit. Nama Brahu ini menurut perkiraan berasal dari kata Wanaru atau Warahu yang didapatkan dari sebutan bangunan suci dan terdapat pada prasasti Alasantan, Prasasti tersebut ditemukan pada lokasi yang tidak jauh dari candi tersebut.

Candi ini dibangun dengan memakai gaya kultur Budha menghadap ke Utara dan memakai batu bata merah dengan panjang 22.5 meter, lebar 18 meter dan ketinggian mencapai 20 meter. Candi Brahu ini diperkirakan dibangun pada abad ke-15 Masehi, meski banyak ahli yang juga memiliki perbedaan pendapat tentang hal tersebut. Ada sebagian ahli yang mengatakan jika candi ini berusia lebih tua dibandingkan dengan candi yang lain yang ada di Komplek Trowulan. Di dalam Prasasti, Candi Brahu disebut sebagai tempat pembakaran jenazah para raja-raja Majapahit, akan tetapi pada penelitian yang sudah dilakukan tidak bisa ditemukan bekas abu dari mayat pada candi tersebut.

Struktur Bangunan Candi Brahu – Candi Brahu dibangun dengan menggunakan batu bata merah menghadap ke Barat dengan ukuran panjang 22.5 meter, lebar 18 meter dan tinggi 20 meter yang dibangun memakai kultur Buddha. Pada prasasti yang ditulis oleh Mpu Sendok 9 September 939, candi ini adalah tempat pembakaran jenazah raja-raja Majapahit. Menurut dugaan para ahli, ada banyak candi berukuran kecil di sekeliling Candi Brahu ini akan tetapi sudah runtuh dan hanya tertinggal sisa reruntuhannya saja yakni Candi Gedung, Candi Muteran, Candi Tengah dan juga Candi Gentong. Saat dilakukan penggalian, banyak ditemuka benda kuno seperti alat upacara keagaan yang terbuat dari logam, arca, perhiasan emas dan berbagai benda lainnya.

Artikel terkait:

8. Candi Tikus

Peninggalan Kerajaan MajapahitSeperti pada Candi Brahu, Candi Tikus juga sama-sama berada di situs arkeologi Trowulan di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Candi ini masih terdapat di dalam bawah tanah sebelum akhirnya ditemukan dan digali pada tahun 1914 dan kemudian dilakukan pemugaran pada tahun 1984 sampai dengan 1985. Candi ini mendapat nama candi tikus sebab disaat penemuannya, banyak warga melihat bangunan tersebut menjadi sarang tikus. Belum ada yang bisa memastikan siapa yang membangun Candi Tiku ini, akan tetapi dengan adanya sebuah menara kecil, maka diperkirakan dibangun pada abad ke-13 sampai dengan ke-14 Masehi sebab miniatur menara tersebut merupakan ciri khas dari bangunan pada abad tersebut.

Candi Tikus ini bentuknya seperti sebuah petirtaan dan membuat banyak arkeoloh berbeda pendapat. Sebagian arkeolog berpendapat jika candi ini adalah tempat pemandian keluarga kerajaan dan sebagian lagi berpendapat jika bangunan ini adalah tempat menampung air untuk keperluan masyarakat Trowulan. Sementara karena adanya menara, maka beberapa ahli juga menduga tempat tersebut adalah tempat pemujaan. Pada bagian kiri dan kanan tangga ada sebuah kolam berbentuk segi empat berukuran 3.5 meter x 2 meter serta kedalaman mencapai 1.5 meter, sedangkan pada dinding luar setiap kolam ada 3 buah pancuran berbentuk teratai atau padma yang dibuat dari batu andesit. Sedangkan pada bagian anak tangga yang agak ke Selatan terdapat sebuah bagunan berbentuk persegi empat dengan ukuran 7.65 meter x 7.65 meter dan diatas banguan tersebut juga terdapat sebuah menara dengan ketinggian 2 meter dan atap berbentuk meru dengan puncak yang datar. Menara ini dikelilingi dengan 8 buah menara serupa namun ukurannya lebih kecil dan di sekitar dinding kaki bangunan ada 17 pancuran atau jaladwara dengan bentuk makara serta teratai.

Artikel terkait:

9. Candi Surawana

Peninggalan Kerajaan MajapahitCandi Surawana terletak di Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kediri, Jawa Timur di 25 km Timur Laut Kota Kediri. Candi ini memiliki nama asli Candi Wishnubhawanapura yang dibangun pada abad ke-14 Masehi. Candi ini dibangun untuk memuliakan Bhre Wengker yang merupakan seorang raja Kerajaan Wengker yang ada dibawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Candi ini dibangun dengan corak Hindu yang keadaannya sudha tidak utuh lagi sekarang ini, bagian dasarnya sudah mengalami rekonstruksi sedangkan untuk bagian badan serta atap candi sudah hancur dan tak bersisa dan hanya kaki Candi dengan tinggi 3 meter saja yang masih berdiri dengan tegak.

Struktur Bangunan Candi Surawana – Candi Surawana berukuran 8 meter x 8 meter yang dibangun dengan material batu andesit dan merupakan candi Siwa. Semua bagian tubuh candi ini sekarang sudah hancur dan hanay tertinggal kaki candi dengan tinggi 3 meter, untuk naik ke selasar atas kaki candi ada sebuah tangga berukuran sempit yang ada di bagian Barat.

10. Candi Wringin Branjang

Peninggalan Kerajaan MajapahitCandi Wringin Branjang terdapat di Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Candi ini memiliki bentuk yang terlihat sederhana dan tidak dilengkapi dengan kaki candi namun hanya atap dan badan candi saja.

Candi ini berukuran panjang 400 cm, lebar 300 cm dan tinggi 500 cm, sedangkan lebar pintu masuk adalah 100 cm dan ketinggian mencapai 200 cm. Pada bagian dinding juga tidak dilengkapi dengan relief seperti pada candi umumnya, namun terdapat lubang ventilasi pada candi ini. Candi ini diperkirakan digunakan sebagai tempat penyimpanan alat untuk upacara dan sejenisnya.

Baca Juga :

Demikian ulasan yang bisa kami berikan mengenai peninggalan Kerajaan Majapahit yang saat ini sebagian masih tetap berdiri dengan kokok dan sebagian lainnya sudah hancur dan tidak bersisa. Semoga artikel kali ini bisa memperdalam pengetahuan kamu seputar sejarah kerajaan Indonesia, terima kasih.

The post 10 Peninggalan Kerajaan Majapahit Beserta Gambarnya (#Paling Lengkap) appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Candi Gedong Songo Semarang (#Paling Lengkap) /bangunan/sejarah-candi-gedong-songo Fri, 19 May 2017 03:36:58 +0000 /?p=554 Sejarah Candi Gedong Songo merupakan beberapa candi yang berkelompok hingga membentuk sebuah komplek percandian yang merupakan salah satu peninggalan agama Hindu. Lokasi candi ini di desa Candi, kecamatan Bandungan, Jawa…

The post Sejarah Candi Gedong Songo Semarang (#Paling Lengkap) appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Candi Gedong Songo merupakan beberapa candi yang berkelompok hingga membentuk sebuah komplek percandian yang merupakan salah satu peninggalan agama Hindu. Lokasi candi ini di desa Candi, kecamatan Bandungan, Jawa Tengah. Secara geografis, letak candi ini berada di koordinat -7.210290, +110.342010, yang berada di ketinggian 1200 m di atas permukaan laut. Lokasi tepatnya di kaki Gunung Ungaran sehingga kesejukkan dapat dirasakan di area ini. Suhunya pun sekitar 19° – 27° Celcius. Letaknya 15 km dari kota Ambarawa dan 45 km dari kota Semarang.

Baca juga:

Sejarah Candi Gedong Songo

Sejarah Candi Gedong SongoCandi Gedong Songo belum diketahui kapan dibangunnya candi ini hingga sekarang, bahkan para arkeolog pun belum bisa memecahkan problem ini. Sehingga candi ini sampai sekarang masih sering dijadikan sebagai bahan penelitian di bidang arkeologi. Namun, ada beberapa yang berpendapat bahwa candi ini dibangun di masa pemerintahan dinasti Sanjaya Hindu di Jawa yaitu sekitar abad ke-8. Hal ini pun ditinjau dari segi bangunannya dan coraknya.

Bentuk dan relief itu telah dijadikan bukti bahwa candi ini dibangun di masa pemerintahan dinasti Sanjaya. Hal inilah yang menguatkan mereka berpendapat bahwa candi ini di bangun pada abad ke-8. Namun, belum ada yang memastikan bahkan tahun pembangunan candi ini pun belum dikonvensionalkan oleh beberapa ahli.

Baca juga:

Karakteristik Masing-Masing Candi Gedong Songo

Setiap candi pada Candi gedong Songo ini memiliki sejarah yang berbeda-beda dan memiliki karakteristik masing-masing. Berikut ini adalah sejarah masing-masing dari setiap candinya pada Candi Gedong Songo:

1. Candi Gedong I

Candi Gedong ICandi Gedong I ini merupakan salah satu candi yang terbentuk utuh di antara candi-candi lainnya di komplek candi Gedong Songo. Karakteristik pada candi ini adalah sebagai berikut: (Baca juga: Sejarah Runtuhnya Bani Umayah)

  • Berbentuk persegi panjang
  • Ukuran tidak terlalu besar
  • Tinggi sekitar 4 sampai 5 meter
  • Berdiri di atas sebuah batur
  • Kaki candinya setinggi 1 meter
  • Kaki candi terdapat hiasan berupa pahatan relief sulur dan pahatan bunga atau Padma di sekelilingnya.
  • Berdiri menghadap ke arah Timur
  • Terdapat tangga kecil di pintu masuknya
  • Di bagian dalam terdapat ruangan sempit,
  • Di bagian luar hanya terlihat polos tanpa hiasan relief, hanya pahatan bunga sederhana seperti bingkai kosong di tengahnya.

2. Candi Gedong II

Candi Gedong IISama halnya dengan Candi Gedong I, bahwa Candi Gedong II berupa sebuah bangunan  candi yang utuh. Karakteristik dari Candi Gedong II ini di antaranya: (Baca juga: Sejarah Islam di Indonesia)

  • Candi ini berdiri kokoh di atas batur bujur sangkar dengan luas 2,2m dan tinggi 1 meter. Di atas batur terdapat selasar selebar setengah meter yang mengeliling candi.
  • Terdapat tangga di depan pintu masuk Candi Gedong II. Di bagian atas pintu, terdapat hiasan pahatan Kalamakara yang menjorok keluar sepanjang 1 meter
  • Candi menghadap ke arah Timur.
  • Di bagian luarnya terdapat relung atau ceruk kecil yang terdapat sebuah arca. Relung tersebut dihiasi dengan 2 kepala naga. Juga terdapat pahatan pola kertas tempel di masing-masing relung.
  • Bagian atap terlihat reruntuhan bangunan.
  • Di depannya juga terdapat bangunan candi kecil yaitu Candi Perwara yang fungsinya sebagai penjaga Candi Gedong II.

3. Candi Gedong III

Candi Gedong IIIBerbeda halnya dengan Candi Gedong I dan II, bahwa Candi Gedong III ini terdapat 3 buah bangunan candi besar. Berikut ini karakteristiknya:

  • 2 candi berada sederet menghadap Timur dan terlihat serupa, namun satu di antara kedua candi itu tampak lebih besar dan itu adalah candi utamanya dan candi di sampingnya berfungsi sebagai Candi Perwara. Kedua candi tersebut bentuknya seupa dengan Candi Gedong II. Sedangkan 1 candi yang lebih kecil menghadap Barat.
  • Kedua candi utama memang serupa dengan Candi Gedong II, perbedaannya adalah adanya relung di pintu masuk yang terdapat arca Siwa yang berdiri dengan gada panjang di tangan kanannya.
  • Pada dinding candi utama terdapat beberapa relung yang terdapat Ganesha dan Durga bertangan 8.
  • Candi kecil di depan kedua candi utama fungsinya sebagai tempat penyimpanan yang bentuknya mirip dengan Candi Semar di Candi Dieng yang bentuknya persegi panjang dengan atapnya yang berbentuk limas.

4. Candi Gedong IV

Candi Gedong IVCandi ini merupakan sebuah candi besar yang dikelilingi oleh beberapa reruntuhan candi kecil yang merupakan candi Perwara. Karakteristik pada Candi Gedong IV adalah sebagai berikut: (Baca juga: Candi Peninggalan Budha)

  • Candi ini serupa dengan Candi Gedong II dengan batus setinggi 1 meter dan selasar yang mengelilingi seluas setengah meter.
  • Candi ini menghadap ke arah Timur.
  • Terdapat tangga di pintu masuknya dan di pintu tersebut terdapat bilik penampil tanpa arca yang menjorok sepanjang 1 meter.
  • Di bagian luarnya juga terdapat bilik penampil dengan relung yang berisi arca namun sudah rusak.
  • Candi Gedong V

Candi Gedong V ini serupa dengan Candi Gedong IV yaitu merupakan bangunan utama yang besar dan beberapa reruntuhan candi Perwira yang mengelilingi candi utama. Karakteristik dari Candi Gedong V adalah bahwa bangunan utama pada Candi Gedong V ini juga menyerupai Candi Gedong II, namun perbedaannya adalah terdapat Arca Ganesha yang duduk bersila pada beberapa relung di sisi luar candi utama.

Untuk candi lainnya seperti candi Gedong VI hingga Cando Gedong IX hamper serupa dengan Candi Gedong V dari segi karakteristik dan bentuk bangunannya. (Baca juga: Candi Peninggalan Agama Hindu)

Fungsi Candi Gedong Songo

Candi Gedong Songo yang terletak di area perbukitan ini berfungsi sebagai tempat pemujaan para pemeluk agama Hindu. Konon, telah dipercaya oleh umat Hindu bahwa gunung merupakan tempat para dewa alias khayangan atau surganya para dewa. Sehingga dapat dikatakan bahwa candi ini dapat dijadikan sebagai tempat pemujaan bagi para pemeluk agam Hindu. (Baca juga: Sejarah Kota Tua Jakarta)

Selain karena letaknya berada di area perbukitan, candi ini memiliki bentuk yang mirip dengan komplek Candi Dieng. Sehingga bukti inilah yang membuat umat Hindu menjadikan Candi Gedong Songo sebagai tempat pemujaan mereka. Bahkan hingga sekarang Anda akan masih menemukan umat agama Hindu yang sering datang ke Candi Gedong Songo. Apalagi di hari raya umat Hindu seperti hari Raya Nyepi dan lain sebagainya. (Baca juga: Sejarah Jembatan Ampera)

Awal Publikasi Candi Gedong Songo

Sejarah Candi Gedong Songo mulai dimasukkan ke dalam serajah Nusantara ini sejak tahun 1740 yang telah dikemukakan oleh Sir Thomas Stamford Raffles. Waktu itu, Raffles menemukan 7 buah bangunan berupa candi. Sehingga, dulu candi ini masih memiliki nama sebagai ‘Candi Gedong Pitu’. Kata ‘Gedong’ ini merupakan bahasa Jawa dari ‘Bangunan’ atau ‘Candi’ dan kata ‘Pitu’ berasal dari bahasa Jawa dari ‘Tujuh’.

Baca juga:

Beberapa tahun kemudian, tepatnya di tahun 1908, Van Stein Callenfels yang merupakan seorang arkeolog asal Belanda ini menemukan 2 candi lain di area Candi gedong Songo. Sehingga total candi di area tersebut berjumlah 9. Mulailah candi ini dinamakan sebagai ‘Candi Gedong Songo. Diambil dari kata ‘Songo’ yang berasal dari bahasa Jawa ‘Sembilan’.

Di tahun 1928, Candi Gedong I dan Gedong II telah dilakukan pemugaran yang memakan waktu setahun. Hingga pemerintahan Indonesia pun melakukan pemugaran secara keseluruhan pada candi tersebut pada tahun 1972 dan memakan waktu hingga 10 tahun. (Baca juga: Sejarah Alat Musik Angklung)

Sebagai Obyek Wisata Alam Bandungan Ambarawa

Para pengunjung domestic hingga manca negara tidak akan lepas pandangan pada Candi Gedong Songo ini. Karena Candi Gedong Songo ini terkenal dengan sejarahnya yang memang sengaja disuguhkan sebagai obyek wisata Bandungan dan memang satu paket dengan Ambarawa dan Bandungan.

Bandungan merupakan salah satu obyek wisata yang menampakkan pegunungan dengan pemandangan alam berupa pegunungan di kota Ambarawa. Fasilitas dan akomodasi pada obyek wisata ini pun terbilang sangat lengkap yang berupa penginapan hingga pemandangan penduduk asli di sana. Para traveler yang ingin berkunjung di lokasi Candi Gedong Songo dari Bandungan cukup menggunakan kuda atau andong untuk menuju lokasi. Karena jalanan yang akan dilewati merupakan jalanan yang curam dan banyak belokan, sehingga cukup melelahkan juga jika menggunakan kendaraan bermotor. (Baca juga: Sejarah Gitar)

Satu hal yang sangat menarik pada obyek wisata tersebut adalah pemandian air panasnya yang terdapat di antara Candi Gedong III dan Candi Gedong IV. Pemandian air panas itu diletakkan di sebuah kepunden gunung. Air panasnya pun alami yaitu merupakan air belerang dari gunungnya langsung sehingga tak heran jika airnya terasa bau yang menyengat di hidung namun bermanfaat bagi kulit manusia. Dengan adanya demikian, maka pemerintah daerah setempat pun bermaksud untuk membangun pemandian air panas sebagai salah satu tempat wisata bagi pengunjung yang ingin merasakan sensai mandi air belerang.

Para traveler pun juga akan merasakan pemandangan pegunungan ketika sudah berada di lokasi puncak komplek candi Gedong Songo ini. Apalagi komplek Candi Gedong Songo ini memang terletak di Gunung Ungaran yang dikelelingi oleh beberapa gunung seperti Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, Gunung Merapi, dan Gunung Andong. (Baca juga: Sejarah Sepak Bola)

Mitos dan Legenda Candi Gedong Songo

Di setiap tempat pasti memiliki kisah tersendiri salah satunya adalah kisah mistik yang ada pada tempat tersebut. Seperti halnya dengan Candi Gedong Songo yang juga memiliki kisah mistik pada tersendiri dan berdasarkan cerita dari masyarakat setempat.

Berdasarkan legenda masyarakat setempat, bahwa sejarah Candi Gedong Songo ini merupakan tempatnya Hanoman menimbun Dasamuka atau Rahwana ketika perang memperebutkan Dewi Sinta. Seperti pada kisah Ramayana bahwa Dasamuka menculik Dewi Sinta dari sisi Rama sang suaminya. Karena ingin merebut kembali istrinya tercinta itu, maka terjadilah perang besar untuk merebut kembali Dewi Sinta. Peperangan itu terjadi antara kedua kubu yaitu kubu Dasamuka dan bala tentaranya dengan Rama dan Hanoman yang memimpin pasukan kera.

Baca juga:

Dasamuka pun tidak bisa mati walaupun sudah dirajam oleh ratusan senjata tubuhnya yang telah dirajam oleh Rama. Karena kejadian tersebut, maka Hanoman berpikir keras bagaimana caranya untuk mengalahkan Dasamuka. Sehingga muncullah ide untuk mengangkat gunung yang besar dan ditimpalah ke tubuh Dasamuka. Hingga pada akhirnya Dasamuka tertimbun hidup-hidup oleh gunung yang mana gunung tersebut adalah Gunung Ungaran. Dipercaya setelah kejadian tersebut, setiap hari di Gunung Ungaran selalu terdengar rintihan Dasamuka hingga menjadi tempat pemandian air panas seperti yang digunakan sampai sekarang. (Baca juga: Sejarah Rusia)

Konon, Dasamuka adalah raksasa yang suka minum minuman keras, sehingga ketika ada pengunjung membawa minuman keras di daerah tersebut, maka akan membuat Dasamuka terbangun karena mencium aroma minuman keras. Hal itu ditandai dengan adanya air panas yang semakin panas atau bahkan hingga gempa kecil yang terjadi pada daerah tersebut. Bukan hanya cerita tentang Dasamuka dan Hanoman saja, melainkan juga terdapat cerita lain yang mendasari asal usul terjadinya candi tersebut. (Baca juga: Sejarah Benua Amerika)

Masyarakat setempat telah mempercayai bahwa Candi Gedong Songo ini terdapat jin atau makhluk ghaib yang bernama Mbah Murdo sebagai penunggu candi. Dan masyarakat setempat pun mempercayai bahwa yang membangun candi ini adalah Ratu Sima sebagai persembahan kepada dewa-dewanya di setiap Ratu Sima mengalami masalah. Setiap Ratu Sima menghadapi masalah, Ratu Sima selalu bersemedi di candi tersebut hingga mendapatkan pencerahan dari para dewa.

Itulah beberapa peristiwa dengan berbagai macam versi sebagai sejarah dari Candi Gedong Songo tersebut. Sehingga terdapat berbagai macam versi juga sejarah yang diterima oleh masyarakat setempat mengenai sejarah dari Candi Gedong Songo ini. (Baca juga: Sejarah Benua Atlantis)

[accordion]
[toggle title=”Artikel Terkait” state=”closed”]

[/toggle]
[toggle title=”Artikel Lainnya”]

[/toggle]
[/accordion]

The post Sejarah Candi Gedong Songo Semarang (#Paling Lengkap) appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Kerajaan Sriwijaya –Latar Belakang, Masa Kejayaan dan Keruntuhannya /indonesia/kerajaan/sejarah-kerajaan-sriwijaya Mon, 17 Oct 2016 03:58:18 +0000 /?p=239 Mendengar nama Sriwijaya pastinya bukan hal yang asing di telinga anda. Salah satu kerajaan paling besar di Asia Tenggara yang berhasil menjadi negara maritim pertama sebelum berdirinya Indonesia. Kejayaan Sriwijaya…

The post Sejarah Kerajaan Sriwijaya –Latar Belakang, Masa Kejayaan dan Keruntuhannya appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Mendengar nama Sriwijaya pastinya bukan hal yang asing di telinga anda. Salah satu kerajaan paling besar di Asia Tenggara yang berhasil menjadi negara maritim pertama sebelum berdirinya Indonesia.

Kejayaan Sriwijaya menginspirasi banyak orang. Bahkan di dunia persepakbolaan nasional, namanya digunakan sebagai nama klub bola asal pulau Sumatera, Sriwijaya FC. Dalam catatan-catatan dan kronik Cina, Sriwijaya dikenal dengan nama Che-li-fo-che.

Sejarah kerajaan sriwijaya menjadi satu diantara 3 kerajaan yang berada di Sumatera dan dikenal oleh Cina alias Tiongkok. Kerajaan lain yang juga menduduki kepulauan Sumatera adalah Tulangbawang dan Kerajaan Melayu. Namun berdasarkan prasasti asli Sumatera, tidak ada yang mengisahkan cerita kerajaan Tulangbawang dan Melayu.

Kerajaan ini masih jauh lebih dulu besar dibanding sejarah Kerajaan Majapahit yang menjadi penghancurnya. Sejarahnya dapat diteladani dan menjadi inspirasi pemersatu Indonesia. Mengingat Sriwijayalah kerajaan yang menjadi kerajaan nasional dan maritim pertama sebelum ada ide menyatukan nusantara.

Latar Belakang

Sriwijaya didirikan pertama kali pada abad ke-7 dengan raja pertama bernama Dapunta Hyang. Bukti fisik berupa kronik berita Cina memberitahu bahwa pada tahun 682 Masehi atau abad ke-6 ada seorang pendeta Budha dari Tiongkok yang ingin memperdalam agamanya di tanah India.

Sebelum keberangkatan resminya, ia harus sudah menguasai bahasa Sansekerta, karena itulah pendeta bernama I-Tsing tersebut mempelajarinya dulu selama setengah tahun di Sriwijaya. Kronik ini sekaligus memberi sinyal bahwa ternyata pada zaman dulu, Sriwijaya sudah menjadi pusat keagamaan yang mumpuni di kawasan Asia Tenggara. Bahkan I-Tsing juga berhasil menerjemahkan kitab-kitab agama Budha ke bahasa nenek moyangnya setelah mempelajari secara mendalam agama Budha di Sriwijaya.

Bukti yang kedua ini memperkuat teori awal pendirian Kerajaan Sriwijaya di abad ke-7. Sebuah prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang dinamai Kedukan Bukit memiliki angka 683 Masehi. Di tahun tersebut Sriwijaya sedang dipimpin oleh seorang raja bernama Dapunta Hyang yang sedang berusaha memperluas wilayah. Ia menyiapkan bala tentara sampai jumlah 20.000 orang. Penaklukan ini membuahkan hasil setelah 8 hari bertempur di medan perang. Pada akhirnya beberapa wilayah yang kekuatan militernya tak sebanding bersedia menyerahkan upeti ke Sriwijaya sebagai tanda takluk.

Tidak ada kronik maupun prasasti lagi yang menjelaskan asal-usul keluarga Dapunta Hyang Srijayanaga sehingga ia menduduki tahta pertama kerajaan. Dalam sejarah berdirinya Sriwijaya, ada sekitar 11 raja yang silih berganti mengurusi negara internasional ini. Nantinya, nama Sriwijaya yang artinya kemenangan yang mulia benar-benar terwujud.

Setelah Dapunta Hyang berhasil meraih kesuksesan bersama 20.000 pasukannya, ada sebuah prasasti yang ditemukan di Pulau Bangka, sebuah pulau kecil di dekat Sumatera. Prasasti Kota Kapur adalah nama prasasti yang menyebutkan keinginan Dapunta Hyang meneruskan ekspedisi ke Jawa. Dan prasasti yang berangka tahun 686 Masehi itu pun menjadi bukti sejarah berhasilnya Sriwijaya menaklukkan Jawa yang saat itu dikuasai Kerajaan Tarumanegara. Prasasti-prasasti lainnya yang menjadi peninggalan Kerajaan Sriwijaya menggunakan bahasa melayu kuno dan berhuruf Pallawa.

Masa Kejayaan

Masa kejayaan kerajaan Sriwijaya sudah sangat jelas bisa diterangkan. Negara mana yang tidak kaya dengan menguasai selat-selat strategis dan menjadi penguasa tunggal jalur perdagangan internasional. Inilah sumber kekayaan Sriwijaya.

Selat Malaka dan Selat Sunda merupakan dua selat internasional yang tidak pernah sepi dari kapal. Hanya bermodalkan kekuatan armada militernya, Sriwijaya berani menerapkan sistem bea cukai yang sampai sekarang dipakai juga oleh Pemerintah Indonesia. Fungsi dan peran armada militer dalam perekonomian Sriwijaya sangat besar. Tanpa adanya jaminan keselamatan, para saudagar Arab dan Tiongkok pasti memilih selat lain sebagai jalur transportasinya. Apalagi sampai memutuskan menetap sementara atau selamanya. Hal ini banyak terjadi karena selain Sriwijaya elok dan berharta, kehidupan bisnisnya akan dilindungi oleh para militer Sriwijaya.

Kesuksesan tidak bisa dipandang dari banyaknya harta saja, Sriwijaya dan para petingginya menyadari benar kalimat tersebut. Sehingga kerajaan maritim ini mengembangkan juga kebesaran agama Budha. Selain dengan cara mendirikan sangga –kelompok belajar- untuk memperdalam Buddhisme, Sriwijaya juga sudah menyiapkan banyak guru spiritual Budha. Baik seorang pendeta atau hanya orang yang mendapatkan kelebihan.

Guru agama Budha yang paling tersohor di Sriwijaya yaitu Sakyakirti. Fakta yang mengejutkan lain ditemukan di daerah-daerah dekat Palembang yang menjadi titik pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya. Diduga ada candi yang lebih besar dari Borobudur pernah diciptakan oleh kerajaan ini. Namun sampai sekarang hanya arcanya saja yang ditemukan. Selain itu, ditemukan juga beberapa batu bertulis ‘ziarah yang berhasi’ di daerah Telaga Batu. Kenyataan ini menguatkan Sriwijaya sebagai kerajaan yang religius.

Peninggalan lain yang masih bisa dilihat langsung oleh generasi kita berupa candi. Candi-candi yang dibangun bercorak agama Budha. Misalkan candi Muaratakus yang dibangun di Riau dan Biaro Bahal di Sumatera Utara. Kedua candi ini menjadi candi yang terkenal sebagai bekas kejayaan Sriwijaya karena memang tidak banyak candi yang ditemukan di Sumatera.

Pada tahun 860 Masehi, prasasti Nalanda yang berada di India menyeret nama Sriwijaya sebagai nama kerajaan internasional yang sangat peduli dengan pendidikan. Masa keemasan ini semakin meningkatkan pamor Balaputeradewa yang saat itu menjadi Raja Sriwijaya. Dalam prasasti tersebut, Balaputeradewa disebutkan mendirikan asrama pelajar Sriwijaya yang diperuntukkan anak dari Sriwijaya yang sedang menuntut ilmu di Nalanda, India. Tempat itu sudah banyak menghasilkan para pendeta yang dapat mengayomi orang banyak. Pada zaman itu, India dan Benggala tempat beradanya perguruan Nalanda sedang dipimpin oleh Raja Dewapaladewa.

Puncak keemasan diperoleh Sriwijaya setelah berjuang dalam hitungan abad. Sriwijaya memperoleh kejayaan ini di abad ke-8 dan ke-9. Hingga pada akhirnya, kejayaan tersebut harus diakhiri pada abad ke-11.

Balaputeradewa yang berhasil membawa Sriwijaya mencapai kejayaan itu sebenarnya adalah anak dari Raja Samarattungga. Seorang keturunan Dinasti Syailendra dari bumi Jawa yang memberikan peninggalan berupa candi Borobudur kepada anak cucunya.

Di masa pemerintahan Balaputeradewa ini agama Budha benar-benar menunjukkan progressnya. Ada banyak orang yang bermaksud menjadi murid spiritual seorang biksu besar bernama Dharmakirti. B

Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya

Ada banyak faktor yang menyebabkan berhenti berkibarnya nama Sriwijaya. Kebanyakan faktor tersebut melemahkan Sriwijaya perlahan-lahan. Kekuatan militer yang sudah berlapis-lapis pada ujungnya tidak berdaya juga.

Awalnya militer Sriwijaya kalah telak dengan sebuah kerajaan di India Selatan. Kerajaan ini bernama Cola dengan pemimpin Rajendra Cola I. Orang tersebut telah melepaskan kekuasaan atas kapal dan segala jenis transit yang memakan biaya dan cukai.

Keadaan diperparah dengan banyaknya kerajaan kecil yang melepaskan diri dari pengaruh Sriwijaya. Semuanya membuat Sriwijaya benar-benar kehilangan sumber pendapatan dari pelabuhan yang ditransiti kapal barang. Serangan ekspedisi pamalayu yang menjadi bagian sejarah kerajaan singasari kemudian benar-benar menghancurkan kejayaan Sriwijaya. Ditambah lagi dengan penerusnya, pembuat sejarah kerajaan majapahit yang menghilangkan beberapa bekas kejayaan Sriwijaya.

[accordion]
[toggle title=”Artikel Terkait”]

[/toggle]
[toggle title=”Artikel Lainnya”]

[one_third]

[/one_third]
[one_third]

[/one_third]

[one_third_last]

[/one_third_last]

[/toggle]
[/accordion]

The post Sejarah Kerajaan Sriwijaya –Latar Belakang, Masa Kejayaan dan Keruntuhannya appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
35 Candi Peninggalan Agama Hindu di Indonesia /agama/hindu/candi-peninggalan-agama-hindu Thu, 06 Oct 2016 03:54:13 +0000 /?p=122 Agama hindu di Indonesia dibawa oleh para musafir dari India dan Tiongkok. Dari beberapa musafir yang terkenal adalah Maha Resi Agastya dari India yang lebih terkenal dengan sebutan Batara Guru…

The post 35 Candi Peninggalan Agama Hindu di Indonesia appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Agama hindu di Indonesia dibawa oleh para musafir dari India dan Tiongkok. Dari beberapa musafir yang terkenal adalah Maha Resi Agastya dari India yang lebih terkenal dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana. Gaung budaya hindu mulai terdengar pada abad ke-4 dengan berdirinya Kerajaan Tarumanegara. Serta kerajaan hindu kuno adalah Kerajaan Mataram.

Teori Vaishya adalah teori kedatangan agama hindu di Indonesia yang dibawa oleh pedagang Hindustan yang melakukan perkawinan dengan penduduk asli Indonesia. Ada juga teori Kshatrya yang berpendapat prajurit Hindustan setelah perang pergi berlibur ke nusantara. Teori Brahmana mengambil sudut pandang tradisional dengan berpendapat misionaris hindu menyebarkan agama kepada penduduk local. Teori terakhir adalah teori nasionalis yang berpendapat para bangsawan menganut agama ini ketika kembali dari perjalanan di Hindustan.

Seiring berkembangnya agama hindu, didirikanlah candi-candi yang digunakan untuk ibadah, upacara ritual dan juga pemujaan terhadap dewa. Ada tiga dewa dalam agama hindu. Dewa Brahma sebagai pencipta, Dewa Wisnu sebagai pemelihara dan Dewa Siwa sebagai pelebur.

Candi-candi ini tersebar di sepanjang Pulau Jawa yaitu, Jawa Tengah, jawa Timur dan jawa Barat. Pada dasarnya candi-candi tersebut memiliki arsitektur yang sama. Namun yang membedakan adalah aksen dan ornament didalamnya. Ada beberapa candi di Indonesia yang bisa dikunjungi.

Baca juga : Peristiwa Bandung Lautan Api

  1. Candi Prambanan – Yogyakarta

Candi Prambanan atau disebut juga sebagai Candi Roro Jonggrang karena erat kaitannya dengan legenda Roro Jongrang yang ingin dipersunting oleh Bandung Bondowoso. Karena Roro Jongrang tidak berniat menikah dengannya. Maka Roro Jongrang membuat syarat dengan harus membangun 1000 candi dalam satu malam.

Karena syarat itu Bandung Bondowoso mengerahkan seluruh keahliannya dengan bantuan jin. Candi-candi tersebut akhirnya akan selesai sebelum fajar, tapi Roro Jongrang dengan akalnya dapat membuat candi-candi tersebut gagal terbangun. Bandung Bondowoso mengetahui kalau Roro Jongrang lah yang menggagalkannya. Maka dikutuklah Roro jongrang dan menjadi bagian dari candi.

Candi ini dibangun pada masa Kerajaan Mataram yang menurut arkeolog dibangun pada abad ke-9. Candi ini dibangun untuk menghormati Dewa Siwa. Hal ini diperkuat dengan tulisan dalam prasasti Siwagraha yang dalam bahasa sansekerta yang artinya  Rumah Siwa. Di dalam candi ini terdapat patung Dewa Siwa setinggi 3 meter yang konon patung itu adalah Roro Jonggrang.

  1. Candi Arca Gupolo – Yogyakarta

Keunikan candi ini, karena candi ini satu-satunya yang hanya terdiri dari arca. Terdapat 7 arca yang memiliki aksen candi agama hindu pada umumnya. Seperti arca agastya yang besarnya mencapai 2 meter. Arca agastya ini identik dengan trisula. Dimana trisula adalah simbol dewa Siwa.

Candi ini terdapat di kelurahan Sambirejo, kecamatan Prambanan, Yogyakarta. Candi ini memiliki kekhasan karena terdapat sumur abadi di dalam kompleks candi. Sumur yang banyak digunakan penduduk di kala musim kemarau panjang. Karena tidak pernah kering sejak ditemukan.

Candi ini kononnya masih memiliki hubungan dengan candi Prambanan. Gupolo adalah nama patih untuk raja Ratu Boko yang memiliki candi ratu boko. Ratu boko sendiri adalah nama dari ayah Roro Jonggrang (Candi Prmabanan) jadi ketika candi tersebut masih memiliki hubungan

  1. Candi Cetho _ Jawa Tengah

Candi yang dibangun pada abad ke-15 ini berada di bagian barat pegunungan lawu, daerah karanganyar, Jawa Tengah. Candi ini dibangun pada masa Sejarah Kerajaan Majapahit akhir. Candi ini ditemukan oleh pemerintah Hindia-belanda karena terkubur dialam tanah reruntuhan.

Program penggalian dimulai pada tahun 1928. Hal tersebut tertuang dalam tulisan Van de Vlies ada tahun 1842 dan dipertegas oleh penelitian A.J. Bernet Kempers.

  1. Candi Sukuh – Jawa Tengah

Candi yang memiliki arsitektur unik seperti Suku Maya di Meksiko, Suku Inca di Peru dan bentuknya mirip piramida di Mesir. Candi yang terletak di Karanganyar, Jawa Tengah. Letaknya tidak jauh dari Cnadi Cetho. Candi ini adalah candi terkecil di Jawa Tengah dan area candi yang tergolong sempit.

Para arkeolog meyakini bahwa candi ini adalah candi peninggalan agama hindu. Hal ini ditandai dengan adanya tempat pemujaan Lingga dan Yoni. Menurut para ahli Lingga dan Yoni adalah simbol seksualitas manusia.

  1. Candi Dieng – Jawa Tengah

Dieng yang berasal dari bahasa sansekerta yaitu Dihyang yang memiliki arti arwah para leluhur. Candi ini terdapat did daerah dataran tinggi Jawa Tengah. Tepatnya di daerah Dieng. Menurut penilitian candi ini dibangun pada masa kerjaan Mataram Hindu.

Di dalam candi ini terdapat beberapa arca Dewa Siwa, Dewa Wisnu, Agatsya dan juga Ganesha. Kompleks Candi Dieng memiliki keunikan. Candi candi yang terdapat dalam komplek candi dinamakan seperti tokoh pewayangan. Contohnya Candi Arjuna, Candi Gatotkaca, Candi Bima, Candi Semar, Candi Srikanci, Candi Dwarawati, Candi Puntadewa dan Candi Sembrada.

Baca juga : Sejarah Kerajaan Majapahit

  1. Candi Gedong Songo – Jawa Tengah

Kompleks Candi Gedong Songo memiliki jumlah candi sebanyak 9 buah. Oleh sebab itu dinamakan Gedong Songo yang artinya Gedung sembilan. Candi yang diperkirakan dibangun pada periode Wangsa Seilendra atau sekitar abad ke 9 Masehi. Candi ini dibangun pada masa Mataram hindu.

Candi ini baru ditemukan pada tahun 1840 oleh Stamford raffles ketika melakukan penelitian di gunung Ungaran. Tepatnya di desa Candi, Kecamatan Ambarawa, Semarang Jawa Tengah.

  1. Candi Penataran – Jawa Timur

Candi yang khusus memuja dewa Siwa ini dibangun pada masa raja Srengga dari kerjaan kediri. Candi ini juga masih digunakan pada masa raja Wirakramawardhana di era sejarah kerajaan majapahit sekitar 1415 masehi. Candi ini Masih digunakan untuk upacara keagamaan.

Menurut sejarah Candi ini awalnya bernama Candi palah menurut prasasti yang terdapat disekitar candi. namun karena candi ini terletak di daerah Penataran, kecamatan Nglegok Blitar. Maka candi ini dinamakan candi Penataran dan merupakan kompleks candi termegah di daerah Jawa Timur dan sekitar gunung Kelud.

  1. Candi Kidal – Jawa Timur

Candi ini terdapat didaerah Malang Jawa Timur. Candi ini dibangun sekitar 1248 dan dilakukan pemugaran pada tahun 1990 oleh pemerintah Indonesia. Uniknya candi Kidal adalah candi ini tidak saja digunakan untuk upacara pemujaan dewa semata. Candi ini dibangun untuk penghormatan kepada raja kedua kerajaan Singosari, Raja Anuspati.

Karena pada zaman Anuspati, kerajaan Singosari merengkeh kemakmuran selama 20 tahun sebelum berakhir karena Anuspati dibunuh oleh Panji Tohjaya saat terjadi kudeta. Kejadian ini terjadi karena legenda kutukan Mpu Gandring.

  1. Candi Pringapus – Jawa Timur

Candi Pringapus dibangun berdasarkan bentuk Gunung Mahameru. Gunung Mahameru dipercaya oleh masyarakat Hindu Kuno sebagai tempat berdiamnya para dewa. Pemahaman ini dapat dilihat dari relief hapsara hapsari yang terdapat di dinding candi. Hapsara hapsari adalah perwujudan manusia setengah dewa.

Candi ini dinamakan candi Pringapus karena terdapat di daerah Pringapus, Kecamatan Ngadirejo, Temanggung, Jawa tengah. Tepatnya 22 km daerah barat pusat kota Temanggung. Candi ini hanya digunakan untuk pemujaan dewa Siwa saja.

  1. Candi Cangkuang – Jawa Barat

Candi ini ditemukan oleh tim peneliti Harsoyo dan Uka Tjandrasasmita. Candi ini dipercaya berdiri pada abah ke 8 masehi pada masa Purnawarman dari Tarumahegara dan awal kerajaan Pajajaran. Candi ini merupakan candi untuk sekte Siwaistik, atau pemuja dewa Siwa

Candi Cangkuang merupakan satu-satunya candi hindu yang terdapat di tanah Sunda. Candi ini dapat ditemui di daerah kampung Pulo, Leles, Garut. Tepatnya disamping makam sesepuh Islam kampung Pulo, Mbah Dalem Arief Muhammad, di desa Cangkuang.

Cangkuang sendiri berarti daun yang sering digunakan masyarakat setempat untuk membuat tikar. Candi ini telah mendapatkan pemugaran pada tahun 1974-1975. Namun baru pada tahun 1976 di rekontruksi. Rekonstruksi menggunakan hanya 40% batu candi sisanya semen dan pasir. serta besi.

Baca juga: Pertempuran Medan Area

  1. Candi Gunung Sari – Jawa Tengah

Candi yang terletak di gunung Wukir, Kecamatan Salam, Magelang. Terletak di dataran tinggi dan candi ini khusus menyembah Dewa Siwa atau masuk dalam golongan Siwaistik. Candi ini berumur lebih tua dari candi Gunung Wukir yang terletak tidak jauh dari kompleks candi ini. Hal itu didapat dari prasasti yang terdapat dalam area candi.

  1. Candi Gunung Wukir – Jawa Tengah

Candi yang terletak di lokasi yang sama dengan candi Gunung Sari ini berusia lebih muda. Hal ini ditandai dengan usia batu andesit yang diperkirakan berusia 732 tahun. Luas area candi 50 x 50 m ditemukan  prasasti canggal, altar yoni, ptung lingga dan patung Andini (lembu betina). Candi ini tidak banyak mendapat pemugaran sejak ditemukan. Itu dibuktikan masih banyaknya bebatuan candi yang berserakan.

  1. Candi Jago – Jawa Timur

Candi yang menurut penelitian dibangun abad ke 13 masehi pada masa kerajaan Singosari ini. candi ini terdapat di daerah Tumpang, Malang Jawa timur. Di Candi Jago terdapat dua cerita relief yang menjadi dasar pendirian candi, yakni relief Kunjakarna dan Pancatantra. relief itu banyak menceritakan kisah-kisah hindu salah satunya pernikahan Arjuna dengan Dewi Suparba.

Dalam area candi juga di temukan prasasti Arca manjusri. Arca menceritakan tentang asal mula pembangunan candi. Konon candi ini dibangun oleh Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang ayahnya Raja Wisnuwardhana.

  1. Candi Sambisari – Yogyakarta

Candi ini memiliki luas 50m x 48m ini dibangun di daerah Purwomartani, Sleman, Yogyakarta. Candi yang memiliki keunikan karena berbentu puzzle. Namunpada abad ke-11 candi ini tertutup tanah vulkanis akibat letusan Gunung Merapi. Candi ini diketahui pertama kali pada tahun 1966 oleh petani desa Sambisari. Letak dari batuan candi ini berada di kedalaman 6,5 meter dari permukaan tanah.

Bentuk candi ini memiliki keunikan. Pada bagian luar dikelilingi tembok berbentuk persegi. Di dallam area itu terdapat tiga bangunan candi. Dua candi pendamping dan satu candi utama. Di bagian utara ada patung Durga, di bagian selatan ada patung Agastya, di bagian timur ada patung Ganesha, sedangkan di bagian barat terdapat dua patung penjaga, yakni patung Mahakala dan Nandiswara. Dibagian candi utama terdapat lingga dan yoni yang berukuran cukup besar.

  1. Candi Asu – Jawa Tengah

Candi ini terletak 11 km arah utara dari candi Ngawen. Sedangkan disekitar candi Asu juga terdapat candi hindu lainnya yakni Candi Pendem dan Candi Lumbung. Candi Asu dinamakan karena masyarakat lokal melihat bentuk anjing. Padahal itu adalah patung Anandi yang merupakan lembu betina tunggangan Dewa Siwa.

Baca juga: Peristiwa Rengasdengklok

  1. Candi Kedulan – Yogyakarta

Candi yang ditemukan oleh penambang pasi pada tahun 1993 ini terletak di daerah kedulan, Kecamatan Kalasan Yogyakarta. Candi yang memiliki arsitektur dengan berciri khas mulut kala bertaring bawah. Candi ini diperkirakan berdiri sekitar abad ke-9 yaitu pada zaman Kerajaan mataram Kuno. Candi ini menurut penelitian pernah tertimbun oleh berbagai lapisan tanah yang diperkirakan akibat letusan gunung merapi pada abad ke-11 masehi

  1. Candi Kimpulan – Yogyakarta

Satu-satunya candi di daerah Yogyakarta yang berada di dalam area kampus. Tepatnya di kampus Universitas Islam Indonesia. Pada tahun 2009 ditemukan berkat adanya proyek pembanguna perpustakaan UII yang sedang melakukan pembangunan pondasi sedalam lima meter dibawah tanah. Candi dengan arsitek Siwaistik ini diperkirakan dibangun pada kurun waktu antar abad ke-9 sampai abad ke-10. Pada zaman kerajaan Mataram kuno. Masyarakat sekitar menyebutnya sebagai Candi UII karena terletak di daerah kampus. namun pihak yayasan kampus menamainya Pustakasala yang dalam bahasa sansekerta berarti perpustakaan.

  1. Candi Barong – Yogyakarta

Candi yang dinamakan barong karena banyak arsitektur relief yang mirip barong ini berada didaerah prambanan. Candi yang meurut para ahli merupakan peninggalan Kerajaan Medang pada abad ke-9. Berbeda daripada candi-candi lain di Yogyakarta yang bersifat siwaistik atau pemujaan kepada dewa Siwa. Candi barong yang memiliki kekhasan dua candi utama diatas undakan. Diperkirakan memuja Dewa Wisnu dan Dewi Sri.

Baca juga : Sejarah Kerajaan Kutai Kertanegara

  1. Candi Ijo – Yogyakarta

Candi yang kira-kira berlokasi 4 kilometer arah tenggara dari Candi Ratu Boko. Candi yang ditemukan dengan luas sekitar 0.8 hektare ini diperkirakan memiliki luas yang lbih besar dibandingkan saat ini. Dinamakan Candi Ijo karena berada di daerah Gumuk atau dalam bahasa Indonesia disebut Bukit Hijau. Candi ini tidak hanya dibangun untuk Dewa Siwa tapi kepada Trimurti atau tiga dewa utama agama hindu. Yaitu Dewa Brahma, Dew Wisnu dan Dewa Siwa. Candi Ijo berbentuk kompleks yang terdiri dari Candi Utama, Candi Pengapit dan candi perwara yang menghadap ke arah barat.

  1. Candi Gebang – Yogyakarta

Candi yang ditemukan pada tahun 1936 ditemukan oleh arkeolog Belanda Van Remondt. Setahun setelah ditemukan dilakukan pemugaran dari tahun 1937-1939. Candi ini terletak di daerah Wedomartani, di dusun Gebang, Sleman. Pembangunan candi ini berawal pada masa kepemimpinan Wangsa Sanjaya pada abad ke-8  yang berkuasa di kerajaan Mataram kuno.

  1. Candi Jawi – Jawa Timur

Candi Jawi atau nama asalnya Candi Jajawa di bangun pada masa kerajaang Singosari yaitu pada abad ke-13. Candi yang dibangun untuk peribadatan Raja Kertanegara ini merupakan candi siwaistik. Candi yang menjadi tempat peribadatan Raja kertangera ini memiliki sebagian abu bekas kremasi raja Kertanegara. Sebagian di simpan di Candi Jago yang juga merupakan candi peribadatan raja Kertanegara. Candi ini terdapat di kaki Gunung Welirang Kecamatan Prigen, Pasuruan, Jawa Timur.

  1. Candi Jago – Jawa Timur

Candi yang terletak di kecamatan Tumpang Kabupaten Malang. Biasa juga disebut Candi Jajaghu. Candi ini didirikan oleh Raja Kertanegara dari Kerajaan Singosari untuk menghormati mendiang ayahnya Raja Wisnuwardhana yang meninggal pada tahun 1268. Di Candi ini dulu terdapat arca Manjusri yang di simpan oleh Adityawarman. Saat ini arca tersebut di simpan di Museum Nasional.

Baca juga : Pahlawan Nasional Wanita

  1. Candi Singhasari – Jawa Timur

Candi yang didirikan oleh kerajaan Singosari ini sering disebut juga Candi Singosari. Terletak di Desa Candirenggo, Kecamatan Singasari, Malang, Jawa Timur. Candi ini terletak diantara dua lembah di pegununggan Tengger dan gunung Arjuna. Candi yang dibangun dengan cara diukir dari atas kebawah dipercaya belum selesai pembangunannya. pemugaran dilakukan oleh pemmerintah kolonial  di Abad ke-20 tahun 1934-1936

  1. Candi Surawana – Jawa Timur

Candi yang aslinya bernama Candi Wishnubhawanapura ini dibangun untuk menghormati Bhre Wengker pada abad ke-14. Bhre Wengker adalah raja kerajaan Wengker yang berada dalam wilayah Sejarah Kerajaan Majapahit. Raja Wengker wafat pada tahun 1388. Raja Hayam Wuruk semasa pemerintahannya pernah menginap di candi ini. Candi ini bisa dikunjungi di Desa Canggu, Pare, Kediri.

  1. Candi Brahu – Jawa Timur

Menurut Prasasti Alasantan, asal nama Brahu adalah Warahu atau wanaru yang artinya bangunan suci. Menurut prasasti mpu sendok, candi ini dibangun untuk melakukan kremasi terhadap raja-raja. Namun menurut penelitian tidak pernah ditemukan bekas abu pembakaran di candi ini. Candi ini dibangun menggunakan bata merah dan telah dilakukan pemugaran selama lima tahun. Dari tahun 1990 sampai tahun 1995.

  1. Candi Gentong – Jawa Timur

Tidak banyak yang dapat dilihat dari candi ini. Candi yang berada dalam satu komplek trowulan. Saat ini hanya berupa tumpukan batu bata merah. menurut Verbeek pada tahun 1889, Candi Gentong masih terlihat sebagai bangunan. Namun tahun 1907 candi gentong sudah tidak berbentuk lagi. Candi Gentong pernah di lakukan pemugaran dari tahun 1995 sampai tahun 2000. Hasilnya sudah bisa terlihat bentuk candi yang sesungguhnya.

  1. Candi Bajang Ratu – Jawa Timur

Candi ini berberntuk seperti gapura. Dibangun pada masa kerjaan Majapahit yaitu abad ke-14. Pembangunan candi ini yang dikenal sebagai Gapura Bajang Ratu, untuk memperingati wafatnya Raja kedua Majapahit yaitu Jayanegara pada tahun 1328. Bajang yang artinya orang kerdil. Menurut cerita Raja Jayanegara dinobatkan pada saat masih kecil atau Bujang.

  1. Candi Tikus – Jawa Timur

Terletak di kompleks trowulan. Candi yang ditemukan kembali pada tahun 1914. Penemuan diinisiasi oleh Bupati  Mojokerto saat itu R.A.A Kromojoyo adinegoro. Candi ini dipugar 1984 sampai 1985. Penamaan candi ini dikarenakan awal penemuannya sebagai sarang Tikus.

Baca juga : Peristiwa G30S/PKI

  1. Candi Mojongmende – Jawa Barat

Tidak banyak informasi yang bisa didapatkan untuk Candi ini. Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke-7 lebih muda dari pada Candi Dieng. Namun banyak yang memperkirakan Candi ini berumur lebih tua dibandingkan candi yang terdapat di daerah Jawa Tengah dan jawa Timur. Candi ini terdapat di Dusun Bojongmende, Rancaekek, Bandung, Jawa Barat.

  1. Candi Losari – Jawa Tengah

Candi unik ini di temukan di Dusun Losari Desa Salam, magelang Jawa Tengah. Candi ini ditemukan oleh petani salak pada tanggal 11 Mei 2004. Menurut Badri sang penemu candi. Dirinya hendak menggali parit disekitaran kebun salaknya. Penemuan ini kemudian ditindaklanjuti dengan ekskavasi arkeologis dan rekonstruksi oleh pemerintah melalui Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah dan Balai Arkeologi Yogyakarta.

  1. Candi Liyangan – Jawa Tengah

Candi ini ditemukan pada tahun 2008 di lereng Gunung Sundoro di Dusun Liyangan, Ngadirejo, Kecamatan Temanggung, Jawa Tengah. Menurut peneliti Candi Liyangan merupakan kompleks candi yang memiliki struktur kompleks. Candi Liyanga diindikasi sebagai kompleks pemukiman, ritual, sekaligus pertanian. Candi ini mengalami pemugaran pada tahun 2010 dan 2011 oleh Balai arkeologi Yogyakarta.

  1. Candi Morangan – Yogyakarta

Candi ini diperkirakan memiliki zaman yang sama dengan Candi Prambanan. Candi yang dibangun pada zaman Mataram Kuno. Ditemukan pada tahun1884 di kedalaman 6.5 meter dibawah permukaan tanah. Candi ini terletak di Dusun Morangan, Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Candi ini terdiri dari dua candi yaitu candi induk dan candi perwara. Candi induk menghadap ke barat, berbilik satu dan berdenah bujur sangkar berukuran 7,95 m x 7,95 m serta mempunyai selasar selebar 90 m.

  1. Candi Abang – Yogyakarta

Candi ini terletak di Kelurahan Jogotirto, Sleman. Candi ini berbentuk piramida. Dinamakan candi abang karena menggunakan  bata merah. Keunikan candi ini karena terdapat yoni atau arca dewa Siwa yang berbentuk segidelapan. Biasanya yoni berbentuk segiempat.

  1. Candi Jabung – Jawa Timur

Candi ini terdapat di Desa Jabung, Probolinggo, Jawa Timur. Candi yang dibangun pasa masa sejarah kerajaan majapahit. Candi ini mengalami pemugaran pada tahun 1983-1987. Candi ini berdiri diatas lahan seluas 35 x 40 meter. Bangunan candi terdiri dari satu bangunan induk dan satu bangunan kecil yang disebut bangunan sudut. Candi ini dibangun dengan batu bata kualitas tinggi untuk relief

  1. Candi Lor – Jawa Timur

Candi ini dianggap sebagai candi cikal bakal berdirinya Kabupaten nganjuk. Dalam areal candi ini terdapat dua makam abdi dalem Mpu Sendok. Abdi dalem tersebut adalah Eyang Kerto dan Eyang Kerti. Raja Mataram Hindu yang bergelar Sri Maharaja Sri Isyana Wikrama Dharmottunggadewa memerintahkan Rakai Hinu Sahasra, Rakai Baliswara serta Rakai Kanuruhan pada tahun 937 untuk membangun sebuah bangunan suci bernama Srijayamerta sebagai pertanda penetapan kawasan Anjuk Ladang \ sebagai kawasan swatantra atas jasa warga Anjuk Ladang dalam peperangan.

[accordion]
[toggle title=”Artikel Terkait”]

[/toggle]
[toggle title=”Artikel Lainnya”]

[one_third]

[/one_third]
[one_third]

[/one_third]

[one_third_last]

[/one_third_last]

[/toggle]
[/accordion]

The post 35 Candi Peninggalan Agama Hindu di Indonesia appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Kerajaan Kutai Kartanegara Lengkap /indonesia/kerajaan/sejarah-kerajaan-kutai /indonesia/kerajaan/sejarah-kerajaan-kutai#respond Sat, 23 Jul 2016 04:56:20 +0000 /?p=12 Sejarah kerajaan kutai kartanegara tidak akan pernah lekang dimakan waktu, karena kerajaan ini merupakan salah satu yang paling berpengaruh di Indonesia. Kerajaan kutai adalah kerajaan bercorak hindu yang merupakan kerajaan…

The post Sejarah Kerajaan Kutai Kartanegara Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah kerajaan kutai kartanegara tidak akan pernah lekang dimakan waktu, karena kerajaan ini merupakan salah satu yang paling berpengaruh di Indonesia. Kerajaan kutai adalah kerajaan bercorak hindu yang merupakan kerajaan yang memiliki bukti sejarah tertua di Indonesia. Kerajaan kutai berlokasi di  Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di tepi sungai Mahakam. Kerajaan ini di ketahui keberadaannya atas di temukannya tujuh buah prastasi dengan bahasa sansekerta dan huruf pallawa yang berasal dari India. Ketujuh prastasi tersebut dikenal dengan nama prastasi Yupa.

Para Ahli sejarah memperkirakan umur prastasi itu dari perbandingan usia huruf yang sama dan telah ditemukan di India sekitar 400 Masehi. Selain itu nama Kutai mengambil dari nama tempat ditemukannya ketujuh prastasi tersebut.

Sumber Sejarah Pertama yaitu Prastasi Yupa

Yupa merupakan tiang batu sebagai peringatan yang dibuat oleh para Brahmana untuk mengikat korban hewan atau manusia yang akan dijadikan persembahan untuk dewa-dewa. Prasasti yupa merupakan sumber sejarah dari di dirikannya sebuah kerajaan di Kalimanta

Isi Prasasti Yupa:

  • Aspek kehidupan politik 

Diketahui dari salah satu Yupa bahwa raja pertama di Kerajaan Kutai adalah Raja Kudungga. Salah satu Yupa yang lain juga menyebutkan tentang sejarah masa pemerintahan Aswawarman di Kerajaan Kutai.

Isi prasasti Yupa menyatakan bahwa Raja Kudungga digantikan kekuasaannya dengan putranya yaitu Raja Aswawarman, kemudian digantikan lagi dengan cucunya yaitu Raja Mulawarman yang berhasil membawa Kutai ke puncak kejayaan.

  • Aspek kebudayaan

Yupa menyebutkan   bahwa pada masa pemerintahan Aswawarman di Kerajaan Kutai pernah diadakan upacara Aswamedha, yaitu upacara yang dilakukan ketika sebuah kerajaan ingin memperluas wilayahnya dengan cara melakukan ritual melepas kuda untuk mengetahui batas wilayahnya.

  • Aspek kehidupan sosial

Menurut isi prasasti Yupa selanjutnya, bahwa masyarakat Indonesia sudah banyak yang menerima pengaruh ajaran Hindu sejak 400 Masehi di kerajaan Kutai. Hal ini berdampak positif, jadi pada saat itu  kerajaan pun sudah mulai mendirikan bangunan yang terstruktur seperti  pemerintahan kerajaan-kerajaan di India. Karena kerajaan-kerajaan di India yang membawa ajaran Hindu ke Indonesia.

  • Aspek ekonomi

Mata pencarian yang utama di zaman kerajaan Kutai adalah beternak sapi, bercocok tanam dan berdagang. Letak kerajaan Kutai di tepi sungai mahakan sangat subur untuk pertanian. Bahkan telah diperkirakan pernah terjadi hubungan dagang dari kerajaan Kutai ke beberapa wilayah yang ada di luar. Pada abad ke 4 M telah ada jalur perdagangan internasional dari India (melewati selat makassar), sampai terus ke Filiphina hingga Cina. Diduga dalam pelayaran tersebut para pedagang singgah di kerajaan Kutai untuk melakukan jual beli barang dagangan dengan sekaligus beristirahat untuk pelayaran selanjutnya. Hal seperti inilah yang menjadikan kerajaan Kutai ramai, dan rakyat hidupnya makmur.

Raja di Kerajaan Kutai

1. Maharaja Kudungga

Adalah raja pertama di Kerajaan Kutai. Kedudukan Kudungga pada awalnya adalah seorang kepala suku, dengan masuknya pengaruh Hindu maka ia mengubah struktur pemerintahannya menjadi kerajaan dan menjadikan dirinya sebagai raja, dan pergantian kekuasaan dengan keturuanan-keturunannya.

Raja Kudungga merupakan penduduk asli Indonesia yang belum terpengaruh dengan ajaran Hindu pada zamannya. Oleh karena itu, Raja Kudungga tidak dianggap sebagai pendiri keluarga kerajaan, melainkan anaknya yaitu Raja Aswawarman, karena pada masa pemerintahannya sudah masuk pengaruh agama Hindu dana Raja
Aswawarman menjadi pemeluk Hindu hingga keturunan berikut-berikutnya.

2. Maharaja Aswawarman

Raja Aswawarman adalah putra Raja Kudungga. Raja Aswawarman adalah Raja pertama yang menganut kepercayaan Hindu. Sebelumnya pada masa pemerintahaan Raja Kudungga, kerajaan Kutai menganut kepercayaan animisme.

Berikut ini jasa-jasa Maharaja Aswawarman

  • Tersingkirnya kepercayaan animisme

Animisme berasal dari kata Anima yang latinnya berarti Roh. Kepercayaan ini mempercayai bahwa segala benda hidup ataupun benda mati mempunyai roh-roh yang wajib di hormati dan di puja. Seperti gunung, laut, pohon, danau, batu besar dan sebagainya. Benda-benda tersebut dipercaya dapat membantu kelangsungan hidup manusia.

Selain itu animisme juga mempercayai bahwa roh-roh orang yang telah meninggal, akan berpindah roh ke tubuh hewan yang masih hidup seperti babi, harimau dan hewan buas lainnya. Dipercaya bahwa roh orang yang telah meninggal itu akan membalas dendam kepada musuhnya ketika hidup melalui hewan itu. Sekilas kepercayaan ini hampir mirip dengan reinkarnasi, ajaran pada agama Hindu dan Buddha.

Namun ada perbedaan yang mendalam, reinkarnasi diartikan kelahiran baru. Jadi ajaran Hindu dan Buddha mempercayai bahwa orang yang telah meninggal akan lahir kembali ke raga yang baru, tidak ke tubuh hewan seperti pemeluk animisme.

Sejak Raja Aswawarman naik tahta, kepercayaan ini pelan-pelan tersingkir dan terganti dengan ajaran yang dibawa oleh para Brahmana yaitu agama Hindu.

Asal – usul masuknya agama Hindu ke Indonesia:

Raja Aswawarman adalah Raja pertama yang menganut agama Hindu. Pada saat itu di Kalimantan ada Brahmana yang ingin menyebarkan ajaran Hindu ke Indonesia, lalu Brahmana ini di angkat menjadi Parohita (penasihat Raja) sekaligus pemimpin upacara-upaca kerajaan oleh Raja Kudungga karena dipercaya mempunyai kesaktiaan.

Namun saat itu ajaran Hindu yang dibawa oleh Brahmana hanya dapat di pelajari dan di mengerti oleh golongan kerajaan dan golongan tertentu, karena ajaran yang dibawa para Brahmana sangat tinggi.

Sampai pada akhirnya ajaran Hindu sudah mempengaruhi kerajan Kutai pada masa pemerintahan Raja Aswawarman hingga terus di turunkan sampai ke putranya yaitu Raja Mulawarman yang dikenal sebagai penganut Hindu-Syiwa yang taat.

  • Mendapat gelar Wangsakerta dan Dewa Ansuman:

Raja Aswawarman merupakan pendiri dinasti Kerajaan Kutai, sehingga mendapat gelar Wangsakerta yang artinya sebagai pembentuk keluarga raja. Pemberiaan gelar ini juga disebutkan pada stupa, selain itu stupa itu juga menjelaskan bahwa Raja Aswawarman mendapat sebutan sebagai Dewa Ansuman (Dewa Matahari).

3. Maharaja Mulawarman

Raja Mulawarman merupakan Raja ketiga, setelah ayahnya di Kerajaan Kutai. Kerajaan kutai mencapai puncak kejayaannya sejak masa pemerintahan raja yang mempunyai nama lengkap Mulawarman Nala Dewa dan dikenal sebagai raja yang tersohor pada abad ke 4 Masehi.

Berikut ini jasa-jasa Maharaja Mulawarman :

  • Semakin luasnya wilayah kerajaan Kutai

Raja Mulawarman berhasil mencapai puncak kejayaan Kutai hingga terus menerus memperluas wilayahnya, hingga menguasai Kalimantan bagian Timur. Hampir semua daerah di Kalimantan berhasil pula di taklukan. Dengan semakin luasnya wilayah kerjaan Kutai, nama Raja Mulawarman semakin tersohor.

  • Kehidupan rakyat makmur dan tentram

Kehidupan rakyat pada masa pemerintahan Raja Mulawarman sangat makmur, tentram dan terjamin sehingga seluruh rakyat dapat melangsungkan kehidupannya dengan lebih baik. Keamanan juga terjamin pada waktu itu, sehingga semua rakyat bangga dengan Raja Mulawarman.

  • Terkenal sebagai raja yang dermawan

Sejarah menyebutkan bahwa pada suatu hari Raja Mulawarman memberikan sekitar 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana di dalam tanah yang suci yang dikenal dengan nama Waprakeswara, sebagai bentuk terimakasih dan peringatan acara kurban. Raja Mulawarman terkenal sebagai raja besar yang mulia.

  • Banyak bangunan suci

Pada masa pemerintahan Raja Mulawarman banyak di dirikan bangunan suci untuk ibadah, seperti bangunan suci untuk menyembah Dewa Trimurti. Trinurti adalah tiga bentuk kekuatan Brahman dalam menciptakan, memelihara dan meleburkan alam.

Dewa Trimurti adalah tiga dewa tertinggi di agama Hindu. Ketiga nama dewa tertinggi tersebut adalah:

  1. Dewa Brahma yang fungsinya sebagai Pencipta,
  2. Dewa Wisnu yang fungsinya sebagai Pemelihara
  3. Dewa Siwa yang fungsinya sebagai Pelebur

Selain ketiga dewa tertinggi, agama Hindu juga meyakini keberadaan dewa lainnya antara lain:  Dewa Chandra (Dewa Bulan), Dewa Ganesha (Dewa kebijaksanaan), Dewa Indra (Dewa hujan dan perang), Dewa Kuwera (Dewa kekayaan), Dewi Laksmi (Dewi kemakmuran dan kesuburan), Dewa Maruta (Dewa petir), Dewi Saraswati (Dewi pengetahuan), Dewi Sri (Dewi pangan), Dewa Surya (Dewa matahari), Dewa Waruna (Dewa air,laut,samudra), Dewa Bayu (Dewa angin), Dewa Yama (Dewa maut), Dewa akhirat(hakim yang mengadili roh) dan Dewa Kartikeya (Dewa pembunuh iblis) dan masih banyak dewa-dewa lainnya.

Nama-Nama Raja di Kerajaan Kutai

  • Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman
  • Maharaja Aswawarman, gelar Wangsakerta dan Dewa Ansuman
  • Maharaja Mulawarman
  • Maharaja Marawijaya Warman
  • Maharaja Gajayana Warman
  • Maharaja Tungga Warman
  • Maharaja Jayanaga Warman
  • Maharaja Nalasinga Warman
  • Maharaja  Nala Parana Tungga
  • Maharaja Gadingga Warman Dewa
  • Maharaja Indra Warman Dewa
  • Maharaja Sangga Warman Dewa
  • Maharaja Candrawarman
  • Maharaja Sri Langka Dewa
  • Maharaja Guna Parana Dewa
  • Maharaja Wijaya Warman
  • Maharaja Sri Aji Dewa
  • Maharaja Mulia Putera
  • Maharaj Nala Pandita
  • Maharaja Indra Paruta Dewa
  • Maharaja Dharma Setia

Runtuhnya Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai berakhir saat masa pemerintahan Maharaja Dharma Setia (Raja ke-21) tewas di medan perang melawan Raja Kutai Kartanegara ke-13, yaitu Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Kerjaan Kutai dan Kerajaan Kutai Kartanegara adalah dua kerajaan yang berbeda. Kutai Kartanegara mempunyai ibukota di Tanjung Kute, dan disebutkan juga ke dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara inipun selanjutnya menjadi kerajaan Islam yaitu, Kesultanan Kutai Kartanegara. Setelah menajadi kerajaan Islam, nama pemimpin yang semulanya Raja berubah menjadi Sultan.

Peninggalan Kerajaan Kutai

Berikut ini beberapa peninggalan sejarah dari keajaan Kutai :

Prasasti YupaPrasasti Yupa

Prasasti yupa adalah peninggalan sejarah dari kerajaan Kutai yang tertua. Dari prastasi inilah terdapat sumber sejarah tentang kerajaan Hindu yang terdapat di Muara Kaman, di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan.

Secara garis besar isi prastasi Yupa menceritakan tentang aspek kehidupan politik, sosial, budaya di kerajaan Kutai saat itu. Prastasti yupa diyakini menggunakan bahasa sansekerta dan huruf pallawa yang berasal dari India.

Ketopong SultanKetopong Sultan

Ketopong adalah mahkota yang dipakai oleh Sultan di kerajaan Kutai yang terbuat dari emas dilengkap dengan hiasan batu-batu permata, motif bungan, kijang dan burung. Ketopong sultan ini memiliki berat emas sekitar 2kg.

Ketopong Sultan di temukan di Muara Kamai, Kutai Kartanegara pada tahun 1890.Kita dapat melihat replika atau tiruan dari ketopong sultan ini di Monumen Nasional (Monas) Jakarta, masih diabadikan sampai saat ini sebagai sumber sejarah yang langka.

 Kalung CiwaKalung Ciwa

Kalung ciwa merupakan benda sejarah yang ditemukan ketika masa pemerintahan Sultan Aji Muhammad Sulaiman. Kalung ciwa dinilai unik dan sangat mahal, karena terbuat dari emas. Kalung ciwa pada awalnya ditemukan oleh seorang penduduk di sekitar Danau Lipan Muara Kaman pada tahun 1890, lalu diserahkan kepada Sultan.

Sejak saat itu kalung ciwa digunakan sebagai perhiasan kerajaan Kutai dan juga digunakan setiap ada pesta penobatan sultan baru.

Kura-kura EmasKura-kura emas

Kura-kura emas yang berukuran sekepalan tangan ini ditemukan di Long Lalang, daerah yang berada di sekitar hulu Sungai Mahakam. Dari sumber sejarah diketahui informasi, bahwa kura-kura emas ini merupakan persembahan atau lamaran dari seorang pangeran di Cina untuk Putri Raja Kutai, Aji Bidara Putih.

Benda bersejarah yang menjadi saksi awal pernikahan putri raja kutai ini masih tersimpan di Museum Mulawarman dalam bentuk replika atau tiruannya.

Pedang Sultan KutaiPedang sultan kutai

Pedang ini mempunyai ukiran yang unik, terdapat gambar harimau di gagang pedang dan gambar buaya di ujung pedangnya. Seperti melambangkan, kegagahan dan keberanian sultan kutai. Pedang sultan kutai sering menemani sultan dalam perperangan dan juga merupakan pedang kesayangan sultan.

Sampai saat ini benda sejarahnya ini masih tersimpan di Museum Nasional Jakarta dalam bentuk replika atau tiruannya yang masih diabadikan sebagai sumber sejarah.

Keris Bukit Kang

Keris Bukit Kang

Keris Bukit Kang merupakan keris yang digunakan oleh istri raja yaitu Permaisuri Aji Putri Karang Melenu, permaisuri dari Raja Kutai Kartanegara yang pertama. Berdasarkan sejarah, permaisuri ini merupakan bayi yang ditemukan dalam sebuah gong yang terhanyut di atas bambu.

Di dalam gong yang ditemukan tersebut terdapat bayi perempuan, telur ayam dan sebuah kering. Kering inilah diyakini oleh kebanyakan orang sebagai Keris Bukit Kang.

Singgasana SultanSinggasana Sultan

Singgasana Sultan merupakan benda sejarah yang masih terjaga sampai saat ini dan diletakkan di Museum Mulawarman. Singgasana yang dilengkapi dengan payung serta umbul-umbul ini digunakan oleh Sultan Aji Muhammad Sulaiman serta raja-raja sebelumnya di kerajaan Kutai.

Di Museum Mulawarman, singgasana sultan ini dibentuk dan di modifikasi ulang dalam bentuk replika atau tiruan yang masih tetap di abadikan.

Kerajaan bercorak Hindu-Budha di Indonesia Lainnya

Berikut ini sejarah singkat tentang kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Budha lainnya:

[accordion]
[toggle title=”Kerajaan Tarumanegara” state=”opened”]

Menurut sumber, kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu setelah kerajaan Kutai yang berdiri sekitar abad ke 5 Masehi hingga abad ke 7 Masehi. Kerajaan yang dulu membelang sungai citarum ini merupakan kerajaan yang berkuasa di Jawa Barat.

Puncak Kejayaan Tarumanegara

Mengalami puncak kejayaan pada masa pemerintahan Raja Purnawarman (395-434M). Raja Purnawarman adalah Raja ketiga yang memerintah setelah Dharmayawarman (382-395 M). Pada masa Raja Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara mamu memperluas wilayahnya hingga menakhlukkan beberapa kerajaan disekitar Jawa Barat.

Runtuhnya Kerajaan Tarumanegara

Runtuhnya kerajaan Tarumanegara disebabkan pengalihan kekuasaan, dari Raja ke- 12 Linggawarman kepada menantunya, Tarusbawa. Pada masa pemerintahan Tarusbawa, pusat kerajaan Tarumanegara di pindahkan ke kerajannya sendiri, yaitu kerajaan Sunda. Yang pada akhirnya Kerajaan Tarumanegara diganti nama dengan kerajaan Sunda.

[/toggle]
[toggle title=”Kerajaan Mataram Lama”]

Sumber sejarah mendapatkan informasi tentang keberadaan ini dari beberapa prasasti, antara lain prasasti canggal, prasasti belitung, prasasti kelurak, dan prasasti tengah. Pendiri kerajaan mataram adalah sanjaya, tertulis dalam prasasti canggal. Kerajaan Mataram Lama berlokasi di Jawa Tengah, beribukota Medang Kamulan.

Pada prastasi belitung disebutkan nama-nama raja mataran dari dinasti sanjaya. Setelah Raja Sanjaya wafat dan digantikan kekuasannya oleh anaknya yaitu Panangkaran. Di masa pemerintahan Raja Panangkaran, agama Budha mulai masuk ke Kerajaan Tarumanegara. Sehingga keturunan selanjutnya adalah keturunan syailendra yang beberapa mememluk agama Budha.

Kerajaan Mataram terpecah menjadi 2 dinasti, setelah meninggalnya Raja Panangkaran, yaitu:

  1. Dinasti sanjaya, beragama Hindu  dan mempunyai kekuasaan di Jawa tengah bagian utara (peninggalan sejarahnya adalah candi – candi hindu, antara lain di kompleks candi dieng).
  2. Dinasti syeilendra, beragama Budha  dan mempunyai kekuasaan di Jawa tengah  bagian selatan. (peninggalan sejarahnya adalah candi budha antara lain, candi pawon, mendut, kalasan, sari, borobudur).

Menurut sejarah, kerajaan Mataram yang terpecah ini menjadi bersatu melalui perkawinan antara dinasti sanjaya dan dinasti syeilendra. Yaitu perkawinan Rakaipikatan (Sanjaya) dan Pramudhawardani (Syeilendra).

[/toggle]
[toggle title=”Kerajaan Sriwijaya “]

Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan Budha yang berdiri pada abad ke-7 Masehi. Dibuktikan dengan adanya sumber sejarah berupa prasasti kedukan Bukit di Palembang pada tahun 682 Masehi. Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan yang kuat di Pulau Sumatera, sesuai dengan arti namanya dari bahasa Sansekerta “Sri” yaitu bercahaya, “Wijaya” yaitu kemenangan.

Kerajaan Sriwijaya mempunyai pusat kerajaan di kawasan Candi Muara Takut (Yang saat ini menjadi provinsi Riau), dan di pimpin oleh Dapunta Hyan Sri Jayanasa sebagai raja pertama saat ini.

Puncak Kejayaan Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya berhasil meraih puncak kejayaan pada abad 9-10 Masehi dengan menguasai jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara. Kerajaan Sriwijaya pada saat itu sudah menguasai hampir seluruh kerajaan Asia Tenggara, diantaranya, Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina. Selain itu Kerajaan Sriwijaya juga menguasai Selat Sunda dan Malaka.

Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya runtuh pada abad ke-13, sejak penyerangan yang dilakukan oleh Raja Rajendra Chola, penguasa kerajaan Cholamandala berhasil meruntuhkan armada Sriwijaya sejak tahun 1007 Masehi. Sampai penyerangan kedua dilakukan kembali di tahun 1023 Masehi. Peperangan ini pun membuat ekonomi kerajaan Sriwijaya terus melemah dan pedagang yang berjualan pun terus menipis, di tambah pula dengan kekuatan militer yang semakin tidak bertahan hingga akhirnya runtuhlah kerajaan yang sudah berjaya hingga satu abad ini.

[/toggle]
[toggle title=”Kerajaan Kediri”]

Kerajaan Kediri adalah kerajaan Hindu yang berlokasi di hulu Sungai Brantas, Jawa Timur sejak abad ke 12. Kerajaan Kediri termasuk bagian kerajaan Mataram Kuno. Raja pertamanya adalah Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabu.

Puncak Kejayaan Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri berhasil mencapi puncak kejayaannya ketika masa pemerintahan Raja Jayabaya. Wilayah kekuasaan kerajaan Kediri saat itu meluas hingga hampir ke seluruh daerah di Pulau Jawa dan pengaruh kerajaan Kediri juga sampai ke Pulau Sumatera. Selain itu kerajaan Kediri mempunyai seni sastra yang menjadi pusat perhatian banyak orang.

Runtuhnya Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri runtuh sejak abad ke 12 Masehi pada masa pemerintahan Raja Kertajaya yang dikalahkan oleh Ken Arok. Pada saat itu banyak perdebatan antara raja dengan kaum Brahmana. kaum Brahmana menganggap bahwa Raja Kertajaya sudah melanggar agama, dengan memaksa rakyat untuk menyembanya sebagai Dewa. Akhirnya para Brahmana meminta perlindungan kepada Ken Arok yang merupakan pemimpin daerah Tumapel. Ken Arok berhasil membunuh Raja Kertajaya dan mengambil alih kekuasaan kerajaan Kediri.

[/toggle]
[toggle title=”Kerajaan Singasari”]

Kerajaan Singasari terletak di Kota Malang, Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok yang bercorak Hindu. Menurut prasasti Kudadu, nama resmi kerajaan Singasari yang sebenernya adalah kerajaan Tumapel, yang di dirikan pada abad ke 12 Masehi dengan ibu kota bernama Kutaraja. Raja Kertanegara mengganti nama Kutaraja menjadi Singasari, dan tersebebar luas dan lebih terkenal nama singasari sebagai ibukota daripada nama Tumapel. Akhirnya kerajaan Tumapel pun terkenal dengan nama kerajaan Singasari.

Puncak kejayaan Kerajaan Singasari

Puncak kejayaan kerajaan Singasari ketika masa pemerintahan Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara, atau biasa dengan nama Raja Kertanegara. Raja Kertanegara berhasil mengatur kembali struktur pejabat kerajaan sesuai dengan tugasnya, dan tidak segan mengganti pejabat yang tidak berkualitas. Ditambah lagi raja juga menjalin persahabatan dengan kerajaan-kerajaan besar hingga akhirnya kerajaan Singasari berkembang dan menjadi kerajaan terkuat di Nusantara.

Runtuhnya kerajaan Singasari

Kerajaan Singasari mengalami masa keruntuhan disebabkan oleh dua sebab, yaitu mengalami tekanan dari luar dan dalam negeri. Dari luar negeri, kerajaan Singasari mendapat tekanan dari Kekaisaran Mongol yang menginginkan kerajaan Singasara di taklukan oleh Cina. Dari dalam negeri kerajaan Singasari juga mendapat pemberontakan dari penguasa daerah Kediri yaitu besannya sendiri, Raja Jayakatwang. Pada akhirnya di tahun 1292 Raja Jayakatwang berhasil membunuh Raja Kertanegara, dan runtuhlah kerajaan Singasari.

[/toggle]
[/accordion]

Peninggalan sejarah bercorak Hindu Budha

  1. Prasasti (Batu tertulis)
  2. Candi
  3. Patung (Arca)
  4. Seni Ukir
  5. Kesustraan
  6. Bahasa dan Tulisan

Ditemukannya bukti-bukti peninggalan sejarah bercorak Hindu Budha, menjadi bukti bahwa agama Hindu Budha sudah masuk ke Indonesia sejak abad ke 4 Masehi yang pertama berdiri adalah Kerjaan Kutai.

[accordion]
[toggle title=”Artikel Terkait”]

[/toggle]
[toggle title=”Artikel Lainnya”]

[one_third]

[/one_third]
[one_third]

[/one_third]

[one_third_last]

[/one_third_last]

[/toggle]
[/accordion]

The post Sejarah Kerajaan Kutai Kartanegara Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
/indonesia/kerajaan/sejarah-kerajaan-kutai/feed 0